Kisah Nabi Musa (6): Turunnya Kitab Taurat dan Masalah Patung Anak Sapi

 Kisah Nabi Musa (6): Turunnya Kitab Taurat dan Masalah Patung Anak Sapi

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Nabi Musa 5: Peristiwa Mukjizat Terbelahnya Laut Merah). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Setelah persoalan dengan Fir'aun selesai, Nabi Musa AS memohon untuk diberikan kitab suci sebagai pedoman. Allah SWT lalu memerintahkan Nabi Musa AS untuk berpuasa selama 30 hari, dan pergi berkhalwat ke Bukit Thur Al-Aiman atau Thursina. Sebelum pergi, Musa meminta Harun menjadi wakilnya untuk mengurus kaumnya.

Setelah berpuasa selama 30 hari, Allah memerintahkannya berpuasa 10 hari lagi untuk menggenapkan ibadahnya menjadi 40 hari. Setelah itu, Allah berbicara kepadanya dengan Kalam-Nya yang azali, sehingga Musa pun memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh manusia lain.

Dalam kesempatan bermunajat di Bukit Thursina, timbul kerinduan Musa untuk bertemu Allah SWT. Ia pun meminta agar Allah SWT mengizinkan dirinya untuk melihat Zat-Nya. Allah SWT mengatakan bahwa ia telah meminta sesuatu yang di luar kesanggupannya.

Allah SWT kemudian menyuruh Musa untuk melihat ke sebuah bukit. Allah akan menampakkan wujudnya ke bukit itu. Jika bukit itu tetap tegak berdiri, maka Musa dapat melihat-Nya. Namun, jika bukit yang lebih besar darinya itu tak mampu bertahan, maka apalagi dirinya.

Ketika Musa mengarahkan pandangan ke bukit tersebut, seketika bukit itu hancur lebur. Melihat itu, Musa terkejut dan ngeri, dan ia pun jatuh pingsan. Setelah sadar, ia bertasbih dan bertahmid seraya memohon ampun kepada Allah SWT atas kelancangannya.

Selanjutnya, Allah SWT memberikan kitab Taurat sebagai kitab suci yang berupa kepingan-kepingan batu. Di dalamnya tertulis pedoman hidup dan penuntun beribadah kepada Allah SWT. Kisah munajat Nabi Musa AS di Bukit Thursina ini diceritakan dalam surat Al-A'râf: 142-145.

Patung anak sapi

Sepeninggal Nabi Musa AS, Bani Israil dihasut oleh seorang munafik bernama Samiri. Karena keyakinan tauhid mereka yang memang belum terlalu tebal, dengan mudah mereka termakan hasutan Samiri. Bani Israil membuat patung anak sapi, yang disembah sebagai tuhan mereka.

Sebelum pergi ke bukit Thursina, Musa berkata kepada kaumnya bahwa ia akan meninggalkan mereka tidak lebih dari 30 hari. Ketika Allah memerintahkannya untuk menambah ibadahnya 10 hari lagi sehingga bertambah lama kepergiannya, maka mereka menganggapnya telah melupakannya.

Samiri mengatakan kepada Bani Israil bahwa keterlambatan Musa disebabkan karena mereka telah membuat marah Tuhan dengan mengambil perhiasan-perhiasan dari kuburan orang-orang Mesir. Maka, untuk meminta ampun kepada Tuhan dan agar Musa mau kembali, mereka harus melemparkan perhiasan-perhiasan tersebut ke dalam api.

Mereka pun percaya dengan hasutan Samiri. Para wanita Bani Israil lalu melemparkan perhiasan-perhiasan emas mereka ke dalam api. Dari emas yang terkumpul itu, Samiri lalu membuat patung anak sapi. Dengan teknik khusus, ia membuat angin bisa masuk dan menimbulkan suara dari mulut patung itu, sehingga seolah-olah patung itu dapat berbicara. Kemudian, Samiri menyuruh Bani Israil untuk menyembahnya.

Nabi Harun AS tidak berdaya menghadapi kaumnya yang kembali murtad itu. Ketika Nabi Musa AS kembali, ia sangat marah dan bersedih hati melihat perilaku kaumnya. Mula-mula, ia pun marah kepada Harun yang dianggapnya tidak bisa menjaga kaumnya dengan baik. Namun, setelah mendengar penjelasan Harun, ia pun tenang kembali.

Nabi Musa mengusir Samiri, dan menjelaskan pada kaumnya tentang perbuatan mereka yang salah. Sebagai hukuman, Samiri diberi kutukan oleh Allah. Jika ia disentuh atau menyentuh manusia, maka badannya akan panas demam. Itulah azab Samiri di dunia. Seumur hidupnya, ia tidak bisa berhubungan dengan siapa pun.

Setelah Samiri pergi, Musa membakar patung anak sapi sembahan Bani Israil, dan membuang abunya ke laut. Allah SWT kemudian memerintahkan Musa AS agar membawa sekelompok kaumnya untuk memohon ampun atas dosa mereka karena telah menyembah patung anak sapi.

Musa mengajak 70 orang terpilih dari Bani Israil ke Bukit Thursina. Setelah mereka berpuasa menyucikan diri, muncullah awan tebal di bukit itu. Nabi Musa AS dan rombongannya memasuki awan gelap itu, dan bersujud.

Ketika bersujud, 70 orang itu mendengar percakapan antara Nabi Musa AS dengan Allah SWT. Timbul keinginan mereka untuk melihat Zat Allah. Bahkan mereka menyatakan tidak akan beriman sebelum melihat-Nya. Seketika itu pula, tubuh mereka tersambar halilintar hingga mereka pun tewas.

Nabi Musa AS memohon agar kaumnya diampuni dan dihidupkan kembali. Maka Allah SWT pun membangkitkan kembali 70 orang pengikut Musa itu. Musa lalu menyuruh mereka bersumpah untuk berpegang teguh pada kitab Taurat sebagai pedoman hidup, dan beriman kepada Allah SWT.

Cerita ini terdapat dalam Al Qur'an surat Al-A'râf: 149-155 dan Al-Baqarah: 55, 56, 63, 64.

Baca lanjutannya: Kisah Nabi Musa (7): Sapi Betina dan Asal Usul Surat Al Baqarah

Related

Moslem World 4120801616513226757

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item