Kejatuhan Facebook, Kerugian Terburuk Sepanjang Sejarah

Kejatuhan Facebook, Kerugian Terburuk Sepanjang Sejarah

Naviri Magazine - Facebook sedang dirundung masalah, dan kini tampaknya harus menghadapi puncak terburuknya. Sebelumnya, Facebook sudah menjadi sorotan banyak pihak terkait banyaknya spam dan hoax yang muncul di platform media sosial tersebut. Belakangan, Facebook diguncang skandal Cambridge Analytica yang menunjukkan betapa media sosial paling populer di dunia itu memang bermasalah.

Kini, dampak dari skandal itu pun menghantam Facebook dengan sangat keras. Harga saham Facebook merosot 19 persen ke posisi $176,26 AS (sekitar Rp2,5 juta) pada penutupan perdagangan, Kamis (27/7/2018).

Dampaknya mengerikan. Facebook kehilangan valuasi perusahaannya hingga $120 miliar (sekitar Rp2.161,2 triliun). Itu merupakan kerugian terburuk yang pernah dialami sebuah perusahaan dalam satu hari perdagangan. Dengan kata lain, kejatuhan Facebook adalah kerugian terburuk sepanjang sejarah.

Mark Zuckerberg juga kena getahnya. Kekayaannya ikut terkuras lebih dari $12 miliar (Rp222 triliun) lantaran kepemilikan 13 persen saham di perusahaan yang dibangunnya sendiri itu.

Pundi-pundinya kini tersisa $67,1 miliar (sekitar Rp964,44 triliun). Namanya dalam daftar orang paling kaya versi Forbes pun langsung merosot ke posisi enam, dari sebelumnya ada di posisi empat di bawah Jeff Bezos, Bill Gates, dan Warren Buffett.

Apa pasal yang menyebabkan saham Facebook terjun bebas? Penyebab utamanya adalah keputusan tiga juta penggunanya di Eropa untuk menutup akun Facebook mereka, setelah skandal Cambridge Analytica menguap.

Deaktivasi pengguna itu berpangkal pada aturan perlindungan data yang dikeluarkan Uni Eropa, General Data Protection Regulation (GDPR) pada 25 Mei 2018.

Aturan ini memaksa perusahaan seperti Facebook untuk mengubah sistem keamanan mereka, jika ingin terus beroperasi di Kawasan Biru tersebut. Perusahaan teknologi juga harus mengirimkan peringatan maksimal 72 jam kepada pengguna yang terdeteksi datanya disalahgunakan.

Jika tidak, maka akan ada ancaman denda yang bisa dipilih antara maksimal 20 persen dari pendapatan tahunan perusahaan atau $25 juta (sekitar Rp359,91 miliar).

Kendati begitu, Chief Operating Officer (COO) Facebook, Sheryl Sandberg, mengelak bahwa GDPR memengaruhi keuangan perusahaannya.

Selain itu, mengutip CNN Tech, prediksi pendapatan yang jauh meleset untuk kedua kalinya pada tahun ini juga menyumbang pesimisme para pemegang saham.

“Banyak investor yang berada di posisi yang sulit… Efek yang terjadi jauh melampaui semua yang sudah diprediksi,” ucap analis Jefferies & Co, Brent Thill.

Lemahnya kinerja Facebook itu juga didukung oleh pernyataan petingginya sendiri, Chief Financial Officer (CFO) Facebook, David Wehner.

“Total perkembangan revenue kita akan menurun di paruh kedua 2018, dan kami memperkirakan pertumbuhan pendapatan kami akan turun dengan single digit tinggi menjelang kuartal III,” katanya.

Di luar itu, pada hari yang sama, sebuah kabar tentang delapan petinggi Facebook yang melepas saham gabungan milik mereka dengan total nilai mencapai $3,9 miliar (sekitar Rp56,1 triliun) muncul ke publik.

Bloomberg menyebut, satu dari delapan petinggi itu adalah Zuckerberg, dengan total patungan saham mencapai 90 persen.

Pengeluaran Facebook belakangan ini memang membengkak. Awal April 2018, Zuckerberg mengumumkan pembukaan 2.000 lowongan pekerjaan baru, mayoritasnya untuk memperbaiki sistem keamanan dan memberangus kabar bohong di media sosial itu.

“Saya sudah pernah bilang, Facebook mengeluarkan biaya yang besar untuk peningkatan keamanan. Hal itu bakal berpengaruh sangat signifikan terhadap keuntungan kita,” kata Zuckerberg.

Seorang analis teknologi, Richard Windsor, menilai kinerja keuangan Facebook ini tidak mengherankan. “Bisa jadi ini puncak dari daya kembang perusahaan yang sudah memiliki skala besar,” katanya dalam News.com.au.

Menurut Windsor, sudah saatnya Facebook kembali merekrut “tenaga manusia” untuk menyaring konten-konten tidak pantas, yang sulit untuk dilakukan oleh kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI).

Pesimisme lain diungkapkan analis Gerber Kawasaki, Ross Gerber. Menurutnya, ini adalah puncak karier dari media sosial. “Saya sudah pernah memperingatkan, dan sekarang menjadi kenyataan.”

Di pihak lain, Facebook mengklaim basis penggunanya masih tinggi. Pengguna aktif bulanan Facebook diklaim naik 11 persen menjadi 2,23 juta, jumlah yang tetap berada di bawah prediksi analis, 2,25 juta.

Baca juga: Skandal "Gila" yang Kini Membelit Facebook

Related

News 7531918281934106689

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item