Travis Kalanick, di Antara Kesuksesan dan Kontroversi

Travis Kalanick, di Antara Kesuksesan dan Kontroversi

Naviri.Org - Membicarakan kesuksesan bisnis Uber tidak bisa melepaskan nama Travis Kalanick, karena bagaimana pun dia diakui sebagai sosok di belakang kesuksesan Uber yang kini mendunia. Di tangan Travis Kalanick, startup yang semula kecil bisa berubah menjadi raksasa bisnis yang bahkan mampu mengubah wajah transportasi dunia. Dia seperti Steve Jobs yang menjadi tokoh kunci perusahaan Apple.

Sayangnya, di balik kesuksesan besar yang diraih Travis Kalanick, juga terdapat kontroversi terkait dirinya, yang belakangan menjadikannya dipecat dari jabatannya sebagai CEO Uber.

Dalam laporan investigasi yang dilakukan The New York Times, 50-an mantan pekerja Uber mengatakan bahwa Kalanick mendorong dengan keras para pekerjanya untuk selalu menjadi pemenang bagi Uber, dengan harga berapa pun.

Dorongan itu menjadi salah satu cikal kecurangan Uber pada ekosistem iPhone milik Apple. Uber, dalam rangka memenangkan kompetisi dengan para pesaingnya, sengaja memata-matai pengguna aplikasinya, bahkan kala aplikasi Uber telah dihapus.

Kalanick pernah berhadapan dengan Tim Cook, sang bos Apple, pada medio 2015 lalu, untuk menyelesaikan perkara ini. Kalanick, yang sadar bahwa hidupnya menumpang pada ekosistem ciptaan Apple, mengalah pada Cook. Kalanick pun menciptakan sistem manipulasi psikologis agar para drivernya, yang bukan merupakan karyawan Uber, bekerja sangat keras untuk selalu menerima penumpang.

Selain berseteru dengan Apple, Uber secara umum memang selalu menjadi buruan pemerintah di berbagai negara. Ini terjadi karena Uber sukses mendisrupsi kehidupan konvensional masyarakat, terutama terkait transportasi daring. Perkembangan uber membuat aksi-taksi konvensional mengalami masa paling buruk dalam sejarah bisnis mereka.

Guna menghindar dari "tembok" besar yang menghalangi bisnis mereka di banyak negara, Uber menciptakan sebuah teknologi bernama Greyball, sebuah teknologi yang masuk pada bagian “violation of terms of service.”

Grayball merupakan suatu sistem identifikasi berbasis data. Data yang diproses berasal dari aplikasi Uber sendiri maupun dari sumber lainnya. Grayball digunakan untuk mengidentifikasi aparat penegak hukum suatu negara, yang terkait kebijakan moda transportasi, dan lantas menghindarkan pejabat tersebut menggunakan aplikasi Uber.

Selain itu, Grayball mampu membuat driver Uber dengan cepat bisa membatalkan pesanan aparat. Ini membuat sulit para aparat yang berkepentingan dengan kebijakan transportasi membuktikan ulah Uber. Uber memanfaatkan Grayball di 70 negara dalam radar bisnisnya.

Namun, atas segala prestasi dan kontroversinya bersama Uber, Kalanick akhirnya harus menyerah.

Satu hari, pada Juni 2017, Travis Kalanick sedang berada di sebuah hotel di Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Lokasi hotel yang jaraknya terpaut 3.500 km jauhnya dari markas besar Uber, perusahaan yang dipimpinnya di San Francisco.

Ia hendak melakukan wawancara calon anggota eksekutif baru perusahaan. Awalnya, semua berjalan lancar. Hingga kemudian muncul Matt Cohler dan Peter Fenton dalam sesi pertemuan itu. Cohler dan Fenton adalah para pemodal Uber.

Kedua orang itu membawa sepucuk surat yang berisi daftar tuntutan dari lima pemodal utama Uber. Di ujung tuntutan, ada keputusan agar Kalanick legowo meninggalkan pucuk pimpinan Uber saat itu. Apa reaksi Kalanick?

Kalanick, yang sukses menyulap startup kecil menjadi raksasa teknologi dalam waktu delapan tahun, tentu menolak mentah-mentah segala tuntutan, apalagi soal permintaan mundur. Ia kemudian menghubungi Arianna Huffington, anggota dewan eksekutif Uber untuk meminta pendapat. Sial tak dapat ditolak Kalanick, alih-alih mendukungnya agar tetap bertahan sebagai pemimpin Uber, Huffington malah meminta Kalanick memikirkan soal surat itu.

Kejadian yang terjadi di sebuah kamar yang tertutup, yang hanya ada Kalanick dan dua pemodal Uber itu, berakhir dengan persetujuan pengunduran diri Kalanick meninggalkan kursi empuk sebagai Chief Executive Officer (CEO) Uber.

“Saya mencintai Uber lebih dari apapun di dunia ini, dan di saat yang menyulitkan dalam hidup saya ini, saya menerima keputusan investor untuk mundur yang akan membuat Uber kemudian mampu membangun dirinya daripada harus terganggu oleh pertarungan mempertahankan idealisme saya,” ucap Kalanick sebagaimana diwartakan The New York Times.

Kalanick, yang dipecat oleh perusahaan yang diasuhnya, seolah mengingatkan peristiwa serupa yang menimpa Steve Jobs kala dipecat Apple. Di dunia startup teknologi, kisah Travis Kalanick penuh intrik, dan konflik.

Steve Jobs juga sempat dipecat dari perusahaan yang dibangunnya, tapi di kemudian hari berhasil kembali memimpin Apple. Apakah Kalanick, dengan segala kontroversi dan Uber yang dibangunnya, mampu mengikuti jejak Steve Jobs?

Baca juga: Sejarah dan Asal Usul Layanan Airbnb

Related

Insight 8719340330891124859

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item