Di Masa Depan, Rupiah Mungkin Berbentuk Digital

Di Masa Depan, Rupiah Mungkin Berbentuk Digital

Naviri.Org - Saat ini, setidaknya, kita mengenal dua jenis mata uang. Yang pertama adalah uang dalam bentuk fisik, dan yang kedua adalah uang dalam bentuk digital. Contoh uang dalam bentuk fisik adalah mata uang rupiah yang biasa kita gunakan untuk berbelanja atau membayar transaksi. Ada uang yang berbentuk kertas, ada pula yang berbentuk koin, dalam berbagai pecahan.

Sementara uang dalam bentuk digital adalah uang yang hanya ada di sistem komputer, dan tidak memiliki wujud. Contoh mata uang digital adalah bitcoin, ripple, dan semacamnya. Mata uang tersebut juga digunakan untuk bertransaksi oleh sebagian pihak, khususnya di dunia maya, meski keberadaannya bsa dibilang masih kontoversial—sebagian menerima, sebagian lain menolak.

Di masa depan, bisa jadi, mata uang rupiah yang kita kenal juga akan beralih dari bentuk fisik ke bentuk digital. Kenyataan itu sudah dinyatakan oleh Bank Indonesia (BI), yang membuka kemungkinan menerbitkan rupiah dalam wujud digital. Dengan memanfaatkan kehadiran teknologi blockchain, rupiah yang selama ini diedarkan dalam bentuk uang fisik, akan berganti wujud menjadi digital.

Asisten Deputi Direktur Eksekutif Departemen Sistem Pembayaran BI, Susiati Dewi, mengatakan teknologi itu mulai diiujicobakan BI pada tahun ini. Tujuannya, untuk mengefisiensikan industri sistem pembayaran.

"Suatu saat mungkin saja uang fisik yang kami edarkan menjadi digital. Sekarang belum. Semua negara di dunia belum ada yang merilis," kata Susi kepada media.

Berbeda dengan cryptocurrency yang diterbitkan oleh sejumlah perusahaan, aset yang menjadi dasar transaksi rupiah BI lebih jelas dibanding cryptocurrency. Susi juga menyebutkan pola perhitungan peredarannya juga akan disesuaikan dengan kondisi saat ini, seperti halnya peredaran uang rupiah yang memperhitungkan inflasi yang terjadi.

Teknologi blockchain serupa dengan teknologi yang melatari uang digital (cryptocurrency) seperti bitcoin, ethereum, ripple, dan lainnya. Blockchain secara sederhana bisa disebut "buku besar publik" (digital ledger). Teknologi ini menggunakan sistem server terdesentralisasi alias tersebar.

Ketika ada transaksi atau pergerakan uang, akan tercatat jelas dan bisa diketahui publik. Semua komputer yang terhubung jaringan blockchain akan mencatat dan memberikan validitas secara otomatis. Sehingga minim kesalahan, cepat, lebih murah dan mudah. Sistem ini juga susah diretas.

Salah satu contoh "buku besar publik" yang bisa dilihat adalah milik Stellar, salah satu cryptocurrency. Buku besar ini mencatat semua transaksi dan persebaran uang mereka.

BI selama ini sebenarnya sudah melirik blockchain. Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI, Eni V. Panggabean, November lalu mengatakan tengah menjajaki blockchain. Tapi mereka masih hati-hati mendalami teknologi ini. "Ada peluang, tapi risikonya juga besar," ujar Eni di Jakarta, kepada media.

November lalu, mereka masih tahap stock taking, alias melihat apa yang bisa dilakukan dengan blockchain.

Bank-bank di Indonesia sebenarnya juga tengah menimang blockchain untuk mendukung layanan mereka. Bank Central Asia (BCA) menyatakan sudah mengembangkan teknologi ini. Menurut Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, pengembangan blockchain merupakan suatu keharusan untuk membangun aplikasi.

Dalam pengembangan blockchain, BCA tidak ada investasi secara khusus karena biaya pengembangan blokchain tidak terlalu mahal.

Lima bank di Indonesia, disebut juga ikut dalam pemanfaatan blockchain. Tahun lalu, perusahaan global IBM (International Business Machine) menyatakan, ada 5 bank di Indonesia yang akan mengadposi blockchain.

IBM mengumpulkan inisiatif dari kalangan perbankan global yang akan mengadposi teknologi ini dalam bisnis bank. Dari Indonesia, yang terlibat adalah Bank Danamon Indonesia, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Permata, Bank Rakyat Indonesia.

"IBM tengah mengeksplorasi cara-cara baru agar jaringan pembayaran makin efisien dan transparan. Sehingga transaksi bisa berlangsung real time walau dilakukan di daerah paling terpencil," kata Bridget van Kralingen, Senior Vice President of IBM Industry Platforms, Oktober lalu.

Dalam eksplorasi ini, IBM menggandeng Stellar, salah satu cryptocurrency dan KickEx Group, perusahaan layanan transaksi keuangan.

Jika BI jadi memanfaatkan blockchain dan menjadikan rupiah digital, maka uang rupiah berwujud sama dengan uang cryptocurency lain seperti bitcoin, ethereum, ripple, stellar atau lainnya.

Baca juga: Kasus Pembobolan Mata Uang Digital Terbesar di Dunia

Related

Money 9017557824573425433

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item