Kisah dan Legenda Bencana Air Bah dari Seluruh Dunia (Bagian 1)

Kisah dan Legenda Bencana Air Bah dari Seluruh Dunia

Naviri Magazine - Kisah tentang air bah atau banjir besar yang dikirim Tuhan atau para dewa untuk menghancurkan peradaban sebagai tindakan pembalasan, adalah tema yang tersebar luas dalam mitologi Yunani, dan banyak mitos dalam budaya lainnya.

Kisah tentang Nuh dan bahteranya dalam Quran, Kitab Kejadian, Matsya dalam Puranas Hindu, Deucalion dalam Yunani mitologi, dan Utnapishtim dalam epos Gilgames, adalah beberapa versi yang paling dikenal.

Sebagian besar budaya dunia pada masa lampau dan kini mempunyai cerita-cerita tentang air bah yang menghancurkan peradaban sebelumnya. Berikut adalah kisah-kisah banjir besar tersebut, dari berbagai mitologi versi budaya-budaya kuno.

Sumeria

Mitos Sumeria tentang Ziusudra menceritakan Dewa Enki memperingatkan Ziusudra, Raja Shuruppak, tentang keputusan para dewata untuk menghancurkan umat manusia dalam sebuah air bah; bagian yang menjelaskan mengapa dewa-dewa mengambil keputusan ini hilang. Enki memerintahkan Ziusudra membangun kapal besar; teks yang menggambarkan perintah ini pun hilang.

Setelah banjir berlangsung tujuh hari, Ziusudra membuat kurban yang semestinya, dan menyembah An (dewa langit) dan Enlil (pemimpin para dewa), hingga memperoleh kehidupan kekal di Dilmun (Taman Eden bangsa Sumeria) oleh An dan Enlil.

Daftar raja-raja Sumeria, sebuah silsilah tentang raja-raja yang tradisional, legendaris dan mitologis, juga menyebutkan tentang banjir besar.

Berbagai ekskavasi di Irak menunjukkan, sebuah banjir di Shuruppak sekitar tahun 2900-2750 SM, yang meluas hingga kota Kish, yang dipimpin raja Etana, yang konon merupakan pendiri dinasti Sumeria pertama setelah air bah itu. Mitos tentang Ziusudra terdapat dalam sebuah salinan potongan Kitab Kejadian Eridu, yang menurut tulisannya berasal dari abad ke-17 SM

Babilonia 

Dalam epos Gilgames Babilonia, menjelang bagian akhir, terdapat rujukan-rujukan tentang air bah. Sang pahlawan, Gilgames, yang mencari keabadian, mencari Utnapishtim (yang namanya merupakan terjemahan langsung ke dalam bahasa Akkadia dari Ziusudra dalam bahasa Sumeria) di Dilmun, sejenis taman firdaus surgawi.

Utnapishtim menceritakan Ea (setara dengan Enki dalam mitologi Sumeria), memperingatkan dia tentang rencana para dewata untuk menghancurkan seluruh kehidupan melalui air bah, dan memerintahkannya membangun kapal yang akan digunakannya untuk menyelamatkan keluarga, teman-teman, dan kekayaan serta ternaknya.

Setelah air bah ini, para dewata menyesali tindakan mereka dan menjadikan Utnapishtim abadi.

Akkadia 

Epos Atrahasis Akkadia (ditulis sekitar tahun 1700 SM), menjelaskan kelebihan penduduk sebagai penyebab air bah. Setelah 1200 tahun kesuburan manusia, dewa Enlil merasa terganggu tidurnya karena kebisingan dan hiruk-pikuk yang disebabkan oleh pertambahan manusia.

Ia meminta tolong kepada majelis para dewa, yang kemudian mengirimkan wabah, kemudian kekeringan, lalu kelaparan, dan kemudian tanah yang asin, semuanya dalam upaya mengurangi jumlah manusia.

Semua upaya itu hanya menolong sementara waktu. 1200 tahun setelah masing-masing solusi itu, masalahnya muncul kembali. Ketika para dewa memutuskan untuk mengambil tindakan terakhir, dengan mengirimkan air bah, dewa Enki, yang mempunyai kewajiban moral terhadap penyelesaian ini, mengungkapkan rencana itu kepada Atrahasis, yang kemudian membangun kapal penyelamat menurut ukuran yang diberikan oleh dewa.

Untuk mencegah dewa-dewa lain mengirimkan bencana lain yang menghancurkan, Enki menciptakan solusi baru dalam bentuk gejala sosial berupa perempuan yang tidak menikah, kemandulan, keguguran, dan kematian anak-anak bayi, guna mengendalikan pertambahan penduduk.

Bahtera Nuh

Kisah bahtera Nuh, menurut Kitab Kejadian pasal 6-9, dimulai ketika Allah mengamati perilaku jahat manusia dan memutuskan untuk mengirimkan banjir ke bumi dan menghancurkan seluruh kehidupan. Akan tetapi, Allah menemukan satu manusia yang baik, yaitu Nuh, "seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya," dan memutuskan bahwa ia akan melanjutkan garis keturunan manusia.

Allah menyuruh Nuh untuk membangun sebuah bahtera, dan membawa serta istrinya dan ketiga anak lelakinya; Sem, Ham, dan Yafet, beserta istri mereka. Selain itu, ia disuruh untuk membawa contoh dari semua binatang dan burung-burung di udara, jantan dan betina. Untuk menyediakan makanannya, ia diperintahkan membawa makanan dan menyimpannya di bahtera.

Nuh dan keluarganya serta binatang-binatang itu, masuk ke dalam Bahtera, dan "pada hari itulah terbelah segala mata air samudera raya yang dahsyat, dan terbukalah tingkap-tingkap di langit. Dan turunlah hujan lebat meliputi bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya."

Banjir bahkan menutupi gunung-gunung yang tertinggi sekalipun, hingga kedalamannya lebih dari 20 kaki, dan segala makhluk di muka Bumi pun mati. Hanya Nuh dan mereka yang ada bersamanya di dalam bahtera yang selamat dan hidup.

Baca lanjutannya: Kisah dan Legenda Bencana Air Bah dari Seluruh Dunia (Bagian 2)

Related

Mistery 2581870944276805410

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item