Sejarah Pengetahuan Alkimia, Mengubah Logam Menjadi Emas (Bagian 4)

Sejarah Pengetahuan Alkimia, Mengubah Logam Menjadi Emas

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Sejarah Pengetahuan Alkimia, Mengubah Logam Menjadi Emas - Bagian 3). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Ia menolak tradisi gnotisisme, tetapi mempertahankan sebagian besar filsafat Hermetis, neo-Platonis, dan Pythagorean; namun, ilmu Hermetis memuat begitu banyak teori Aristotelian sehingga penolakannya terhadap gnotisisme hampir tak ada artinya. Khususnya, Paracelsus menolak teori-teori sihir Agrippa dan Flamel. Ia tak menganggap dirinya seorang penyihir, dan mengecam orang-orang yang mengaku demikian.

Paracelsus merintis penggunaan zat kimia dan mineral dalam bidang kedokteran, dan menulis, "Banyak orang berkata bahwa Alkimia bertujuan membuat emas dan perak. Bagiku, tujuan Alkimia bukan itu, melainkan untuk mempelajari kebaikan dan kekuatan yang terkandung dalam obat".

Pandangan hermetisnya adalah bahwa penyakit dan kesehatan dalam tubuh bergantung pada keselarasan antara manusia si mikrokosmos dan alam si makrokosmos.

Ia memakai pendekatan yang berbeda dengan para pendahulunya, yakni menggunakan analogi ini bukan dalam rangka pemurnian-jiwa, tetapi dengan maksud bahwa manusia harus memiliki keseimbangan mineral tertentu dalam tubuhnya, dan bahwa penyakit-penyakit tubuh tertentu dapat disembuhkan dengan obat tertentu.

Meskipun upayanya mengobati penyakit dengan obat seperti air raksa mungkin tampak keliru dari sudut pandang modern, gagasan dasarnya tentang obat kimiawi ternyata bertahan diuji waktu.

Di Inggris, topik Alkimia dalam masa ini sering dikaitkan dengan Dokter John Dee (13 Juli 1527–Desember 1608), yang lebih dikenal sebagai astrolog, kriptografer, dan "konsultan ilmiah" umum bagi Ratu Elizabeth I.

Dee dipandang sebagai ahli karya-karya Roger Bacon, dan cukup tertarik pada Alkimia, sehingga menulis buku tentang topik ini dengan pengaruh Kabbala. Teman Dee, Edward Kelley—yang mengklaim bercakap-cakap dengan malaikat melalui bola kristal dan memiliki bubuk yang dapat mengubah air raksa menjadi emas—mungkin merupakan asal usul citra charlatan-alkimiawan yang banyak dikenal.

Di antara alkimiawan-alkimiawan lain pada masa ini, yang patut dicatat adalah Michal Sedziwój (Michael Sendivogius) (1566-1636), seorang alkimiawan berkebangsaan Polandia, filsuf dan dokter, perintis ilmu kimia.

Ia mengasumsikan bahwa udara mengandung oksigen, 170 tahun sebelum Scheele dan Priestley, dengan menghangatkan nitre (saltpetre). Dia menganggap gas yang dihasilkannya sebagai "minuman kehidupan".

Keruntuhan Alkimia Barat

Berakhirnya Alkimia Barat disebabkan oleh bangkitnya sains modern, yang menekankan eksperimentasi yang setepat-tepatnya, dan menganggap remeh "kebijaksanaan kuno".

Meskipun benih peristiwa-peristiwa ini ditanam awal abad ke-17, Alkimia masih berjalan dengan baik selama dua ratusan tahun, dalam fakta ia mungkin telah mencapai titik terjauh (apogee) pada abad 18. Akhir 1781, James Price menyatakan telah menghasilkan bubuk yang bisa mentransmutasi air raksa menjadi perak atau emas.

Robert Boyle (1627–1691), lebih dikenal dengan studinya tentang gas (Hukum Boyle), merintis metode ilmiah dalam penyelidikan kimiawi. Ia tidak memiliki asumsi apa-apa dalam eksperimennya, dan ia menghimpun tiap data yang relevan. Dalam sebuah eksperimen, Boyle akan mencatat tempat di mana eksperimen berlangsung, karakteristik angin, posisi matahari dan bulan, dan angka barometer, siapa tahu hal-hal tersebut terbukti relevan.

Pendekatan ini suatu saat membawa pada pembentukan ilmu kimia modern pada abad 18 dan abad 19; berdasarkan penemuan revolusioner dari Lavoisier dan John Dalton, yang pada akhirnya menyediakan kerangka kerja yang logis, kuantitatif dan dapat diandalkan untuk memahami transmutasi materi, serta mengungkapkan kegagalan tujuan Alkimia yang telah berlangsung lama, seperti misalnya batu fisuf.

Sementara itu, Alkimia Paracelsian menuntun pada pengembangan ilmu obat-obatan modern. Para eksperimentalis secara berangsur-angsur menemukan cara kerja tubuh manusia, seperti peredaran darah, dan pada suatu saat mengetahui bahwa banyak penyakit disebabkan oleh infeksi kuman atau kekurangan vitamin dan zat gizi alami.

Didukung oleh perkembangan paralel dalam ilmu kimia organik, ilmu pengetahuan baru itu dengan mudah menggeser Alkimia dari perannya di bidang medis, interpretif dan preskriptif, sekaligus mengurangi harapan terhadap obat/ramuan ajaib, dan membeberkan ketidakefektifan dan bahkan kadar racun yang dimiliki obat semacam itu.

Maka, ketika ilmu pengetahuan dengan mantap berlanjut menguak tabir dan merasionalkan mesin waktu alam semesta, yeng dibangun pada metafisika materialistiknya sendiri, Alkimia dicabut dari hubungannya dengan kimia dan medis—tapi masih terbebani olehnya.

Alkimia berkurang menjadi sebuah sistem filsafat yang dianggap sulit dimengerti, lemah hubungannya dengan dunia material. Ia mengalami nasib yang serupa dengan disiplin ilmu esoteris lainnya, seperti Astrologi dan Kabbalah; dikeluarkan dari kurikulum, dihindari oleh para pendukung sebelumnya, diasingkan oleh para ilmuwan, dan pada umumnya dipandang sebagai lambang charlatanism dan takhayul.

Pembuktian Alkimia pada masa kimia modern

Idealisme transmutasi zat dalam Alkimia menjadi terkenal lagi pada abad ke-20, ketika para fisikawan mampu mengubah atom timah menjadi atom emas melalui reaksi nuklir. Namun, atom emas baru ini, karena merupakan isotop yang labil, hanya bertahan lima detik lalu terurai.

Lebih belakangan, laporan mengenai transmutasi unsur atas-tabel—dengan cara elektrolisis atau kavitasi suara—menjadi pusat kontroversi fusi dingin (cold fusion) pada tahun 1989. Tak satu pun klaim-klaim ini dapat diduplikasi. Dalam kedua kasus ini, kondisi yang diperlukan berada jauh di luar jangkauan para ahli Alkimia kuno.

Perkembangan ini bisa ditafsirkan sebagai bagian dari reaksi yang lebih luas di dalam intelektualisme Eropa melawan gerakan Romantik dari abad sebelumnya. Mungkin akan bijaksana untuk meneliti bagaimana sebuah disiplin ilmu yang pernah mendapat martabat intelektual dan material, lebih dari dua ribu tahun, dapat dengan mudah lenyap dari alam pemikiran Barat.

__________________________

Pseudosains: Sebuah pengetahuan, metodologi, keyakinan atau praktik yang diklaim sebagai ilmiah, tapi tidak memenuhi persyaratan metode ilmiah yang dapat diuji, dan seringkali berbenturan dengan kesepakatan/konsensus ilmiah yang umum.

Astrologi: Sebuah pseudosains mengenai ilmu pebintangan.

Semiotika: Studi tentang pengambilan keputusan dalam mengamati hal-hal fisik (terlihat).

Metalurgi: Ilmu, seni dan teknologi yang mengkaji proses pengolahan dan perekayasaan logam dan mineral.

Mistisisme: Paham yang memberikan ajaran serba mistis (misal ajarannya berbentuk rahasia atau ajarannya serba rahasia, tersembunyi, gelap atau terselubung dalam kekelaman) sehingga hanya dikenal, diketahui atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja, terutama sekali penganutnya.

Hermetisisme: Kerahasiaan.

Cleric: Orang-orang dari golongan rohaniawan.

Etimologi: Salah satu cabang dalam ilmu bahasa dan sastra yang mengkaji asal asul sebuah kata.

Asimilasi: Pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli, sehingga membentuk kebudayaan baru.

Okultis: Kepercayaan terhadap hal-hal supranatural seperti ilmu sihir.

Related

Science 2648711249410774376

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item