Mengungkap Fenomena Déjà vu yang Dialami Banyak Orang

Mengungkap Fenomena Déjà vu yang Dialami Banyak Orang

Naviri Magazine - Terkadang, déjà vu juga diuraikan seperti perasaan telah melihat atau mengalami sesuatu, sebelum orang yang mengalami hal tersebut mengetahui kapan pernah melakukannya. Namun, déjà vu diartikan sebagai suatu pengalaman precognitive, perasaan pernah mengalami sesuatu, dan mengetahui persis apa yang akan terjadi berikutnya, dan itu terjadi.

Suatu hal yang penting dari déjà vu adalah mengalami sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sedangkan suatu hal yang penting dari precognitive adalah menunjukkan sesuatu yang akan terjadi di masa depan, namun bukan hal yang pernah dilakukan atau dilihat di masa depan.

Déjà vu dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu:

Associative déjà vu

Tipe déjà vu yang paling umum dialami oleh orang-orang sehat normal adalah associative secara alami. Manusia melihat, mendengar, membaui, atau mengalami suatu kejadian yang berkaitan dengan suatu perasaan yang berhubungan dengan sesuatu yang telah dilihat, didengar, dibaui, atau dialami oleh manusia tersebut.

Ilmuwan terdahulu berpikir bahwa déjà vu jenis ini adalah pengalaman “ingatan dasar”, dan berasumsi bahwa pusat memori otak yang bertanggung jawab atas itu.

Biological déjà vu

Ada juga kejadian déjà vu antar orang-orang dengan epilepsi sementara. Tepat sebelum epilepsi, penderita sering mengalami atau merasa déjà vu. Dengan adanya pengklasifiasian di atas, dapat teridenfikasi bahwa isyarat otak di mana déjà vu jenis ini dimulai.

Namun, dengan alasan ini pula, déjà vu jenis ini berbeda dengan tipikal déjà vu sendiri. Orang yang mengalami déjà vu jenis ini mungkin akan mempercayai bahwa mereka telah mengalami peristiwa atau keadaan yang sama sebelumnya, dibanding dengan perasaan yang cepat berlalu.

Pengertian déjà vu dari sudut pandang psikologi adalah ilusi seperti sudah kenal/sudah akrab dengan suatu tempat yang sama sekali asing. Timbulnya peristiwa ini diyakini sebagai akibat adanya isyarat yang sudah dikenali, namun ada dalam sub-ambang kesadaran. Sebagai contoh, ketika berjalan-jalan di tengah kota, beberapa ciri tampak seperti sama dengan penghayatan yang pernah dialami di tempat lain.

Intinya, deja vu merupakan fenomena aktivitas otak manusia, yang berkaitan dengan memori yang lazim disebut “pemanggilan ulang”. Penjelasan ini memperkuat fakta bahwa “penataan ulang memori” pada saat tertentu mempengaruhi keadaan alam sadar manusia.

Bannister dan Zangwill (1941) menganalisis déjà vu dengan menggunakan hypnosis pada 10 subjek penelitian. Ternyata, 3 dari 10 di antaranya mengalami déjà vu. Cleary (2008) mengajukan hipotesis bahwa déjà vu merupakan bentuk dari sesuatu yang telah familier diketahui, yang disebut cripyamnesia, yaitu susuatu yang telah dipelajari namun tidak disimpan baik di otak, dan pada suatu waktu memori “membukanya” .

Yang jelas, hampir 70% manusia pernah mengalami déjà vu walau tanpa mereka sadari, dan déjà vu bukan penyakit psikologis maupun gangguan pada otak, tatepi lebih pada suatu akibat dari kegiatan otak/memori tentang suatu objek tanpa kita sadari.

Related

Psychology 2348773356817465069

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item