Biografi Lengkap Soeharto, Presiden Kedua Indonesia (Bagian 3)

Biografi Lengkap Soeharto, Presiden Kedua Indonesia

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Biografi Lengkap Soeharto, Presiden Kedua Indonesia - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Bidang kesehatan

Untuk mengendalikan jumlah penduduk Indonesia, Soeharto memulai kampanye Keluarga Berencana yang menganjurkan setiap pasangan untuk memiliki secukupnya 2 anak. Hal ini dilakukan untuk menghindari ledakan penduduk yang nantinya dapat mengakibatkan berbagai masalah, mulai dari kelaparan, penyakit, sampai kerusakan lingkungan hidup.

Bidang pendidikan

Dalam bidang pendidikan, Soeharto mempelopori proyek Wajib Belajar yang bertujuan meningkatkan rata-rata taraf tamatan sekolah anak Indonesia. Pada awalnya, proyek ini membebaskan murid pendidikan dasar dari uang sekolah (Sumbangan Pembiayaan Pendidikan), sehingga anak-anak dari keluarga miskin dapat bersekolah. Hal ini kemudian dikembangkan menjadi Wajib Belajar 9 tahun.

Meninggal dan pemakaman

Pada 21 Mei 1998, setelah tekanan politik besar dan beberapa demonstrasi, Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya di televisi.

Di tengah upaya membela diri berkaitan dengan kasus penyalahgunaan kekuasaan, Soeharto terkena serangan stroke ringan, dan dirawat selama sepuluh hari di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta pada 20 Juni 1999.

Pada 14 Agustus 1999, Soeharto dirawat untuk kedua kalinya di RSPP selama lima hari, karena pendarahan pasa usus. Pada 7 Mei 2006, Soeharto kembali masuk RSPP dan menjalani operasi pembedahan untuk menghentikan pendarahan pada saluran cerna oleh tim dokter terpadu.

Soeharto kembali dirawat di RSPP karena kadar hemoglobin rendah, tekanan darah turun, dan ada penimbunan cairan, sehingga tubuhnya membengkak. Setelah dirawat 245 hari sejak 4 Januari 2008, Soeharto meninggal dunia pada 27 Januari 2008 akibat kegagalan multi-organ.

Kepastian kabar wafatnya Soeharto bukan disampaikan oleh keluarga, pengacara, dokter, atau pejabat negara. Kabar itu disampaikan langsung dan pertama kali kepada wartawan oleh Kepala Kepolisian Sektor Kebayoran Baru, Komisaris Dicky Sondani, di depan lobi utama RSPP, sepuluh menit setelah Soeharto wafat.

Keterangan resmi Soeharto meninggal baru disampaikan Siti Hardiyanti Hastuti Indra Rukmana (Tutut) bersama dua adiknya dan Tim Dokter Kepresidenan, pada pukul 13.45 WIB pada hari Minggu tanggal 27 Januari 2008.

Suasana di RSPP pada akhir pekan itu sepi. Wartawan yang meliput berita tentang mantan orang kuat di Indonesia itu pun tidak banyak. Sejak Soeharto dinyatakan dalam keadaan kritis, wartawan mulai berdatangan. Di sekitar lobi utama RSPP, suasana berubah tegang ketika lima tentara lewat di antara tempat parkir mobil. Semua kamera televisi langsung bergerak ke depan rumah sakit.

Komisaris Dicky Sondani, yang datang ke RSPP sekitar pukul 12.30 WIB, terlihat mondar-mandir. Sebentar masuk ke dalam rumah sakit, kemudian keluar lagi. Awalnya, puluhan wartawan yang berjaga tidak menghiraukan kehadiran Kapolres Kebayoran Baru, Jakarta tersebut. Para wartawan menganggap Dicky sedang berjaga-jaga untuk menanti kehadiran pejabat negara.

Rasa penasaran wartawan memuncak saat polisi dan tentara semakin banyak yang datang, dan Dicky masih mondar-mandir. Ketika Dicky keluar lobi utama, dia berdiri pas di depan pintu. Wartawan sepakat bertanya ada apa dengan pengamanan yang ketat itu. Dicky berada di tengah kerumunan wartawan, dan kamera televisi mengarah ke wajahnya.

Tepat pukul 13.20 WIB, Dicky mengatakan, ”Telah berpulang ke Rahmatullah, Haji Muhammad Soeharto, pukul 13.10 WIB. Rencanya akan dibawa ke Cendana, tetapi belum tahu pukul berapa.”

Berulang kali Dicky harus mengulang kalimat itu, karena banyak kameramen dan reporter radio yang belum merekam suaranya. Bahkan, ada yang meminta Dicky bersuara hanya untuk mengatakan jam berapa Soeharto meninggal. Semua orang membutuhkan suara Dicky, yang menjadi pemberi informasi pertama untuk publik.

Warga yang ingin berbelasungkawa diizinkan memasuki kediaman keluarga Soeharto pada malamnya. Warga boleh masuk secara berombongan, sekitar 20 orang untuk setiap rombongan. Warga pun memanfaatkan kesempatan itu.

Soeharto meninggalkan wasiat kepada keluarga, agar dimakamkan di sisi almarhumah Ny Tien Soeharto, di Kompleks Astana Giribangun, Solo, Jawa Tengah, sebelum dzuhur, sekitar pukul 12.00 WIB. Jenazah Soeharto diserahkan oleh pihak keluarga yang diwakili Tutut, kepada pemerintah, pada Senin, 28 Januari 2008 pagi, untuk selanjutnya diberangkatkan ke Solo, Jawa Tengah.

Sekitar pukul 14.35, jenazah mantan Presiden Soeharto diberangkatkan dari RSPP menuju kediaman di Jalan Cendana nomor 8, Menteng, Jakarta. Ambulans yang mengusung jenazah Soharto diiringi sejumlah kendaraan keluarga dan kerabat serta pengawal. Sejumlah wartawan merangsek mendekat ketika iring-iringan kendaraan itu bergerak menuju Jalan Cendana, mengakibatkan seorang wartawan televisi tertabrak.

Di sepanjang jalan Tanjung dan Jalan Cendana, ribuan masyarakat menyambut kedatangan iringan kendaraan yang membawa jenazah Soeharto. Rangkaian kendaraan yang membawa jenazah mantan Presiden Soeharto memasuki Jalan Cendana, sekitar pukul 14.55.

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan beberapa menteri yang tengah mengikuti rapat kabinet terbatas tentang ketahanan pangan, menyempatkan mengadakan jumpa pers selama 3 menit dan 28 detik di Kantor Presiden, Jakarta. Presiden menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas wafatnya mantan Presiden RI Kedua, Haji Muhammad Soeharto.

Minggu Sore pukul 16.00 WIB, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla lebih dulu melayat ke Cendana.

Jenazah mantan presiden Soeharto diberangkatkan dari rumah duka di Jalan Cendana, Jakarta, Senin, 28 Januari 2008, pukul 07.30 WIB menuju Bandara Halim Perdanakusuma. Selanjutnya, jenazah diterbangkan dari Bandara Halim Perdanakusuma ke Solo pukul 10.00 WIB, untuk kemudian dimakamkan di Astana Giri Bangun, Solo.

Jenazah tiba di Astana Giri Bangun siang itu, sebelum pukul 12.00 WIB. Almarhum diturunkan ke liang lahat pada pukul 12.15 WIB bersamaan dengan berkumandangnya adzan dzuhur. Almarhum sudah berada di liang lahat siang itu pukul 12.17 WIB.

Upacara pemakaman Soeharto tersebut dipimpin oleh inspektur upacara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Related

Figures 6738185461190070464

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item