Film Cult, Tontonan Buruk yang Justru Digemari Banyak Orang

Film Cult, Tontonan Buruk yang Justru Digemari Banyak Orang

Naviri Magazine - Para penggemar film kemungkinan pernah mendengar istilah “film cult”. Istilah itu bukan sebutan untuk suatu genre semacam horor, action, drama, atau semacamnya. Cult adalah sebutan untuk film yang aneh, unik, tidak lazim, bahkan jelek, tapi memiliki penggemar fanatik.

Pada dasarnya, sebuah film bisa disebut sebagai cult, jika punya beberapa prasyarat. Bruce Kwain, seorang penulis dan sejarawan film, menyebutkan bahwa film cult "...ditonton berkali-kali oleh penggemar loyal. Sebuah film dengan tema cerita berbeda, bahkan menyimpang. Dirayakan oleh penonton yang berbeda dan menyimpang pula."

Sedangkan Timothy Corrigan, penulis buku The Film Experience: An Introduction, menambahkan kalau film cult itu dimagirnalkan, eksentrik, dan ganjil.

Banyak kritikus film membuat semacam pengelompokan film cult. Kritikus Michael Medved, misal. Dia pernah membuat satu kelompok film yang, "Saking jeleknya malah terlihat bagus". Dia menyebut jenis film seperti Plan 9 from Outer Space (1959) dan The Room (2003).

Ada pula film B yang masuk sebagai film cult. Film B adalah istilah yang dipakai untuk menyebut film dengan bujet pas-pasan, dan penggarapan yang juga seadanya. Tapi tak semua film B masuk dalam film cult. Lagi-lagi, syarat seperti keganjilan cerita, kejelekan make up, hingga busuknya jalan cerita, kerap menjadi faktor yang membuat sebuah film menjadi cult.

Film cult pada akhirnya bisa meraih popularitas arus utama, meski awalnya tak dimaksudkan untuk itu. Mungkin salah satu penandanya adalah bisa diaksesnya film Cannibal Holocaust secara luas.

Quentin Tarantino kemudian menjadi sutradara yang dianggap memperkenalkan pengaruh film-film cult ke khalayak umum. Dia menulis skrip From Dusk Till Dawn, sebuah film horor yang berkelindan antara perampok bank, keluarga pendeta, dan para vampir. Tarantino kemudian semakin menunjukkan pengaruh itu lewat film Reservoir Dogs.

Kecintaan Tarantino pada film-film cult, terutama dari kawasan Asia, semakin kokoh saat dia membentuk Rolling Thunder Pictures, perusahaan distribusi film yang bekerja sama dengan Miramax, dan mengkhususkan diri merilis film-film indie dan cult.

Meski hanya berusia 3 tahun, mereka berjasa mendistribusikan film-film seperti Chungking Express, Sonatine, hingga merilis ulang The Mighty Peking Man dan Switchblade Sisters—yang kemudian tampak memengaruhi karakter di film Kill Bill.

Baca juga: Lost in Translation, Film Tentang Cinta yang Menghanyutkan

Related

Film 2764385446967112649

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item