Di Masa Depan, Wujud Manusia ternyata Akan Berubah (Bagian 2)

Di Masa Depan, Wujud Manusia ternyata Akan Berubah

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Di Masa Depan, Wujud Manusia ternyata Akan Berubah - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Menurut Lents, itu bukan evolusi yang membutuhkan perubahan sungguhan pada kode genetik kita. Dan itu juga tidak memberi manfaat jangka panjang. Kalau sel darah merah bisa berakibat buruk bagi perempuan hamil, karena melambatkan proses perkembangan fetus dan meningkatkan risiko bayi lahir di pegunungan meninggal seketika setelah melahirkan.

Meski begitu, para ilmuwan mengidentifikasi perbedaan DNA orang Tibet, yang tinggal di ketinggian di atas 4 km, percaya bahwa mereka merepresentasikan pergeseran evolusioner.

Kode genetik disebut EPAS1 yang mengandung protein, yang membantu tubuh mendeteksi oksigen dan memperbaiki produksi sel darah merah. Dan ini lebih umum di Tibet dibandingkan di Cina Han, sanak saudara yang tinggal di dataran rendah.

Manusia cenderung semakin baik hati

Sampai saat ini, bagian otak abu-abu yang mengingat nomor ponsel dan jalan tidak mengalami atrofi lengkap—dan biasanya mungkin untuk bertahan hidup dan bahkan bereproduksi. Namun otak kita sebetulnya mengecil sejak kita bisa berdiri dan memiliki kesadaran—sampai 10 persen selama 20.000 tahun belakangan.

Meski tidak ada yang yakin apa alasannya, Lents bilang otak selalu lapar energi—kira-kira 20 persen kalori kita biasanya untuk kerja otak. Jika mutasi genetik dapat memproduksi otak yang lebih kecil dan lebih efesien tapi juga bekerja cukup baik untuk menguasai keterampilan bertahan hidup, lebih masuk akal bahwa mereka yang memilikinya bisa hidup lebih lama di era penyakit dan kelangkaan dulu.

Ukuran otak tidak 100 persen berhubungan dengan inteligensi (jika pun ya, berarti paus akan menguasai dunia). Namun mereka hanya memiliki satu keuntungan: Mereka membuat kita terlihat tidak seagresif itu, dan justru lebih kooperatif.

Peneliti di Duke University, selain tempat lainnya, telah membandingkan otak hewan terdomestik dengan hewan liar, dan menemukan 10 hingga 15 persen penurunan. Bahkan, beberapa orang percaya bahwa kita mendomestifikasi diri kita sendiri, menciptakan kekangan evolusioner utnuk berkomunikasi dan berkolaborasi untuk memajukan peradaban.

Warna kulit kita berbeda-beda

Populasi di berbagai belahan dunia memiliki warna kulit berbeda-beda, menunjukkan tanda evolusi yang jelas, menurut Paul. Karena nenek moyang kita hijrah dari Afrika ke Eropa, warna kulit mereka jadi lebih terang, karena vitamin D tingkatan berbeda.

Ketika laki-laki (dan perempuan) berjalan dari bagian selatan ke daerah lebih terik, warna kulit mereka menggelap. Ini dapat terjadi karena sinar ultraviolet memecah folate, nutrisi esensial yang mencegah kelainan sejak lahir dan membantu sel tubuh kita terpecah, ujar Paul.

Analisis baru-baru ini membandingkan gen dari tengkorak prahistoris dengan orang-orang Ukrania yang hidup saat ini, menemukan bukti bahwa mutasi yang menguntungkan warna kulit lebih terang—termasuk variasi gen disebut TYR—delapan kali lebih umum di zaman modern dibandingkan 5.000 tahun silam.

Manusia kini menjadi perancang yang cerdas

Kita memang belum sampai titik bisa memanipulasi gen dengan cukup ketangkasan untuk mempengaruhi generasi selanjutnya. Namun berkat teknologi seperti teknik penyuntingan gen CRISPR, dalam waktu dekat kita bisa menciptakan bentuk "seleksi tidak alamiah" yang bisa melakukan segala hal, dari mengeliminasi penyakit genetik hingga menciptakan bayi-bayi untuk melawan proses penuaan, ujar Lents.

Apakah hal ini merepresentasikan evolusi boleh diperdebatkan? Menurut Paul, dia tidak yakin, meski dia takut implikasi kita menciptakan artificial intelligence akan melampaui diri kita sendiri. Namun Lents berpendapat sebaliknya.

"Jika kita pergi ke sana dan memotong genome kita sedikit, yang akan berubah adalah pelengkap genetik generasi selanjutnya. Jadi ya, ini adalah evolusi, setahu saya," ujar Lents.

Dia berharap bahwa hal tersebut dapat membawa banyak perubahan lebih bermanfaat, seperti menurunkan risiko penyakit genetik, yang bisa kita diskusikan dan sesuaikan dengan buku panduan etika sambil jalan.

Related

Science 18227598250655529

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item