Meredakan Gangguan Bipolar dengan Terapi Seni

 Meredakan Gangguan Bipolar dengan Terapi Seni

Naviri.Org - Menderita masalah psikologis, seperti bipolar, jelas membuat pengidapnya merasa terbebani. Selain mengganggu diri sendiri, masalah semacam bipolar juga kerap berdampak pada orang-orang di sekitar, misal pasangan atau anak-anak. Yang menjadi masalah, gangguan semacam bipolar tidak mudah diatasi, apalagi jika penderitanya sangat sibuk dengan kegiatan keseharian, sehingga tak punya waktu untuk mengatasi masalah atau gangguan yang dialami.

Sebagian pengidap bipolar biasanya berusaha mengatasi gangguan yang diderita dengan meminum obat, dengan tujuan agar gejala-gejala gangguan yang dialami dapat tereduksi. Namun rupanya, ada sebuah alternatif terapi yang jauh lebih kecil efek sampingnya bagi tubuh. Ditambah lagi, biaya yang dikeluarkan untuk terapi ini tak sebesar konsultasi dengan profesional ataupun menebus obat-obatan.

Terapi alternatif itu adalah menggambar atau melukis.

Bukan tanpa alasan menggambar dipilih sebagai bentuk terapi bagi orang-orang dengan gangguan psikologis. Sejumlah studi telah menemukan manfaat pembuatan karya seni bagi kondisi mental seseorang.

Menurut Naumberg (1958), seni merupakan cara seseorang memperjelas aneka perasaan yang sering kali tidak mudah dimengerti orang-orang sekitarnya. Proses terapi melalui seni dilandasi pemahaman bahwa perasaan dan pemikiran fundamental seseorang datang dari hal-hal di bawah sadarnya. Alih-alih melalui kata-kata lugas, gambar-gambar lebih mampu mengekspresikan ketidaksadaran ini.

Subani Maheshwari MD, dkk menyebutkan dalam situs Psychiatric Times contoh seniman yang mengejawantahkan kondisi emosinya dalam karya seni. Satu di antaranya adalah Martin Ramirez, seniman Meksiko pengidap skizofrenia, yang sempat membuat pameran di American Folk Art Museum, New York.

Dalam tulisan mereka pun dimuat satu contoh kasus Nyonya Robinson (78), pengidap bipolar I yang memanfaatkan terapi seni untuk meringankan gejalanya. Pada awal mengonsumsi obat-obatan, Robinson sempat menunjukkan peningkatan kondisi mental, tetapi memasuki minggu kedua, ia kembali kambuh.

Robinson lantas menjajal terapi seni. Oleh para terapis, karya-karya Robinson dinterpretasikan mengandung pesan fluktuasi emosi yang tengah dihadapinya. Perlahan tapi pasti, dengan mengikuti terapi seni, kemunculan gejala gangguan bipolar Robinson menurun. Gambar-gambarnya pun lebih merefleksikan tema-tema positif seiring perbaikan suasana hati Robinson.

Baca juga: Anak yang Lahir dari Orang Tua Bipolar Berpotensi Alami Gangguan Jiwa

Related

Psychology 3873587932172320034

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item