Instagram, dari Tempat Pamer Foto Hingga Tempat Mencari Uang

Instagram, dari Tempat Pamer Foto Hingga Tempat Mencari Uang

Naviri Magazine - Instagram adalah media sosial yang memiliki pertumbuhan pesat. Hal itu dilatari karena media sosial ini memungkinkan penggunanya untuk memamerkan foto-foto dengan mudah. Dalam hal ini, manusia memiliki keinginan untuk mengekspresikan diri, atau dalam bahasa mudahnya ingin pamer. Kecenderungan itu mudah disalurkan lewat Instagram, karena memungkinkan pengguna untuk memamerkan foto-fotonya.

Belakangan, Instagram tidak hanya menjadi tempat untuk pamer foto-foto indah, tapi juga menjadi sarana untuk mencari uang.

Instagram diluncurkan pada 6 Oktober 2010, tepat hari ini delapan tahun lalu. Aplikasi ini pertama kali tersedia untuk ponsel dengan sistem operasi iOS. Telegraph melaporkan, salah satu alasan Kevin Systrom membuat aplikasi ini lantaran ia merasa foto yang dihasilkan di ponsel kurang maksimal, dan aplikasi yang ada saat itu belum memungkinkan orang untuk mengunggah foto di media sosial dengan waktu yang cepat.

Kevin kemudian berpikir untuk membuat aplikasi foto digital yang serupa dengan Polaroid. Ukuran 1:1 dan bisa diunggah dengan cepat atau instan. Tak berapa lama, kekasih Kevin berkata bahwa ia harus membuat potret yang ada di aplikasi lebih bagus dari foto asli. Dari sanalah gagasan untuk membuat berbagai macam fitur muncul. Kevin merancang fitur yang membuat gambar terlihat seperti potret jadul.

Aplikasi ini berkembang pesat. Jason G. Miles, dalam Instagram Power (2013), mengungkapkan, sesungguhnya berbagi foto ialah kebiasaan yang telah dilakukan manusia sejak 1885, saat George Eastman memproduksi film.

“Menangkap momen jadi semacam adiksi bagi manusia,” tulisnya. Itulah mengapa Instagram begitu diminati.

Pada 2012, Mark Zuckerberg membeli Instagram seharga satu miliar dolar. Kevin bercerita kepada Wall Street Journal (WJ), bahwa awalnya ia sempat ragu saat Mark mengatakan niat untuk membeli Instagram. Kevin mengambil waktu untuk berpikir berulang kali. Akhirnya ia setuju dengan alasan agar cakupan Instagram meluas.

Alasan berikutnya, Kevin merasa dirinya tipe orang yang adaptif dan cenderung menghindari konflik atau perdebatan bila ada perbedaan pendapat.

Perkiraan Kevin ada benarnya. Seiring waktu, Facebook dengan segala fasilitasnya memungkinkan Instagram berkembang lewat berbagai fitur, salah satunya Insta Story. Fitur tersebut dibuat pada 2016, yang mengambil inspirasi dari fitur yang ada di aplikasi Snap Chat.

Dalam artikel ‘Kevin Systrom on The Platform He Built for One Million Users’, WJ menyebut fitur tersebut digunakan oleh 400 juta orang setiap hari. Jumlah itu jauh lebih besar ketimbang Snapchat. Dampak selanjutnya, fitur tersebut jadi salah satu andalan para pelaku bisnis.

Terlepas dari fitur-fitur yang digunakan para pelaku bisnis, Instagram telah jadi salah satu senjata untuk berdagang. Ini bahkan dilakukan anak berusia 12 tahun.

Time pernah menulis kisah Theresa Nguyen, seorang remaja yang mendapat penghasilan 3.000 dolar per bulan karena berdagang slime (jenis mainan yang bentuknya seperti lilin atau Play Doh) di Instagram. Ia sendiri yang punya keinginan untuk membuat slime, dan menjualnya secara daring.

Baca juga: Bagi Calon YouTuber, Begini Cara Mendapatkan Uang Lewat YouTube

Related

Lifestyle 8567111675634549340

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item