Rahasia Kecerdasan dan Kebijaksaan Para Filsuf Yunani Kuno
https://www.naviri.org/2019/11/para-filsuf.html
Naviri Magazine - Socrates dikenal sebagai filsuf dengan penampilan fisik yang biasa saja, bahkan kadang dianggap buruk rupa, dan senang berpakaian sederhana, apa adanya.
Ia sering mendatangi masyarakat Athena dengan berjalan tanpa alas kaki. Ia mengajak mereka berdiskusi macam-macam di berbagai tempat, di mana pun, di seantero Athena: pasar, pelabuhan, taman, amphitheater, agora, beranda rumah.
Socrates sering berjalan-jalan dan berinteraksi ke kota, didasari rasa ingin tahu, siapa orang paling bijak di dunia ini? Ia datangi satu per satu orang-orang yang diangggap bijak oleh masyarakat pada saat itu. Ia pun mengajak mereka berdiskusi tentang berbagai masalah.
Ia menyebut metode berfilsafatnya sebagai metode bidan. Ia beranalogi, seorang filsuf sama dengan bidan yang membantu kelahiran seorang bayi. Seorang filsuf, bagi Socrates, adalah orang yang membantu kelahiran ilmu pengetahuan, dan itu dilakukan melalui dialog, diskusi, ngobrol-ngobrol, sambil berdiri, kadang bahkan sambil berjalan-jalan.
Metodenya kadang seperti ini: Socrates berbicara sambil berjalan, dan orang satunya lagi mendengarkan lalu balik bertanya (juga sembari berjalan).
Aristoteles, murid Plato, juga kerap menggunakan metode ini, bahkan di kemudian hari menjadi nama bagi akademi yang melanjutkan pemikiran-pemikiran Aristoteles: Akademi Peripatos. Nama itu berasal dari ”peripatoi”, yang berarti “tiang-tiang”, merujuk lokasi tempat pertemuan Aristoteles dengan murid-muridnya.
Di kemudian hari, “peripatoi” menjadi “peripatetikos”, yang merujuk tindakan berjalan-jalan, dan/atau "bergerak", berkeliling, atau berjalan di sekitar. Perubahan ini ditengarai sebagai dampak dari kebiasaan Aristoteles yang kerap mengajar atau berdiskusi dengan murid-muridnya, sembari berjalan-jalan.