Hura-hura di Masa Muda, Miskin dan Merana di Hari Tua

Hura-hura di Masa Muda, Miskin dan Merana di Hari Tua

Naviri.Org - Menjadi tua adalah hal yang pasti. Namun, sayangnya, tidak semua orang menyadari. Banyak sekali orang yang masih mudah tidak ingat atau sadar bahwa kelak akan menua, dan fisik semakin rapuh, sehingga tidak bisa bekerja sekuat saat masih muda. Atau bahkan bisa jadi tidak bisa bekerja lagi, entah karena memang sudah diberhentikan dari tempat kerja, atau karena sakit.

Ketika masa-masa itu tiba, saat itulah orang biasanya akan menyesal karena tidak sempat mempersiapkan masa tua dengan baik. Salah satu persiapan untuk menyambut masa tua adalah mempersiapkan dana pensiun, yaitu dana yang sengaja diperuntukkan saat masa tua menjelang, saat tubuh sudah renta, dan saat tidak lagi bisa bekerja.

Kesadaran mengenai masa tua dan dana pensiun mungkin memang belum terpikir oleh banyak orang, meski hal ini sangat penting. Ketika masih muda, banyak orang yang menggunakan gaji atau penghasilannya untuk hura-hura, tanpa sempat terpikir untuk menabung buat masa tua kelak. Hasilnya, ketika masa tua datang, kondisi yang dihadapi jadi memprihatinkan. Miskin sekaligus merana. Di sinilah perlunya untuk mengingat dan mempersiapkan dana pensiun.

Hadirnya BPJS Ketenagakerjaan memang semakin membuka kesadaran pentingnya mempersiapkan dana pensiun. Terjadi peningkatan kesadaran dan literasi, terlihat dari hasil survei Otoritas Jasa Keuangan pada tahun 2016 dibandingkan dengan hasil survei sebelumnya. Tetapi, peningkatan tersebut belumlah mencukupi.

Dari data yang ada, hanya sebagian kecil dari pekerja formal yang turut serta dalam program pensiun. Apalagi pekerja informal, mungkin sama sekali belum terlintas dalam pikiran mereka tentang persiapan pensiun. Tidak heran jika Otoritas Jasa Keuangan mendorong pemahaman tentang pensiun dengan menggelar serangkaian acara Pension Day.

Dari mereka yang turut serta dalam program pensiun, belum tentu juga program pensiun tersebut mencukupi kebutuhannya ketika pensiun kelak. “Struktur gaji kita agak aneh, gaji pokok kecil, sementara tunjangan besar, ketika pensiun mendapat penghasilan yang sangat kecil. Ada baiknya struktur seperti ini diubah,” kata anggota Dewan Komisioner OJK bidang Industri Keuangan Non Bank (IKNB), Firdaus Djaelani, ketika mencanangkan Pension Day di Jakarta.

Apa dampak struktur gaji seperti itu? Ketika sudah tidak produktif, akan terasa sekali perbedaan pendapatan, karena segala macam tunjangan akan dihapus ketika seseorang pensiun. Selain itu, dengan gaji pokok yang sebenarnya jauh lebih kecil ketimbang pendapatan total termasuk tunjangan, dasar perhitungan dana pensiun pun kecil pula. Ada selisih besar antara pendapatan dengan dana pensiun yang diterima.

Padahal, pengeluaran ketika pensiun tidak banyak berubah. “Biaya hidup setelah pensiun hanya turun menjadi 94 persen saja, penurunannya tidak signifikan,” kata Direktur Utama Asabri, Sonny Widjaja.

Padahal, semua orang berharap tetap sejahtera setelah pensiun. Memimpikan masa pensiun yang indah. Kenyataannya, tunjangan pensiun yang didapatkan jauh lebih kecil ketimbang penghasilan ketika masa produktif.

Tunjangan pensiun publik, seperti BPJS Ketenagakerjaan dan tunjangan pensiun perusahaan, biasanya tidak dapat menutupi kebutuhan setelah pensiun. Direktur SDM dan Umum BPJS Ketenagakerjaan, Naufal Mahfudz, memberikan gambaran. Dengan penghasilan Rp3 juta per bulan, setelah membayar iuran selama 15 tahun, manfaat pensiun yang diterima sekitar Rp1,5 juta per bulan. Hanya 50% penghasilan yang diperoleh dari tunjangan pensiun publik tersebut.

Baca juga: Cara Menghitung dan Mempersiapkan Dana Pensiun

Related

Money 4283615637328063734

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item