Mengapa Model Mobil Sering Mengalami Perubahan?

Mengapa Model Mobil Sering Mengalami Perubahan?

Naviri.Org - Kalau kita perhatikan, sering kali dunia otomotif mengabarkan berita baru terkait mobil-mobil baru, yang sebenarnya redesign dari model lama. Jadi, mobilnya masih sama, seperti yang lama, tapi modelnya atau bentuknya agak berubah. Perubahan itu pun tidak terlalu banyak, selain hanya tampil lebih menawan, atau ada sedikit tambahan pada interior/eksteriornya.

Misalnya, seperti kita tahu, Honda mula-mula mengeluarkan Honda Jazz. Beberapa tahun kemudian, muncul Honda Jazz yang lebih baru, dengan model atau tampilan yang lebih menarik. Belakangan, Honda Jazz kembali muncul dengan model yang disebut facelift, dengan tampilan yang makin menawan.

Kenapa model mobil sering mengalami perubahan semacam itu? Sebagian orang bahkan mungkin berpikir, kenapa tidak sedari awal sebuah mobil didesain dengan menarik?

Perubahan siklus mobil, sebagaimana contoh di atas, merupakan salah satu upaya produsen dalam mengamankan pasar. Dalam laporan NADA Used Car Guide, AS yang mengutip Journal of Business Research berjudul “Non-price determinants of automotive demand: Restyling matters most", mengungkapkan para manufaktur mobil AS mengalami penurunan pangsa pasar sampai 25 persen antara 1995-2006 karena frekuensi redesain model mobil yang mereka keluarkan kurang banyak, dibandingkan pabrikan Jepang atau Eropa.

Padahal, model sebuah mobil menjadi kunci dalam memengaruhi konsumen untuk memilih atau menghindari saat membeli kendaraan. Seperti laporan J.D. Power 2016 U.S. Auto Avoider Study, terungkap dari pengamatan perilaku pembelian mobil baru selama 2015 di pasar AS, menunjukkan 51 persen konsumen memutuskan membeli mobil baru karena gaya eksterior dan interiornya, hanya tipis di bawah keputusan membeli karena alasan keandalan mobil yang porsinya 55 persen.

Sehingga tak mengherankan, pabrik mobil terus melakukan penyegaran dengan skala dari paling minor sampai semua serba baru, dengan siklus terus berputar sampai pergantian generasi ke generasi. Namun, beberapa mobil harus “disuntik mati” dengan berbagai alasan, karena gagal di pasar atau sudah ketinggalan zaman.

Jargon-jargon yang dipakai berbeda oleh masing-masing pabrikan. Namun, menurut Jim Prueter, penulis otomotif AS, jargon yang umum pada siklus mobil: all new, redesign, refresh, dan facelift. All new, artinya benar-benar belum pernah ada sebelumnya dari eksterior, interior, hingga mesin sebuah mobil. Ini bisa dibilang sebagai puncak dari perubahan sebuah mobil.

Namun, bila ditilik dari skala yang paling kecil perubahannya sebelum mobil mencapai siklus all new, biasanya disebut sebagai update atau perubahan minor, hanya terjadi perubahan pilihan warna, fitur. Sedikit di atas itu, ada yang namanya penyegaran atau refresh. Pada tahap ini biasanya ada perubahan kecil di bagian eksterior depan seperti rear bumper, lampu yang baru, dan desain velg roda yang baru.

Selanjutnya ada facelift, sedikit di atas penyegaran, sering disebut perubahan mayor. Biasanya ada revisi perubahan interior dan beberapa fitur baru. Mobil yang mengalami facelift akan tampak berbeda jauh dari tampilan fisik dari model sebelumnya, semacam “berganti baju”. Facelift memungkinkan tetap memakai platform dan mesin yang lama, tapi biasanya ada konsekuensi kenaikan harga karena ada perubahan yang cukup besar.

Selain itu ada juga, redesign atau new, tahap ini sebuah mobil mengalami perubahan yang besar di sisi eksterior maupun interiornya, bahkan bisa juga terjadi perubahan di bawah kap mesin. Ciri lainnya biasanya ada perubahan teknologi mutakhir dari versi sebelumnya, termasuk interior yang lebih modern, dan gaya terkini.

Setiap perubahan ini, bagi pabrikan, akan memakan biaya investasi tergantung seberapa besar perubahan sebuah model. Semakin besar perubahan, maka investasinya juga makin besar, dan sebaliknya.

Secara umum, siklus hidup sebuah model mobil berlangsung 6-8 tahun, biasanya konsumen seperti di segmen armada rutin melakukan pergantian 3-4 tahun, setelahnya mereka menghendaki sesuatu yang baru. Namun, pabrikan bisa memilih langkah facelift agar tetap bisa bersaing dengan para kompetitor.

“Selama siklus model kendaraan banyak terjadi dan kompetitor baru datang. Pabrikan mobil perlu membuat facelift untuk improvisasi agar tetap menjaga penjualannya,” kata Carlos da Silva, konsultan IHS Automotive, seperti dikutip dari Financial Times.

Pada akhirnya, sebuah mobil saat masanya tiba akan “disuntik mati” oleh pabrikan karena, sudah melewati eranya. Pada akhir 2017, Financial Express melaporkan bahwa Toyota berencana menyuntik mati separuh lebih model-model mobilnya yang beredar di Jepang, dari 62 model mobil, jadi hanya 30 model hingga 2025.

Alasannya karena pasar yang lesu dan strategi baru Toyota. Juru bicara Toyota, Akiko Kita, mengatakan pihaknya berkonsentrasi pada kendaraan yang rendah emisi, termasuk mobil listrik di masa depan.

Baca juga: Salah Pasang Karpet Mobil Ternyata Bisa Berbahaya

Related

Automotive 5195672178418160707

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item