Yue Fei, Pemimpin Perang Legendaris di Zaman Cina Kuno (Bagian 1)

Yue Fei, Pemimpin Perang Legendaris di Zaman Cina Kuno

Naviri Magazine - Dulu, di televisi ada serial terkenal berjudul Legend of the Condor Heroes/Shediao Yingxiong Zhuan. Dalam kisah tersebut ada seorang tokoh bernama Jenderal Gak Hui, pahlawan masa Dinasti Song yang banyak berjasa dalam menentang invasi Bangsa Jin.

Gak Hui tak lain dan tak bukan adalah Yue Fei. Perbedaan pelafalan nama ini semata terjadi karena perbedaan dialek. Gak Hui merupakan lafal dialek Hokkian, sedang Yue Fei adalah lafal dalam bahasa Mandarin.

Yue Fei lahir dari keluarga miskin dan sederhana, namun berhasil menjadi jenderal yang penuh integritas. Sepanjang karirnya, ia berjuang mencegah invasi Bangsa Jin di perbatasan utara Cina, yang berulang kali mencoba menduduki Cina.

Sebagai komandan yang gagah dan bijaksana, suatu kali ia berhasil mengalahkan pasukan Jin yang berjumlah 500 ribu orang, hanya dengan pasukan berkekuatan 800 prajurit.

Kejadian di luar kota Kaifeng itu membuat Yue Fei dipuji oleh tokoh Wanyen Hong Lieh (Wanyen Lieh) dalam novel Sintiauw Hiaplu, sebagai jenderal yang ahli dalam seni berperang dan tangguh di medan pertempuran.

Dalam sejarah, komandan pasukan Jin yang dikalahkannya konon berkeluh kesah sesaat setelah dikalahkan Yue Fei. “Rasanya lebih mudah mengguncangkan Gunung Taishan daripada menghancurkan pasukan Yue Fei.” Berkat Yue Fei dan Jenderal Han Shizhong, Dinasti Song Utara yang lemah bisa bertahan selama beberapa waktu lamanya.

Sayang, walaupun Yue Fei dan pasukannya memenangkan berbagai peperangan dan bisa memulihkan kondisi Dinasti Song Selatan di beberapa tempat, ada musuh yang siap mengintai. Musuh itu adalah seorang gila harta bernama Qin Hui.

Qin Hui menebarkan fitnah palsu, sehingga Yue Fei akhirnya dikirim ke penjara dan dihukum mati. Mendengar berita ini, Han Shizhong bertanya, apa kesalahan yang dilakukan oleh Yue Fei. Qin Hui menjawab, “Mo Xu You.” Belakangan, istilah ini digunakan untuk menyebut tuduhan palsu. Yue Fei baru berumur 39 tahun saat ia dihukum mati.

Makamnya di Hangzhou

Makam dan kuil memorial untuk Jenderal Yue Fei hingga kini masih menjadi salah satu atraksi turisme di Hangzhou. Kedua bangunan ini terletak di bagian selatan Kaki Bukit Qixia. Bangunan kuil dan makam yang ada sekarang merupakan bangunan yang kebanyakan dibangun pada masa Dinasti Qing.

Kompleks makam dan kuil terdiri dari taman makam, kuil memorial, dan kuil kesetiaan. Di sudut barat kompleks terdapat taman makam yang menghadap ke timur. Dua buah kuil dibangun masing-masing di bagian selatan, dengan arah menghadap ke selatan.

Gerbang Kuil Memorial Yue Fei menghadap ke arah Danau Yue, salah satu bagian dari lima seksi Danau Xihu. Di antara makam, kuil dan Danau Yue berdiri sebuah hifang atau pintu gerbang bertuliskan Kesetiaan Tanpa Batas. Lebih dari 800 tahun setelah Kaisar Xiaozong dari Dinasti Song Selatan mengeluarkan perintah kerajaan untuk memakamkan kembali Yue Fei secara terhormat, Yue Fei masih terus dikenang.

Tato kesetiaan

Sejak dalam kandungan, Yue Fei (1102-1142) sudah menunjukkan tanda-tanda kalau orang asal Xiangzhou, Tangyin, yang lahir dari keluarga petani itu, kelak bakal jadi orang yang istimewa. Pada hari kelahirannya, ayahnya melihat burung besar sedang terbang sambil mengepakkan sayapnya. Oleh karena, itulah putranya ia beri nama Fei. Yue Fei memiliki nama alias (Zi) Peng Ju.

Belum genap sebulan umur Yue Fei, Sungai Huanghe tiba-tiba bobol, airnya meluap hingga menenggelamkan seluruh Kabupaten Tangyin. Dalam keadaan genting, ibu Yue Fei yang bermarga Yao, melompat masuk ke dalam gentong besar sambil menggendong Yue Fei. Gentong besar berisi ibu dan anak itu mengalir bersama arus banjir bandang.

Akhirnya, mereka baru diselamatkan setelah mendekat ke sebuah gundukan tanah yang tinggi. Setelah itu, baru keluarga Yue bertiga dapat bersatu kembali.

Sejak kecil, tubuh Yue Fei tegap perkasa. Sebelum usianya genap 20 tahun, dia sudah berhasil menarik busur panah sebesar 300 kati, dan busur silang sebesar 8 bongkah batu besar. Ketika ratusan anak panah dilepaskan dari busurnya, ratusan anak panah itu semuanya mengenai sasaran. Teknik membidiknya pun sangat hebat.

Pada akhir masa Dinasti Song Utara, pemerintahan di istana sangat korup, negara mengalami banyak kesulitan, dan rakyat harus menjalani kehidupan yang pahit. Melihat keadaan seperti itu, Yue Fei sangat geram dan marah, dalam hatinya bergejolak rasa nasionalisme dan cinta negara, dan ingin melawan musuh.

Ibunda Yue Fei tahu hati putranya ingin membela negara, sehingga di punggung Yue Fei ia mentatok kata Jing Zhong Bao Guo (Setia dalam Membela dan Membalas Budi pada Negara). Ibunda Yue Fei pun mendukung putranya mengikuti wajib militer untuk melawan musuh. Saat berumur 20 tahun itulah, Yue Fei mengikuti wajib militer.

Tentara Jin lari terbirit-birit

Pada tahun 1127, saat terjadi tragedi memalukan 'Jing Kang', tentara negeri Kim [Jin] berhasil menduduki Bianjing [sekarang Kaifeng]. Mereka menangkap dan menawan Kaisar Huizong dan Qinzong, dan kembali ke utara.

Pangeran Kang mendirikan kerajaan dan bergelar Gaozong. Dia tak berani tinggal di Bianjing dan melarikan diri ke Yangzhou, meninggalkan jenderal tua Zong Ze sendirian menjaga Kaifeng. Pada saat itulah, Yue Fei bergabung ke bawah pimpinan jenderal Zong Ze, dengan menjadi asisten jenderal.

Yue Fei sangat cerdas dan gagah berani. Selama itu ia banyak memenangkan peperangan dan berjasa besar. Yue Fei melihat Kaisar Gaozong mabuk kekuasaan, sepanjang malam hanya minum arak dan bersenang-senang. Dalam kemarahan tanpa mempedulikan status dirinya sebagai bawahan, ia menulis surat pada Gaozong dan memintanya kembali ke ibu kota dan membereskan kembali Cina Pusat.

Menteri korup, Huang Qianshan dan Wang Boyan, membaca surat yang dilayangkan Yue Fei. Di dalamnya terdapat laporan yang menyatakan mereka berdua berkhianat pada Negeri Song. Kedua orang itu kontan kesal, dan melakukan berbagai cara agar Yue Fei dipecat dari jabatannya.

Walaupun terpukul, Yue Fei tidak putus asa. Dia kemudian bergabung dengan Panglima Zhao dari Hebei. Begitu kedua orang ini bertemu, mereka seperti telah lama mengenal dan punya pandangan sama.

Baca lanjutannya: Yue Fei, Pemimpin Perang Legendaris di Zaman Cina Kuno (Bagian 2)

Related

History 6322008921191103930

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item