Jalan-jalan di Hutan Ternyata Baik untuk Kesehatan

Jalan-jalan di Hutan Ternyata Baik untuk Kesehatan

Naviri.Org - Berjalan-jalan di tengah banyak pepohonan yang hijau dan segar, tentu pengalaman yang menyenangkan, khususnya bagi warga perkotaan yang biasa menjumpai gedung-gedung pencakar langit yang gersang. Begitu pula, menghirup udara segar di alam yang bersih juga menyenangkan, setelah sehari-hari terpaksa menghirup udara kotor penuh polusi dan asap kendaraan.

Kenyataannya, berjalan-jalan atau bahkan berdiam diri di tengah alam yang murni, semisal hutan, memberi efek menyenangkan sekaligus menenangkan, baik untuk fisik maupun pikiran. Bagi orang Jepang, hal semacam itu bahkan telah menjadi tradisi sejak lama, dan pada akhirnya dipromosikan secara resmi oleh pemerintah.

Pengukuhan program ini terjadi pada 1985, usai diusulkan oleh kementerian kehutanan dan kemudian menjadi program kesehatan publik nasional. Namanya forest-air bathing and walking, atau mandi hutan. Dalam bahasa Jepang disebut Shinrin-yoku.

Mengapresiasi alam bukanlah hal baru bagi rakyat Jepang. Mereka sudah terbiasa dengan kegiatan semisal piknik bersama keluarga di bawah pohon Sakura yang sedang menggugurkan bunganya. Promosi pemerintah atas program mandi hutan pun tak butuh waktu lama untuk populer di kalangan warga.

Seorang zen legendaris asal Negeri Matahari Terbit itu pernah melempar pertanyaan, “Jika sebatang pohon jatuh di tengah hutan dan tak ada seorang pun yang mendengarnya, apakah berarti kejatuhan itu tetap melahirkan bunyi?” Untuk menjawabnya, si master tak melakukan apa-apa. Kemudian pencerahan itu pun datang sendiri kepadanya. Demikian pula cara kerja dari tradisi mandi hutan bekerja: Anda tak perlu melakukan apapun.

Kegiatan ini bukan bertujuan untuk memompa adrenalin sebagaimana berpetualang, menaklukkan ego dan terjalnya tebing sebagaimana para pendaki gunung, atau membawa sepeda gunung ke puncak paling tinggi untuk kemudian dituruni dalam rangka olahraga ekstrem. Yang perlu Anda lakukan hanyalah pergi ke tengah-tengah pepohonan atau ke kawasan hutan bambu, cari suasana yang tenang, lalu relaksasi. Beberapa orang melakukannya dengan bermeditasi dengan cara duduk di bawah pohon yang rindang.

Penelitian awal yang dilakukan untuk menganalisis efek dari mandi pohon ini pernah dilakukan pada akhir 1990-an oleh ahli terapi geronto asal School of Medicine di Universitas Hokkaido. Riset ini melibatkan 87 orang yang berstatus pasien diabetes dengan pengobatan non-insulin.

Tugas para responden adalah menempuh jarak 3 km dengan estimasi waktu 30 menit untuk menyelesaikannya, atau jalur kedua sejauh 6 km dalam waktu satu jam. Kedua jalur sama-sama melewati hutan, di mana mereka kemudian diambil sampel darahnya secara berkala.

Setelah dilakukan selama sembilan kali dalam kurun waktu enam tahun, hasilnya menunjukkan bahwa mandi hutan alias Shinrin-yoku secara signifikan mampu memperbaiki kondisi ke-87 pasien diabetes dengan menurunkan kadar glukosa darahnya hingga 38,9 persen, untuk jalan sepanjang 3 km, dan 40 persen untuk jalan sepanjang 6 km.

Pada 2004 hingga 2012, pemerintah Jepang telah menghabiskan sekurang-kurangnya US$4 juta untuk meneliti lagi program ini, untuk berupaya membedah efek psikologisnya. Pada 2014, tiga orang akademisi yang pertama bergerak adalah Yuko Tsunetsugu, Bum-Jin Park, dan Yoshifumi Miyazaki. Tajuk penelitian mereka, “Therapeutic Effects of Forest”, dan fokusnya pada efek alam terhadap kepekaan penglihatan, bunyi, bau, dan sentuhan.

Dalam analisis terkait penglihatan (visual), subjek yang dites ditunjukkan dua pemandangan berbeda dalam layar, sementara denyut nadi dan tekanan darahnya dipantau—dengan sebuah layar abu-abu dipakai untuk pengontrol. Sebuah foto pohon sakura yang sedang memekarkan bunganya ditunjukkan, diikuti dengan foto orang-orang yang sedang berjalan di hutan alias sedang melakoni Shinrin-yoku.

Hasilnya menunjukkan foto sakura mekar mampu menstimulasi, baik denyut nadi maupun tekanan darah. Peneliti berspekulasi bahwa hal ini muncul akibat kegembiraan melihat bunga mekar. Di sisi lain, gambar orang-orang yang sedang mandi pohon mampu menurunkan tekanan darah, jika dibandingkan saat subjek penelitian melihat foto bunga sakura dan gambar pengontrol.

Analisis suara mengukur aktivitas otak dan tekanan darah, sementara subjek diperdengarkan mesin turbin dan aliran air. Suara mesin turbin membuat tekanan darah naik, sementara suara aliran air tak menimbulkan efek apapun. Dalam kesimpulannya, aliran air terbukti secara ilmiah menenangkan seseorang yang mendengarnya.

Analisis bau dilakukan dengan cara menguji tiga bau yang berbeda, yang bisa ditemukan di Jepang. Asumsinya adalah bau yang diasosiasikan dengan pohon atau hutan akan menstimulasi perubahan fisiologi. Sampel pertama adalah pohon Cedar Jepang (Cryptomeria japonica) dengan hasil mampu menurunkan tekanan darah dan aktivitas di korteks prefrontal otak.

Kedua memakai minyak Pohon Hiba yang biasa dipakai untuk mengobati kecemasan dan depresi. Hasilnya ternyata mampu menstimulasi sistem gugup. Sementara sampel ketiga memakai Pohon Cemara Taiwan yang terbukti mampu meningkatkan produktivitas dan konsentrasi.

Terakhir adalah analisis sentuhan, di mana subjek penelitian diberi plat metal bersuhu ruangan, kayu oak yang dingin, dan sebuah lempengan pohon oak yang dilapisi cat. Plat metal dan kayu oak yang dilapisi cat ternyata meningkatkan perasaan tak enak dan tekanan darah, sementara kayu oak alami yang dingin memberi perasaan yang menyenangkan. Kesimpulannya yakni persentuhan kayu dan kulit memberi sensasi yang menyenangkan bagi manusia.

Peneliti asal Cina yang bergelar profesor di Nippon Medical School, Tokyo, Qing Li, tercatat pernah meneliti aktivitas sel pembunuh alamiah (natural killer/NK) manusia dalam sistem kekebalan tubuh, sebelum dan sesudah dipapar kayu. Sel ini bereaksi cukup responsif untuk mengaktifkan sel pencegah penyakit, dan disimpulkan bahwa sentuhan dengan kayu membuat sistem kekebalan tubuh manusia menjadi kuat.

Pada 2009, Li pernah menelusuri lebih lanjut apakah temuannya benar-benar memiliki manfaat positif bagi penyembuhan pasien. Ia pun melakukan pengawasan pada subjek penelitian lamanya, saat mereka diminta melakukan kunjungan ke hutan selama seminggu sekali. Hasilnya menunjukkan bahwa ada peningkatan sistem kekebalan tubuh dari para subjek usai kembali dari hutan, demikian laporan Quartz Media.

Pada intinya, dari berbagai penelitian sejak 2004-2009, ditemukan hasil bahwa mandi hutan memiliki efek positif antara lain menurunkan level denyut jantung dan tekanan darah, mengurangi produksi hormon yang menyebabkan stres, kecemasan dan depresi, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mempertajam seluruh jenis perasaan dan kepekaan indra, dan mengembalikan vitalitas mental dan pikiran terutama bagi warga perkotaan.

Mandi hutan sejak dua tahun lalu juga mulai populer di Amerika Serikat. Kemunculannya mendapat sambutan hangat sebagaimana 30 tahun silam masyarakat AS menyambut yoga. Barangkali aktivitas sejenis sudah pernah kita lakukan tapi belum menyadarinya. Sehingga setelah ini bisa lebih meresapi lagi manfaat positif mandi hutan dan bisa memetik manfaatnya lebih jauh.


Related

Health 7177290857680795310

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item