Fakta Menyeramkan di Balik Lagu Propaganda Korea Utara (Bagian 2)


Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Fakta Menyeramkan di Balik Lagu Propaganda Korea Utara - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Di luar Korea Utara, fenomena yang sama mungkin dapat diamati dengan lebih lucu di TikTok: Pengguna di negara Barat mengaku tidak bisa berhenti mendengarkan lagu "Friendly Father" dalam perjalanan ke kantor, mengerjakan pekerjaan rumah, atau di gym.

“Lagu ini melekat di kepala saya 24/7,” tulis seorang pengguna TikTok.

Popularitas lagu tersebut juga membuat lebih banyak orang mendengarkan lebih banyak musik propaganda Korut.

“Saya berpikir, 'Oh, ini menarik',” kata Matas Kardokas, seorang pria asal Inggris yang membuat video TikTok yang menampilkan berbagai lagu propaganda Korea Utara.

Salah satu videonya menyebut: "Tidak ada seorang pun di kedai kopi trendi yang tahu bahwa saya sedang mendengarkan musik propaganda Korea Utara saat ini".

Video itu telah disukai lebih dari 400.000 pengguna. Hal tersebut mengejutkan Matas.

“Sesuatu dalam diri saya langsung terasa klik dan saya berpikir, 'Hei, saya sedang duduk di kedai kopi sambil mendengarkan ini. Bukankah itu hal paling gila yang bisa Anda bayangkan? Saya harus membuat TikTok tentang ini karena ini bukan pengalaman universal. Tidak ada seorang pun yang akan berhubungan dengan hal ini," katanya.

Ironisnya, banyak orang yang menyadari bahwa pada saat aplikasi milik Tiongkok tersebut mungkin akan dilarang oleh AS, propaganda rezim Komunis telah mencengkeram para penggunanya.

Membaca makna di balik lirik lagu propaganda

Di dunia musik Barat, para penggemar sedang menyimak album baru Taylor Swift, atau menyanyikan rap enam menit Kendrick Lamar yang menghina Drake. Namun bagi pengamat Korea Utara, lagu berdurasi tiga menit yang dirilis bulan lalu itu punya petunjuk tersendiri.

Rezim Korut punya tradisi menyampaikan perubahan besar di negaranya melalui lagu-lagu, dan pesan dalam "Friendly Father" menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian orang. Ini bukan lagu pertama yang didedikasikan untuk Kim Jong-un. Namun ada perubahan nyata dalam bahasa dan kosa kata yang digunakan.

Untuk pertama kalinya, Kim disebut sebagai “ayah” dan “Yang Agung” – istilah yang sebelumnya digunakan untuk pemimpin pertama Korea Utara, Kim Il-sung, kakek Kim Jong-un.

Kim Jong-un disebut sebagai "Penerus Hebat" ketika ia mengambil alih kekuasaan pada 2012 setelah kematian ayahnya, Kim Jong-il. Namun, setelah lebih dari satu dekade berlalu, para analis berpendapat bahwa hal ini mungkin merupakan tanda bahwa ia sedang memperkuat citranya sebagai "Pemimpin Tertinggi" Korea Utara.

Belakangan ini, dia juga mengganti lirik lagu propaganda bertajuk “ayah kami Kim Il-sung” menjadi “ayah kami Kim Jong-un”.

Musik bisa menjadi tanda ke mana Kim Jong-un mengarah, kata para ahli. Kim jadi semakin bermusuhan dan agresif terkait pembangunan militer yang dilakukan rezimnya. Pada awal tahun ini, ia menyatakan Korea Utara tidak akan lagi melakukan reunifikasi dengan Korea Selatan, yang ia nyatakan sebagai “musuh masyarakat nomor satu”.

Laporan menyebutkan Pyongyang menghancurkan sebuah bangunan besar yang melambangkan harapan untuk reunifikasi dengan Korea Selatan. Dilaporkan bahwa penghancuran tersebut menambah kekhawatiran bahwa Korea Utara akan mengambil tindakan yang lebih agresif terhadap Korea Selatan.

Pada saat bersamaan, Kim semakin sering menyerukan peningkatan persenjataan militer negaranya.

“Sebuah lagu hampir seperti koran di Korea Utara,” kata Leonzini. “Lagu digunakan untuk menyampaikan arah yang dituju negara… untuk menandai momen-momen penting dan perkembangan penting dalam politik.”

Related

News 6692936899407122540

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item