Kata Ahli soal Obat Sakit Kepala Picu Anemia Aplastik
https://www.naviri.org/2024/04/kata-ahli-soal-obat-sakit-kepala-picu.html
Sebuah unggahan viral di media sosial menyebut salah satu produk obat sakit kepala bisa memicu anemia aplastik. Bikin gaduh karena obat tersebut dijual bebas dan banyak digunakan.
"Kindly reminder utk teman2 semuanya, jangan terlalu sering konsumsi obat ini yaaa. sender perhatiin ternyata keterangan efek sampingnya ditambahin, berisiko anemia aplastik. Kalo minum obat yg beredar di pasaran, mohon dibaca semua keterangannya utk jaga2 ya," demikian postingan viral di laman X, Rabu (17/4/2024).
Dikutip dari Mayo Clinic, anemia aplastik adalah suatu kondisi yang terjadi ketika tubuh berhenti memproduksi cukup sel darah baru, sehingga menyebabkan kelelahan dan lebih rentan terhadap infeksi serta pendarahan yang tidak terkontrol.
Ahli kanker dr Ronald Alexander Hukom, SpPD-KHOM membenarkan bahwa penggunaan obat tertentu juga bisa memicu anemia aplastik. Kondisi ini dikenal sebagai drug-induced aplastic anemia atau anemia aplastik yang diinduksi obat.
"Anemia aplastik yang diinduksi obat, adalah efek samping obat yang dapat mengancam jiwa terkait dengan obat-obatan tertentu yang berpotensi menjadi racun bagi sumsum tulang," jelas dr Ronald, Rabu (17/4/2024).
"Toksisitas tergantung pada dosis dan lama pemakaian obat, yang merupakan contoh kemungkinan mekanisme terjadinya anemia aplastik akibat obat. Untuk mengurangi risiko berbahaya dari obat, dianjurkan pemakaian selalu dalam pengawasan dokter," lanjutnya.
Dicontohkan dr Ronald, parasetamol dalam satu laporan disebut sebagai salah satu obat yang bisa menginduksi risiko anemia aplastik. Menurut laporan tersebut, 89 (0,08 persen) dari 114 ribu orang yang mengonsumsi parasetamol disebut mengalami anemia aplastik.
"Disebutkan kelompok yang lebih mungkin mengalami anemia aplastik adalah perempuan, berusia 2-9 tahun, dan telah mengonsumsi parasetamol selama beberapa minggu," terang dr Ronald.
Obat lain yang pernah disebut menjadi penyebab anemia aplastik adalah antibiotik kloramphenikol, yakni pada 1 dari 20.000 pasien yang mengonsumsi obat tersebut. Meski demikian, prevalensi secara keseluruhan disebut menurun seiring penggunaan koramfenikol dalam beberapa dekade belakangan.
Selain itu, obat-obat anti epilepsi seperti karbamazepin juga dilaporkan bisa menginduksi anemia aplastik pada 1,4 hingga 60 kasus di antara 1 juta pengguna obat tersebut. Demikian juga dengan obat-obat lain seperti tiazid, garam emas, penisilamin, midopyrine, trimethoprim/sulfamethoxazole, obat antitiroid, antirematik, sulfonamid, obat antituberkulosis, analgesik, dan antikonvulsan.
Sementara itu pakar farmasi Prof Zullies Ikawati dari Universitas Gadjah Mada menyebut kasus anemia aplastik yang diinduksi obat memang dimungkinkan, tetapi kasusnya sangat jarang terjadi. Risikonya meningkat setelah penggunaan obat tertentu dalam jangka waktu panjang.
Sementara pada kasus obat sakit kepala, umumnya hanya dikonsumsi saat pasien mengeluhkan gejala. Artinya, risiko terjadi keterkaitan keduanya relatif kecil.
"Dari obat yang disebutkan di atas, yang pernah dilaporkan dapat menyebabkan anemia aplastic adalah propyphenazone. Tapi itu pun dengan penggunaan yang kronis atau jangka panjang, sementara obat-obat ini umumnya digunakan bila perlu saja. Sehingga risikonya termasuk kecil," sambungnya.
Selama digunakan sesuai anjuran dari profesional kesehatan, risiko mengalami efek samping pada penggunaan obat-obatan bisa dihindari.