New World Order dan Ambisi Amerika Menguasai Dunia

 New World Order dan Ambisi Amerika Menguasai Dunia

Naviri Magazine - Berawal dari sebuah mega proyek, New World Order atau One World Goverment (NWO/OWG) atau sering diistilahkan dengan sebutan “globalisasi” telah tercatat dalam program utama negara AS dalam Patriot Act, yang merupakan bagian UU yang paling besar pengaruhnya di AS.

NWO/OWG berorientasi pada penyatuan ekonomi dunia dalam pengaruh AS tersebut mendapat tentangan dari Rusia dan China sebagai negara yang paling diperkirakan oleh AS dan sekutunya sebagai negara yang dapat mempengaruhi program tersebut berjalan dengan segera atau tidak sama sekali.

Potensi itu semakin nyata, tatakala terjadi perpecahan dalam sidang Dewan Keamanan PBB tentang rencana penegakan demokrasi di Suriah, yang telah mendapat penolakan dari Rusia dan China.

Dalam kapasitas sebagai negara yang paling diperhitungkan oleh AS, kedua negara tersebut dan “sekutunya” berpotensi menganggu terlaksananya program NWO/OWG. Akibatnya AS, NATO, dan sekutunya, tidak dapat menerima begitu saja tantangan yang diperlihatkan oleh Rusia dan China.

Jerry D. Gray (2006) mengungkap bahwa media Barat tidak saja menutup-nutupi suatu fakta, tetapi membuat “fakta” yang sebenarnya tidak terjadi. Menurut mantan US Air Force dan wartawan CNBC Asia tersebut, media Amerika telah banyak membohongi publik Amerika sendiri dan masyarakat dunia untuk meraih kepentingannya sebagai “polisi dunia”.

Contohnya kasus Saddam Hussain (penguasa Irak 25 tahun yang akhirnya dihukum gantung pada 21 Agustus 2004, setelah negaranya diserang Amerika). Ia tidak pernah memiliki senjata pemusnah massal. Namun, dengan bantuan media korporat Amerika, Bush membohongi publik agar percaya pada informasi tersebut.

Kampanye kotor yang dilakukan terhadap mantan presiden Irak itu sedemikian hebat, bahkan sekiranya kita bisa membersihkan Saddam dari setiap tuduhan, dunia tetap membenci dan memandangnya sebagai seorang jahat.

Bahkan apa yang pernah dicatat oleh Noam Chomsky (2001) semakin memperkuat kenyataan itu. Penentangan yang pernah dilakukan presiden Lybia, Muammar Qaddafi, atas Amerika pun dituduh sebagai pembangkangan atas perdamaian internasional.

Amerika (lewat medianya) menyebut Qaddafi dengan “momok bengis terorisme” dan “anjing gila”. Padahal tak tanggung-tanggung, Amerika pernah menenggelamkan kapal Libya di teluk Sidra.

Bagaimana peran media?

Dalam catatan Joel Andreas (2004), Amerika sangat lihai berlindung di balik ungkapan ideal. Misalnya, hanya alasan untuk merebut kilang minyak di Timur Tengah, yang merupakan dua pertiga cadangan minyak dunia, AS berdalih melindungi Timur Tengah dari ancaman komunis, terorisme, dan sebagainya.

Bukti perubahan sikap karena kepentingan bisa dilihat dari kasus Saddam Hussein dan Osama Bin Laden (pimpinan Al Qaeda). Saddam Hussein berkuasa atas dukungan AS pada tahun 1963 setelah menggulingkan Raja Irak, Abdel Karim Qasim. Tetapi, Saddam Hussein justru menasionalisasi minyaknya, dan tidak ingin membaginya bersama AS.

Tentu saja AS waswas dan marah. Sampai-sampai Henry Kissinger mengatakan bahwa minyak terlalu penting dikelola bangsa Arab dan Timur Tengah. Akhirnya, Saddam Hussein dengan berbagai cara harus digulingkan.

Setelah tahun 1991 tidak berhasil, baru tahun 2003 berhasil dengan menyisakan persoalan yang tidak kunjung usai, karena AS justru semakin memperkuat kekuasaanya di Irak. Restrukturisasi yang pernah dijanjikan juga tidak pernah dilakukan.

Apa yang terjadi pada Saddam Hussein, hampir sama dengan yang dialami Osama Bin Laden. Awalnya, ia adalah sekutu Amerika ketika perang melawan Uni Soviet di Afganistan. Tetapi, setelah Uni Soviet keluar dari Afganistan, Osama Bin Laden tidak membela kepentingan AS. Bahkan berusaha memeranginya.

Osama tidak suka cara-cara Amerika menguasai dunia, termasuk terlalu “menganakemaskan” Israel. Maka dia kemudian menjadi musuh nomor 1 AS. Apalagi kasus peledakan gedung World Trade Center (WTC) tahun 2001 semakin mengukuhkan AS untuk memerangi terorisme dunia. Artinya, dengan alasan memberantas teroris, AS semakin punya alasan kuat mencengkeramkan kekuasaannya.

Ambisi AS didukung juga oleh media massanya. Itu dimulai pada tahun 1954. Sebabnya tak lain karena televisi-televisi AS dikuasai oleh perusahaan besar dunia, yang punya kepentingan ekspansi bisnis ke negara lain.

Sebut saja misalnya NBC oleh GE, CBS oleh Viacom, ABC oleh Disney, Fox oleh Rupert Murdoch’s News Corporation, dan CNN oleh Time Warner. Bahkan dewan direktur mereka juga anggota direksi perusahaan pembuat senjata dan perusahaan lain di dunia. Semua media itu tentu saja mendukung perang AS, karena punya kepentingan bisnis di dalamnya.

Related

Mistery 8029815168053322969

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item