Kisah Terindah di Dunia (20)

 Kisah Terindah di Dunia

Naviri.Org - Mereka melangkah menyusuri lorong dan Nazar terus mengikuti langkah-langkah Laras. Baru kali ini ia dapat melihat keadaan di luar ruangannya—dan Nazar merasa takjub. Dinding-dinding batu yang nampak kukuh terlihat menjulang di kanan-kirinya, berwarna coklat kehitam-hitaman namun bersih, di beberapa bagiannya nampak pucuk-pucuk tempat obor yang kini padam—mungkin hari masih siang.

Saat mereka keluar dari lorong itu, Nazar merasakan sinar lebih terang dan kini mereka melangkah melewati jalanan yang lebih luas dengan taman-taman indah di sekeliling mereka. Di beberapa bagian taman itu terlihat beberapa ekor kijang berjalan-jalan dengan santai, sementara Nazar merasakan kakinya menginjak rerumputan yang halus.

“Benarkah kita sekarang berada di dasar lautan, Laras?” tanya Nazar dengan perasaan heran.

“Jangan bayangkan dasar lautan seperti yang ada dalam benakmu,” sahut Laras, sementara mereka terus melangkah. “Kita berada di dunia yang lain, jadi jangan bayangkan seperti kau membayangkan saat kau masih berada di duniamu.”

“Baiklah, ini berada di dasar lautan—negeri bawah air. Berapa luasnya negeri ini?” Nazar membayangkan kotanya sendiri—Pekalongan—juga kota-kota tetangganya.

Laras seperti tahu apa yang ada dalam pikiran Nazar. “Jangan bandingkan tempat ini dengan kotamu. Negeri ini lebih luas dari negerimu karena di sini tak ada batas wilayah antar kota atau antar negara. Negeri ini tak dibatasi oleh apapun, dan semuanya diperintah oleh Ibu Ratu.”

“Semuanya?” ulang Nazar—dan sekarang ia membayangkan Ibu Ratu sebagai semacam...

“Ya, semuanya, semua yang berada di bagian utara,” sahut Laras, membuyarkan bayangan Nazar.

“Jadi, Ibu Ratu hanya memerintah kerajaan yang berada di bagian utara, begitu?” Nazar seperti ingin menegaskan.

“Ya, itulah mengapa Ibu Ratu disebut sebagai Penguasa Pantai Utara.”

“Dan yang bagian lain? Siapa yang memerintah di bagian selatan?”

“Bagian selatan diperintah oleh ‘saudara tua’ Ibu Ratu. Kerajaan itu juga diperintah oleh seorang ratu—Ratu Pantai Selatan.”

Nazar seperti terbungkam. Dalam kehidupannya di dunianya, dia memang telah mendengar kisah-kisah itu—tentang Dewi Lanjar yang disebut sebagai Ratu Pantai Utara, juga tentang Nyi Roro Kidul yang disebut sebagai Ratu Pantai Selatan. Selama ini ia hanya menganggap itu sebagai dongeng yang diceritakan oleh nenek moyangnya, yang kemudian terus diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya. Tetapi ketika mendengarnya di sini, Nazar merasakan bahwa semua itu begitu nyata—ia bahkan tengah berada di salah satu negeri dongeng itu—ia berada di Negeri Pantai Utara.

“Laras, aku...”

“Kita sudah sampai,” ucap Laras memotong ucapan Nazar. Dia menarik tangan Nazar untuk mendekati sebuah ruangan yang mirip pendapa. Dan sebelum Nazar sempat mengucapkan kata lagi, Laras terus membawanya ke dekat sebuah danau kecil yang berada di depan pendapa itu.

“Sebelum kita memasuki istana, cucilah tangan dan kakimu di situ,” pinta Laras dengan sungguh-sungguh.

Nazar tak punya alasan untuk menolak—apalagi Laras juga melakukan hal yang sama. Mereka mendekati danau kecil itu, dan Nazar duduk di tepiannya, memasukkan kakinya dan mencuci tangannya. Danau itu terlihat begitu jernih, airnya segar, dan Nazar merasa dapat melihat isi dalam air danau itu.

 “Apa...apa itu...?” tanya Nazar tiba-tiba dengan tercengang seraya menarik kedua kakinya dari air danau ketika dari dasar danau muncul sesosok yang seperti tiba-tiba hadir di ambang air. Dan mata Nazar seperti tak mau berkedip ketika melihat seraut wajah yang cantik keluar dari air danau itu—seraut wajah cantik dengan tubuh ikan yang besar.

“Itu putri duyung,” jawab Laras dengan ringan—seolah ia sudah terbiasa dengan pertanyaan itu.

Bersambung ke: Kisah Terindah di Dunia (21)

Related

Romance 1486024440734112333

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item