Terungkapnya Skandal Kebohongan Sains Terbesar

Terungkapnya Skandal Kebohongan Sains Terbesar

Naviri Magazine - Semua ilmuwan, dalam berbagai bidang, memiliki kewajiban untuk berlaku jujur dalam pekerjaan maupun penelitian dan riset yang dilakukannya. Karena hasil kerja mereka akan diikuti bahkan dipercaya oleh banyak orang. Jika ilmuwan menanggalkan kejujuran, ilmu pengetahuan akan rusak, dan orang-orang akan mempercayai sesuatu yang sebenarnya keliru.

Sayangnya, ada kalanya orang tak bertanggung jawab atau ilmuwan gadungan yang sengaja melakukan kebohongan, dengan berbagai alasan atau latar belakang. Salah satu yang pernah menggegerkan dunia sains adalah kebohongan terkait penemuan Manusia Piltdown.

Membicarakan Manusia Piltdown, kita harus membicarakan teori evolusi dan Charles Darwin terlebih dulu.

Ketika Charles Darwin menerbitkan The Origin of Species (1859) yang terkenal dengan teori evolusinya, banyak yang meragukan dan mengkritik teori tersebut. Kelemahan mendasar teori evolusi adalah adanya mata rantai yang hilang atau 'missing link' di antara kera dan manusia. Tidak ditemukannya bukti ilmiah mengenai makhluk sejenis kera yang menyerupai manusia adalah sebab utamanya.

Karena evolusi adalah perubahan dalam jangka waktu yang panjang, kera tidak mungkin langsung berevolusi begitu saja menjadi manusia. Perubahan tersebut harus terjadi secara bertahap.

Jadi, seharusnya ada fosil makhluk hidup yang berevolusi secara transisional, atau spesies peralihan. Dengan kata lain, atau dalam bahasa mudahnya, akan ada makhluk 'setengah kera dan setengah manusia' sebelum menjadi manusia utuh, seperti saat ini.

Penemuan Manusia Piltdown

Pada 1912, teori Evolusi Darwin sepertinya terbukti benar dengan penemuan fosil tengkorak dan rahang bawah di lubang bawah tanah di Piltdown, Inggris. Setelah disusun oleh petugas British Museum, jadilah susunan tengkorak manusia mirip kera. Dengan temuan tersebut, peneliti mengira telah menemukan titik terang hubungan kekerabatan antara manusia dan kera.

Penemuan Manusia Piltdown (Eoanthropus dawsoni, yang berarti manusia senja Dawson) ini memang diprakarsai oleh Charles Dawson, dokter sekaligus paleontropologi amatir, yang telah melakukan penggalian selama tiga tahun di Sussex, Inggris. Tiga tahun berselang, penemuan Manusia Piltdown II seperti semakin menghapus keraguan para ahli, sekaligus mengabaikannya selama bertahun-tahun.

Spesimen yang diperkirakan berusia 500 ribu tahun tersebut kemudian dipajang di beberapa museum sebagai bukti mutlak evolusi.
Manusia Piltdown

Kebohongan Manusia Piltdown terungkap

Empat puluh tahun kemudian, tepatnya pada 21 November 1953, Manusia Piltdown resmi dinyatakan sebagai penipuan. Tes florin pada tengkorak dan penanggalan ulang usia tanah di Piltdown yang mulai dilakukan pada 1949 membuktikan kepalsuan terheboh dalam sejarah tersebut.

Alvan T. Marson adalah ilmuwan pengungkap rekayasa yang mengecoh paleontologis dan seluruh orang di dunia tersebut. Dengan analisis terperinci, terungkap bahwa tulang tengkorak yang ditemukan berasal dari manusia zaman pertengahan (abad 5-10 M). Artinya, fosil tersebut masih terbilang 'muda' usianya, tidak sampai lebih dari 1.500 tahun.

Sementara itu, rahang bagian bawahnya berasal dari seekor orangutan, dan fosil giginya berasal dari simpanse yang belum lama mati. Umur satu set tengkorak yang sudah disatukan dan direkatkan tersebut juga disamarkan dengan menodai tulang menggunakan larutan besi dan asam kromat, agar meninggalkan kesan 'tua'.

Sayangnya, meski sudah terungkap, 'otak' di balik penipuan ini (yang menyusun set tengkorak tersebut, yang juga diduga sebagai pendukung teori evolusi) belum benar-benar terungkap.

Baca juga: Misteri Penemuan Raksasa yang Menghebohkan Dunia

Related

Science 259870007628214527

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item