Monsanto, Perusahaan Paling Kontroversial di Dunia (Bagian 3)

Monsanto, Perusahaan Paling Kontroversial di Dunia

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Monsanto, Perusahaan Paling Kontroversial di Dunia - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Pada 8 Agustus 1983, aktivis hak-hak konsumen, Jim Turner dari Community Nutrition Institute, dan Dr. Woodrow Monte, Direktur Food Science and Nutritional Laboratories Arizona State University, mengajukan tuntutan hukum pada FDA atas persetujuannya pada aspartame. Namun hal itu tidak menghentikan produksi massal minuman kaleng berbahan aspartame. Diet Coke dan Diet Pepsi adalah sebagian dari produk yang menggunakan bahan ini.

Tahun 1985, Monsanto menyelesaikan proses akuisisi G.D. Searle, yang memiliki hak paten atas aspartame, kandungan aktif dalam produk merek "NutraSweet". Selanjutnya, Monsanto membentuk anak perusahaan terpisah untuk menangani produk ini, yaitu NutraSweet Company.

Tahun 1986, Monsanto dinyatakan bersalah karena dianggap teledor telah membiarkan pekerja terekspos bahan-bahan beracun di pabriknya, di Chocolate Bayou Plant di Texas. Karenanya, Monsanto didenda $100 juta untuk diberikan kepada keluarga Wilbur Jack Skeen, pekerja yang tewas setelah menderita leukimia.

Tahun 1986, terjadi perdebatan sengit dalam satu sesi dengar pendapat di Kongres Amerika, antara ahli-ahli independen dengan National Cancer Institute (NCI), tentang dampak formaldehyde terhadap kesehatan. Monsanto dan DuPont membiayai studi yang dilakukan NCI, yang isinya menyangkal pendapat para ahli tentang bahaya formaldehyde.

Tahun 1987, Monsanto melakukan uji coba lapangan pertama atas tanaman modifikasi genetis.

Tahun 1987, Monsanto menjadi perusahaan pertama yang diwajibkan memberi ganti rugi senilai $180 juta kepada para veteran Perang Vietnam, yang terkontaminasi "Agent Orange".

Tahun 1988, seorang juri federal menemukan G.D. Searle & Co. melakukan pelanggaran dalam uji coba keamanan produk peralatan KB (IUD) merek "Copper 7", yang antara tahun 1974 hingga 1986 telah digunakan oleh 10 juta wanita.

Tahun 1990, seorang peneliti EPA dinyatakan menerima suap untuk meloloskan uji penelitian tentang bahaya dioxin.

Tahun 1990, Monsanto menghabiskan $405.000 untuk mengalahkan perda Proposition 128 di provinsi California, yang dikenal sebagai "Big Green Initiative". Perda ini ditujukan untuk memerangi penggunaan pestisida, termasuk produk-produk Monsanto yang dianggap membahayakan kesehatan.

Tahun 1991, Monsanto didenda $1,2 juta setelah diketahui berusaha menyembunyikan limbah berbahaya di Mystic River, Connecticut.

Tahun 1994, produk bioteknologi pertama Monsanto diluncurkan, yaitu hormon penumbuh kebodohan untuk binatang ternak, bernama rBGH atau rBST, disusul berbagai produk bioteknologi lainnya.

Untuk menguasai pasar, Monsanto selanjutnya mengajukan tuntutan hukum terhadap perusahaan-perusahaan peternakan kecil yang mempromosikan produknya sebagai bebas dari hormon buatan.

Tahun 1995, Monsanto dituntut setelah dinyatakan telah menyediakan material radioaktif terhadap 829 wanita hamil.

Tahun 1995, Monsanto menempati ranking 5 perusahaan polutan terbesar di Amerika, dengan jumlah zat polutan yang dilepaskan mencapai 18,5 juta kg. Monsanto diwajibkan membayar $41,1 juta kepada otoritas lingkungan Texas, karena zat-zat polutan yang ditumpuknya dianggap membahayakan.

Tahun 1995, The Safe Shoppers Bible menyatakan produk Monsanto, Ortho Weed-B-Gon Lawn Weed Killer, mengandung racun karsinogen, 2,4 D yang merangsang kanker.

Tahun 1996, Monsanto memproduksi "Roundup Ready", bibit kedelai yang diklaim tahan terhadap herbisida, serta BT cotton yang diklaim imun terhadap hama.

Setelah berpindah orientasi sebagai perusahaan bioteknologi, Monsanto berusaha "membersihkan diri" dengan klaim bahwa produk-produk rekayasa genetisnya sebagai terobosan besar untuk mengatasi bahaya kekurangan pangan global.

Robb Fraley, seorang eksekutif Monsanto, bahkan mengklaim Monsanto setara dengan Microsoft di bidang teknologi komputer. Namun, sebagian ahli menganggap Monsanto hanya berusaha menjaga dominasi produknya, "Roundup", yang mendekati masa kadaluwarsa hak patennya.

Hal itu dilakukan Monsanto dengan memperkenalkan bibit-bibit tanaman yang tahan terhadap "Roundup", sehingga membuat "Roundup" bisa digunakan sebagai pembunuh gulma pada tanaman yang sedang tumbuh. Sebelumnya, "Roundup" hanya bisa diterapkan sebagai pembunuh gulma sebelum bibit ditanam.

Tahun 1997, Jaksa Agung New York memerintahkan Monsanto menghentikan klaimnya, yang menyebutkan "Roundup" sebagai produk yang bisa terurai dan ramah lingkungan.

Tahun 1997, The Seattle Times melaporkan bahwa Monsanto telah menjual 6.000 ton limbah terkontaminasi ke perusahaan-perusahaan pupuk di Idaho.

Sejak tahun 1997, Monsanto banyak mengakuisisi perusahaan-perusahaan pembibitan. Selama dasawarsa 1990-an, Monsanto telah menghabiskan $10 miliar untuk membeli perusahaan-perusahaan pembibitan di seluruh dunia, satu langkah yang masih berlangsung hingga saat ini. Monsanto menjadi perusahaan pembibitan terbesar di dunia, dengan menguasai seperempat produk bibit dunia.

Tahun 1999, di bawah kritikan masyarakat internasional, Monsanto menghentikan iklan produk-produk bibit "terminator", yaitu bibit yang tidak bisa diturunkan menjadi bibit baru.

Tahun 1999, Monsanto menjual pabrik phenylalanine kepada Great Lakes Chemical Corporation (GLC), senilai $125 juta. Namun, hanya setahun kemudian, GLC menuntut Monsanto karena dianggap telah melakukan penipuan hingga harus menderita kerugian $71 juta.

Tahun 2000, mengikuti program pemberantasan gulma bernama Plan Colombia, Amerika menghabiskan ratusan juta dollar untuk menyemprotkan herbisida "Roundup" dari udara, di beberapa titik di negara bagian Columbia.

Dampaknya segera terlihat dengan munculnya berbagai penyakit di daerah-daerah yang terkontaminasi, seperti gangguan pernapasan, gastrointestinal, dan gangguan kulit, hingga kematian pada anak-anak. Selain itu, banyak binatang yang ditemukan tewas tidak lama setelah dilakukan penyemprotan.

Tahun 2002, The Washington Post menurunkan artikel berjudul "Monsanto Hid Decades Of Pollution, PCBs Drenched Alabama Town, But No One Was Ever Told". Tahun itu juga, saham Monsanto anjlok, diduga artikel The Washington Post menjadi salah satu faktornya.

Tahun 2003, Monsanto didenda senilai $600 juta sebagai kompensasi bagi 20.000 lebih penduduk kota Anniston, Alabama, yang terkontaminasi limbah PCB yang dibuang selama tahun 1930-an hingga 1970-an.

Antara tahun 2004-2005, Monsanto mengajukan banyak tuntutan hukum pada para petani di Kanada dan Amerika, dengan tuduhan pencurian hak paten atas bibit yang ditanam petani. Pada banyak kasus, petani mengklaim bibit yang diperolehnya berasal dari perkebunan lain yang serbuk sarinya dibawa oleh angin. Mahkamah Agung Kanada dan Amerika, dicurigai telah menerima suap dari Monsanto, memutuskan para petani telah bersalah.

Tahun 2005, Monsanto mendapatkan hak paten atas satu teknik pembiakan ternak babi, yang membuatnya secara otomatis memiliki hak kepemilikan atas tiap kelahiran babi yang diternakkan dengan teknik tersebut oleh setiap peternak. Keputusan itu mendapat kecaman para aktivis hak-hak masyarakat. Greenpeace, misalnya, mengecam Monsanto telah memonopoli sesuatu yang alamiah.

Tahun 2005, para ahli lingkungan dan aktivis pembela konsumen mempertanyakan keamanan produk "Roundup Ready", karena diduga kuat telah menciptakan varian hama-hama baru yang tahan pestisida.

Januari 2006, pengadilan Korea Selatan memerintahkan Dow Chemical dan Monsanto membayar $62 juta kepada 6.800 orang korban kontaminasi zat-zat beracun buatan 2 perusahaan tersebut.

Tahun 2010, kesadaran masyarakat yang mulai tinggi membuat peningkatan konsumsi susu organik meningkat hingga 500%. Monsanto merespons dengan melobi pemerintah-pemerintah negara bagian untuk menghapus pembedaan antara susu organik dan susu non-organik.

Related

Insight 7839071606242532285

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item