Strategi Memenangkan Persaingan Bisnis di Pasar yang Ramai

 Strategi Memenangkan Persaingan Bisnis di Pasar yang Ramai

Naviri Magazine - Persaingan di dunia bisnis akan semakin sulit, ketika pihak yang ada di suatu bisnis semakin besar. Sebagai contoh, tiga orang yang jualan es mungkin tidak akan terlalu kesulitan untuk mendapatkan keuntungan yang sama-sama besar, khususnya jika pasarnya memang luas.

Namun, jika ada seratus penjual es di pasar yang sama, maka persaingan untuk mendapatkan keuntungan pun makin sulit, karena yang didapat makin kecil.

Sayangnya, banyak bisnis yang terjebak dalam fenomena semacam itu, karena banyak orang yang latah atau suka ikut-ikutan dalam berbisnis. Ketika suatu usaha tampak populer dan laris, orang-orang pun segera meniru. Akibatnya, banyak bisnis serupa yang saling bersaing di pasar yang sama.

Bisnis yang didasarkan pada tren atau ikut-ikutan seringkali melupakan aspek kejenuhan pasar. Padahal bisnis yang mengedepankan keramaian dianalogikan sebagai Red Ocean, yang artinya lautan yang dipenuhi ikan hiu, di mana hiu saling berkelahi. Istilahnya, menjalani bisnis yang sedang menjamur ibarat berada di keramaian penuh dengan persaingan.

W. Chan Kim dan Renee Mauborgne, mengulas hal itu dalam buku berjudul Red Ocean Traps, The Mental Models That Undermine Market-Creating Strategies, yang diterbitkan oleh Harvard Business Review Press (2015: 1-2). Ia menulis, pelaku usaha harus lebih kreatif dalam mengembangkan dan mengeksekusi strategi kompetitif.

“Untuk mencapai keberhasilan jangka panjang, bukan hanya bergantung pada daya saing, tetapi juga bergantung kemampuan pengusaha untuk menghasilkan permintaan baru, menciptakan pasar baru, serta menangkap peluang pasar yang baru,” tulis W. Chan Kim dan Renee Mauborgne.

Setidaknya, ada enam perbedaan strategi bisnis versi Red Ocean. Di antaranya, pelaku usaha bersaing dalam ruang pasar yang ada, pelaku usaha harus berorientasi mengalahkan pesaing, pelaku usaha harus mampu mengeksploitasi permintaan yang ada, pelaku usaha memperhitungkan nilai dari perdagangan, serta pelaku usaha menyelaraskan seluruh sistem kegiatan perusahaan dengan pilihan strategis diferensiasi atau biaya rendah.

Dalam bukunya, W. Chan Kim dan Renee Mauborgne juga menjelaskan, ada beberapa jebakan yang harus diwaspadai pelaku usaha dalam menjalankan bisnis yang sedang tren, terlebih karena latah semata. Jebakan pertama, pelaku usaha hanya melihat strategi penciptaan pasar yang berorientasi pada pelanggan.

Jika pebisnis terlalu fokus pada pelanggan yang sudah ada, tanpa melakukan penciptaan pasar baru, maka ia terjebak dalam penciptaan pasar yang berorientasi pelanggan. Untuk menjernihkan kembali bisnis yang sudah keruh atau terlalu banyak pesaing, maka pengusaha harus melampaui persaingan usaha.

Untuk meraih peluang keuntungan dan pertumbuhan pasar bisnis baru, pengusaha juga perlu menjernihkan bisnis dengan menciptakan strategi apa yang sering disebut Blue Ocean.

W. Chan Kim dan Renee Mauborgne, dalam buku lain berjudul Blue Ocean Strategy How to Create Uncontested Market Space and Make the Competition Irrelevant yang dipublikasi oleh Harvard Business Review Press (2015:7), mengungkapkan perpindahan dari bisnis yang ramai ke bisnis yang sedikit pelaku usahanya akan berdampak pada peningkatan pendapatan, dan laba masing-masing mencapai 62 persen dan 39 persen.

Strategi untuk menjernihkan pasar pasca beralih ke Blue Ocean adalah menciptakan atau membidik ruang pasar yang baru. Upaya membuka pasar baru dengan menerapkan Blue Ocean artinya pelaku usaha dapat menciptakan sekaligus menangkap peluang dan permintaan pasar yang baru. Untuk menciptakan pasar yang baru, ada tiga karakteristik yang mumpuni. Pertama, fokus. Kedua, perbedaan, dan ketiga punya slogan yang menarik.

Dalam penelitian, W. Chan Kim dan Renee Mauborgne menemukan pola sistematik untuk penciptaan pasar baru dengan menggunakan enam pendekatan dasar atau yang disebut sebagai kerangka enam jalur. Pertama, melihat industri alternatif. Kedua, melihat kelompok strategis dalam industri.

Ketiga, melihat jauh ke depan rantai konsumen. Keempat, melihat penawaran produk dan layanan komplementer. Kelima, membandingkan orientasi fungsional dan emosional kepada konsumen. Keenam, melihat lintas waktu.

Pada akhirnya, fokus Blue Ocean bukan untuk membatasi hasil akhir berupa harga tinggi karena bisnis berbeda dengan tren di luar, melainkan pada penciptaan permintaan baru dan nilai penjualan, dengan harga yang juga masih terjangkau.

“Strategi membuka pasar baru ini sekaligus juga dapat mencegah penjiplakan usaha,” tulis W. Chan Kim dan Renee Mauborgne.

Apa yang dikatakan W. Chan Kim dan Renee Mauborgne patut jadi perhatian, terjun di "lautan merah" bukan hal yang dilarang, tapi kreatif menciptakan model bisnis dan pasar baru jadi tantangan dan peluang.


Related

Business 6440822820884257105

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item