Ini 6 Konglomerat yang Membayar Pajak Terbanyak di Indonesia

Ini 6 Konglomerat yang Membayar Pajak Terbanyak di Indonesia

Naviri Magazine - Setiap warga negara, khususnya di Indonesia, memiliki kewajiban membayar pajak. Dalam hal itu, semakin besar penghasilan seseorang maka semakin besar pula pajak yang harus ia bayarkan pada negara. Karenanya, para usahawan yang memiliki bisnis besar tentu membayar pajak yang jauh lebih besar dibanding karyawan atau pekerja biasa.

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan belum lama ini memberikan penghargaan kepada 30 pembayar pajak terbesar 2018. Negara berhasil mengumpulkan hingga Rp418,73 triliun dari para pembayar pajak terbesar. Jumlah sebanyak itu menyumbang 31,8 persen terhadap total penerimaan pajak 2018 yang mencapai Rp1.315,9 triliun.

Sebanyak 24 di antaranya adalah wajib pajak badan usaha, sedang 6 lainnya merupakan wajib pajak orang pribadi. Mereka rata-rata membayar pajak lebih dari Rp1 triliun per tahun, wow!

Dari 6 penyumbang pajak terbesar untuk kalangan wajib pajak orang pribadi, 3 di antaranya merupakan nama-nama yang termasuk orang terkaya dunia versi Forbes 2019. Mereka adalah Alexander Tedja, Raden Eddy Kusnadi Sariaatmadja, serta Theodore Permadi Rachmat. Inilah daftar 6 nama yang menyumbang pajak terbesar 2018.

Arifin Panigoro

Arifin Panigoro adalah pendiri dan pemilik Medco, yang kini telah menjadi perusahaan energi raksasa. Kesuksesannya tak datang secara instan. Sejak masih bocah, dia sudah biasa bekerja dengan membantu ayahnya di toko. Saat kuliah, dia juga menjajal pekerjaan sampingan.

Sebelum kaya raya, salah satu pekerjaan yang pernah dia lakoni adalah memasang instalasi listrik dari rumah ke rumah. Ketika minyak bumi jadi komoditas primadona pada 1980-an, Arifin mendirikan Medco. Di tahun 1994, Medco sukses jadi perusahaan publik dengan melakukan penawaran saham perdana.

Alexander Tedja

Alexander Tedja masuk daftar orang terkaya dunia 2019 versi Forbes, dengan kekayaan 1,6 miliar dolar Amerika Serikat. Pria ini kaya raya berkat bisnisnya yang mengular di bidang properti, lewat bendera Pakuwon Jati.

Dia memiliki sejumlah mal, seperti Kota Kasablanka, Blok M Plaza, serta Gandaria City, di Jakarta. Mal lain miliknya termasuk Tunjungan Plaza dan Pakuwon Mall di Surabaya. Alexander juga mendirikan hotel, seperti Sheraton Surabaya Hotel & Towers, Four Points By Sheraton Surabaya, dan Sheraton Grand Jakarta Gandaria City.

Belum lagi, proyek lain yang mencakup hunian hingga perkantoran bikin kantongnya makin tebal. Pantas, pajaknya selangit, ya!

Budi Purnomo Hadisurjo

Nama Optik Melawai tentu tak asing lagi di telinga, kan? Apalagi buat pengguna kacamata. Selain menawarkan pelayanan yang berbeda dari optik biasa, optik satu ini juga tak mau tergerus zaman dengan menghadirkan layanan belanja online.

Di gerai Optik Melawai, pelanggan lebih leluasa mengambil sendiri dan mencoba kacamata incaran. Dengan begitu, optik ini mengedepankan pengalaman dan kepuasan pelanggan. Tak heran jika gerainya kini mencapai ratusan di seluruh Indonesia.

Orang di balik kesuksesan Optik Melawai juga turut jadi penyumbang pajak terbesar. Dia adalah pendiri Optik Melawai, Budi Purnomo Hadisurjo. Pria ini mulai membangun Optik Melawai sejak tahun 1981. Namanya terinspirasi dari daerah Melawai di Jakarta Selatan, yang merupakan lokasi pertama gerai optik tersebut berdiri.

Garibaldi Thohir

Garibaldi Thohir adalah pendiri dan CEO Adaro Energy. Jika selama ini bisnis batu bara merupakan bisnis yang kepemilikannya banyak dikuasai asing, melalui Adaro, Garibaldi Thohir berhasil jadi tuan rumah di negara sendiri.

Pada tahun 2017, dia masuk ke dalam daftar terkaya Indonesia versi Forbes di urutan 23. Total kekayaannya saat itu mencapai 1,41 miliar dolar AS. Atau, jika dirupiahkan, setara dengan Rp19,03 triliun. Pantas, pajak yang dia sumbangkan sangat besar!

Raden Eddy Kusnadi Sariaatmadja

Raden Eddy Kusnadi Sariaatmadja masuk dalam daftar orang terkaya dunia versi Forbes. Jumlah kekayaannya mencapai 1,3 miliar dolar AS. Tentu saja, pajak yang dia sumbangkan ke negara jumlahnya sangat besar.

Eddy memulai bisnisnya sendiri pada tahun 1983, di usia yang masih belia. Kala itu, dia baru selesai mengenyam pendidikan, dan mendirikan PT Elang Mahkota Teknologi Komputer. Perusahaan itu kian sukses, dan berubah nama pada 1997.

PT Elang Mahkota Teknologi Komputer berubah jadi PT Elang Mahkota Teknologi Indonesia alias Emtek, dan bidang usahanya terus meluas. Kini, berkat Emtek, Eddy diberi julukan “raja media” karena merajai bisnis televisi, mulai dari SCTV, O’Channel, hingga Indosiar. Dia juga mendirikan rumah produksi Screenplay Productions.

Theodore Permadi Rachmat

Theodore Permadi Rachmat juga masuk dalam daftar orang terkaya dunia versi Forbes 2019. Kekayaannya mencapai 1,7 miliar dolar AS. Dia mampu mengumpulkan kekayaan dari Triputra Group yang bergerak di bidang batu bara, perdagangan, agribisnis, karet olahan, perdagangan, dan sebagainya.

Pria ini memulai karier sebagai salesman di Astra di usia 25 tahun. Setelah belasan tahun, dia diangkat jadi CEO Astra di usia 45 tahun. Setelah sukses dengan kariernya, dia mendirikan Triputra Group.

Related

Figures 8015795339271363909

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item