Kisah Nabi Muhammad (13): Ibadah Haji Terakhir dan Kematian

Kisah Nabi Muhammad (13): Ibadah Haji Terakhir dan Kematian

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Nabi Muhammad 12: Penaklukkan Kota Mekah). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Pada tahun 10 H, Nabi SAW mengerjakan ibadah haji yang terakhir, yang disebut juga haji wada'.

Pada tanggal 25 Zulkaidah 10/23 Februari 632, Rasulullah SAW meninggalkan Madinah. Sekitar seratus ribu jemaah turut menunaikan ibadah haji bersamanya. Pada waktu wukuf di Arafah, Nabi Muhammad SAW menyampaikan khutbahnya yang sangat bersejarah.

Isi khotbah itu antara lain:
  • Larangan menumpahkan darah kecuali dengan haq (benar) dan larangan mengambil harta orang lain dengan bathil (salah), karena nyawa dan harta benda adalah suci. 
  • Larangan riba dan larangan menganiaya. 
  • Perintah untuk memperlakukan para istri dengan baik serta lemah lembut. 
  • Perintah menjauhi dosa. 
  • Semua pertengkaran di antara mereka di zaman Jahiliyah harus dimaafkan. 
  • Pembalasan dengan tebusan darah sebagaimana yang berlaku di zaman Jahiliyah tidak lagi dibenarkan. 
  • Persaudaraan dan persamaan di antara manusia harus ditegakkan. 
  • Hamba sahaya harus diperlakukan dengan baik, yaitu mereka memakan apa yang dimakan majikannya dan memakai apa yang dipakai majikannya. 
  • Dan yang terpenting, umat Islam harus selalu berpegang teguh pada dua sumber yang tak akan pernah usang, yaitu Al-Qur'an dan Sunah Nabi SAW. 

Setelah itu, Nabi SAW bertanya kepada seluruh jemaah, "Sudahkan aku menyampaikan amanat Allah, kewajibanku, kepada kamu sekalian?"

Jemaah yang ada di hadapannya menjawab, "Ya, memang demikian adanya."

Nabi Muhammad SAW kemudian menengadah ke langit sambil mengucapkan, "Ya Allah, Engkau menjadi saksiku."

Dengan kata-kata itu, Rasulullah SAW mengakhiri khutbahnya.

Kembali ke Madinah

Setelah upacara haji yang lain disempurnakan, Nabi Muhammad SAW kembali ke Madinah. Di sinilah ia menghabiskan sisa hidupnya. Ia mengatur organisasi masyarakat di kabilah-kabilah yang telah memeluk Islam dan menjadi bagian dari persekutuan Islam.

Petugas keamanan dan para da'i dikirimnya ke berbagai daerah untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur peradilan Islam, dan memungut zakat. Salah seorang di antara petugas itu adalah Mu'az bin Jabal, yang dikirim oleh Nabi SAW ke Yaman.

Ketika itulah hadist Mu'az yang terkenal muncul, yaitu perintah Nabi SAW agar Mu'az menggunakan pertimbangan akalnya dalam mengatur persoalan-persoalan agama, apabila ia tidak menemukan petunjuk dalam Al-Qur'an dan hadist Nabi SAW.

Pada saat-saat itu pula, wahyu Allah SWT yang terakhir turun: "... Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam jadi agamamu ..." (QS. 5: 3)

Mendengar ayat ini, banyak orang yang bergembira karena telah sempurna agama mereka, tetapi ada pula yang menangis, seperti Abu Bakar, karena mengetahui bahwa ayat itu merupakan pertanda berakhirnya tugas Rasulullah SAW.

Wafatnya Nabi SAW

Dua bulan setelah menunaikan ibadah haji wada' di Madinah, Nabi SAW sakit demam. Meskipun badannya mulai lemah, ia tetap memimpin shalat berjamaah. Baru setelah kondisinya tidak memungkinkan lagi, yaitu 3 hari menjelang wafat, ia tidak mengimami shalat berjamaah. Sebagai gantinya, ia menunjuk Abu Bakar sebagai imam shalat.

Tenaganya dengan cepat semakin berkurang. Pada tanggal 13 Rabiul Awal 11/8 Juni 632, Nabi Muhammad SAW menghembuskan napasnya yang terakhir di rumah istrinya, Aisyah binti Abu Bakar, dengan wasiat terakhir, "Ingatlah shalat, dan taubatlah..."

Related

Moslem World 3306477185235024982

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item