Bencana Banjir Dahsyat dan Misteri Kapal Nabi Nuh yang Hilang

Bencana Banjir Dahsyat dan Misteri Kapal Nabi Nuh yang Hilang

Naviri Magazine - Dalam cerita banjir besar di zaman Nabi Nuh yang melanda bumi, Nuh hanya dapat melihat air begitu badai mereda. Nabi Nuh mengirim burung merpati untuk memantau bumi, hingga 3 kali. Di kali ketiga, burung merpati itu tak kembali, jadi Nuh tahu kini bumi sudah aman untuk dihuni. Itu berarti Nabi Nuh keluar dari bahtera, tiba di negeri yang belum pernah dilihatnya, jauh di sebuah pegunungan di suatu tempat. Tapi masalahnya, gunung yang mana?

Menurut arkeolog, Bob Cornuke, umumnya para pemburu bahtera Nuh mencari di tempat yang salah. Ia tak percaya bahtera itu berada di Puncak Ararat, sebab ia pernah mengitarinya 2 kali dengan menaiki helikopter dan pesawat. Dan ia tidak pernah melihat obyek apa pun di sana yang mirip bahtera. Lalu, di mana tempat yang benar?

Menurutnya, bahtera itu terletak di pegunungan utara Iran. Cornuke telah melakukan 4 ekspedisi ke Iran, sekaligus menerima pelecehan yang biasa didapati oleh pemburu bahtera. Sebab orang akan sering ditertawakan bila mencari bahtera Nuh. Menurut Cornuke, ia memiliki petunjuk yang belum bisa diikuti siapa pun, yaitu laporan insinyur Amerika yang melihat hal aneh di sebuah gunung di Iran, pada 1943 lalu.

Pada ketinggian 3.750 m, tampak sebuah benda gelap yang luar biasa, berbentuk sebuah bahtera, mencuat keluar dari sisi gunung. Bukan berbentuk kotak besar seperti imajinasi kita, tapi lebih mirip bangunan yang sudah terbakar, dan ada sisa-sisa hangusnya. Bahan dasarnya seperti kayu, tapi sangat berat, hingga hanya sedikit contoh bisa dibawa untuk diuji.

Lalu, apakah obyek luar biasa yang terletak di pegunungan tersebut benar-benar sebuah bahtera? Adakah sangkut pautnya dengan kisah Nabi Nuh? Dan apakah mungkin itu benar-benar bahtera Nabi Nuh yang selama ini banyak diburu?

Dari teori tudung uap air yang entah bagaimana runtuh, lalu teori air dalam tanah yang entah bagaimana menyembur keluar, sampai teori mengenai tabrakan komet di suatu tempat di samudera, semua teori ini menawarkan penjelasan atas bencana banjir. Lalu, teori manakah yang benar?

Bertahun-tahun, ahli purbakala mencari petunjuk mengenai bencana banjir besar di Timur Tengah, sesuatu yang bisa menegaskan catatan kitab suci mengenai kejadian tentang Nuh dan bahteranya. Dan selama bertahun-tahun, hasilnya nihil.

Lalu, di tahun 1920-an, ahli purbakala bernama Leonard Woolley menemukan lapisan tebal endapan lumpur saat menggali kota kuno Ur, yang berlokasi di Irak. Ia kira di sinilah petunjuk sebenarnya mengenai banjir global itu muncul. Namun hasilnya ternyata tidak.

Salah satu situs purbakala yang digali Woolley ternyata hanya terjadi akibat banjir setempat, bukan merupakan banjir global. Tapi cukup drastis, hingga ada puing sedalam 90 cm yang menyapu kota itu.

Lalu, di tahun 1996, dua geolog, Bill Ryan dan Walter Pitman, bekerja di lepas pantai Turki, perairan yang dianggap paling misterius di dunia. Suatu wilayah laut asin besar, selebar 1.200 km dari timur ke barat, yang disebut Black Sea/Laut Hitam. Bill Ryan dan Walter Pitman tengah memetakan topografi bawah airnya, dan mereka melihat sesuatu yang menarik. Suatu pantai, jauh di bawah permukaan. Ini menunjukkan bahwa ketinggian air di masa lalu jauh lebih rendah.

Mereka menemukan sejumlah pantai, karena saat air menyusut akibat penguapan di kondisi zaman es yang sangat gersang meninggalkan garis pantai tua yang mirip noda-noda bak mandi di kedalaman 90-110 meter. Dan garis pantai terdalam yang berhasil ditemukan sedalam 156 meter.

Contoh isi dari dasar lautnya menunjukkan pada suatu waktu, dulunya Laut Hitam merupakan danau air tawar, dan contoh inti juga menunjukkan perubahan mendadak dari remis air tawar menjadi remis laut. Pengujian menghasilkan bukti bahwa semua moluska laut tampaknya muncul di semua kedalaman Laut Hitam pada saat bersamaan, 7.600 tahun yang lalu. Jadi, sesuatu yang luar biasa pernah terjadi di sini.

Ya, sesuatu yang luar biasa itu adalah banjir dengan skala besar, dan sangat mungkin terjadi akibat Global Warming/Pemanasan Global. Di akhir Zaman Es, jutaan ton air terkurung di es kutub. Tapi sungai es mundur dan es kutub meleleh, permukaan laut naik, termasuk di laut Mediterania. Air yang naik mencari tempat tujuan, dan menemukan sisi lain dari tanah genting tipis di suatu lahan, di mana danau air tawar besar menanti di daratan rendah.

Hal ini berarti satu hal, hukum gravitasi mengambil alih. Air dari Mediterania mulai membuat saluran melalui Bosporus, mencari tempat yang lebih rendah. Begitu air saluran dibuat, air yang tertahan di Mediterania menerobos masuk, menyapu semua jalurnya.

Saluran yang terjadi perlahan-lahan kian dalam dan makin cepat alirannya, diperkirakan butuh 30-90 hari untuk membuat jurang air penuh. Pertanyaannya, apa ada yang melihat peristiwa tersebut?

Menurut ahli purbakala, Fred Hiebert, jawabannya ada. Sepuluh ribu tahun yang lalu, saat Bosporus belum ada dan Laut Hitam masih merupakan danau air tawar, permukaannya jauh lebih rendah dibanding sekarang. Itu berarti area luas sekelilingnya adalah daratan kering. Area yang sangat bagus untuk dihuni pemburu atau petani purba.

Masyarakat Neolitikum pasti mengalami sesuatu yang nyaris tak dapat mereka pahami. Sebuah laut berpindah ke laut lain melalui celah selebar beberapa mil, dan itu peristiwa yang sungguh menakutkan. Mereka pasti mendengar suara gemuruh, dan tanah sangat mungkin bergetar hebat. Mungkin mereka merasakannya sejauh 100-200 Km, sejumlah energi yang sangat besar dan luar biasa.

Air menggelora melalui Bosporus, dengan kecepatan 96 km/jam, dan melepas volume air 200 kali lipat dari air terjun Niagara. Siapa pun yang tinggal dalam beberapa mil dari Bosporus pasti tersapu, sedangkan mereka yang tinggal lebih jauh alan melihat dunia mereka diubah oleh aliran air yang seolah-olah tak ada akhir.

Jika tinggal di lembah sungai, orang pasti masuk jauh ke darat, dari beberapa ratus meter sampai satu kilometer tiap harinya. Terus berlanjut, tiap hari lebih jauh ke darat, di depan air bah ini. Jika dugaan Pitman benar, hampir 5.000 tahun berlalu antara masa air bah itu terjadi, dan masa kenangan lama itu ditulis. Jelas ada banjir buruk yang menutupi semuanya, dan dimana saja. Dan itu mungkin menjadi penyebab munculnya legenda air bah.

Peristiwa bencana seperti itu pasti terkesan meliputi seluruh dunia, karena mungkin orang membawa serta ceritanya saat bermigrasi. Dan mungkin cerita-cerita itu menjadi legenda air bah Mesopotamia, lalu kisah epik Gilgamesh, dan Kisah Nabi Nuh. Pastilah banjir yang amat besar, bukan yang menutupi seluruh bumi, tetapi menutupi sebagian besar daratan yang saat itu mereka ketahui.


Related

Moslem World 4047597411224290966

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item