Bermodal Kecil, Para Wanita Ini Sukses Berbisnis Hijab

Bermodal Kecil, Para Wanita Ini Sukses Berbisnis Hijab

Naviri Magazine - Keinginan berbisnis kadang terhambat karena tak memiliki modal yang cukup. Sekarang, bisnis tak harus dibangun dengan modal besar, termasuk dalam berbisnis pakaian muslim. Jehan contohnya. Ia memproduksi label Jenahara, berbekal Rp 10 juta saja.

Bermula dari hobi membuat baju sendiri, Jehan lantas mengunggah foto baju bikinannya ke media sosial. "Ternyata banyak yang suka," kata Jehan.

Jehan, putri artis era 1980-an, Ida Royani, ini akhirnya serius menekuni bisnis tersebut. Jehan mendesain, membeli kain, lantas menjahitkannya. "Waktu itu masih outsourcing," ujar Jehan.

Kini Jehan memiliki usaha konfeksi dengan 20 tenaga jahit lepas. Ia dibantu 10 karyawan dalam tim produksi dan pemasaran, untuk memperoleh omzet sekitar Rp 300 juta per bulan. "Kalau Ramadan, bisa naik dua kali lipat."

Ria Miranda, pebisnis pakaian muslim lainnya, memulai bisnis dengan modal awal Rp 12 juta untuk membuat contoh dan memproduksi. Tapi, ketika membangun usaha konfeksi, ia memerlukan Rp 500 juta untuk membeli peralatan dan ongkos tenaga kerja, yang kini berjumlah 50 orang di Bintaro.

Senada, Windri Widiesta Dhari juga memanfaatkan modal kecil, yakni Rp 15 juta, ketika merintis bisnis busana muslim berlabel Nur Zahra. Dengan bujet itu, ia membeli mesin jahit Rp 3 juta, dan berbelanja bahan.

Dulu, Windri adalah manajer penjualan produk bermerek Guess. Ia pernah menjadi General Manager Aero Wisata, anak perusahaan PT Garuda Indonesia. "Akhir 2008 aku berhenti, ngurus anak," kata Windri.

Kreativitas desainer muda inilah yang membuat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif percaya diri mempromosikan karya mereka ke mancanegara.

"Perancang fashion muslim kita luar biasa. Mereka bermain dengan model, warna, tapi tetap menjaga syariat. Mereka diterima semua segmen, kelas menengah, bahkan kelas atas," kata Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar.

Hasilnya, ia menambahkan, adalah sambutan yang luar biasa. Pemerintah menargetkan Indonesia sebagai kiblat fashion muslim pada 2020.

"Peluang kita di situ. Kita tidak mungkin mengejar Paris atau Milan sebagai pusat mode yang sudah lama dan mapan," kata Sapta. "Mereka yang punya uang. Beli juga nggak pakai nawar."

Baca juga: Begini Cara Membangun Brand dan Personal Branding yang Kuat

Related

Female 3880411110692776324

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item