Misteri Baghdad Battery, Teknologi Listrik di Zaman Irak Purba (Bagian 2)

Misteri Baghdad Battery, Teknologi Listrik di Zaman Irak Purba

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Misteri Baghdad Battery, Teknologi Listrik di Zaman Irak Purba - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Teori ini tentu saja terlalu liar untuk dianggap sebagai fakta, karena tidak ada satu pun patung yang pernah ditemukan dengan rongga di dalamnya, yang bisa mengisi beberapa Baghdad Battery.

Jadi, apa kegunaan artefak ini sebenarnya? Benarkah guci ini sebuah peralatan elektrik?

Seorang peneliti hanya bisa menarik sebuah kesimpulan berdasarkan pada fakta atau bukti yang ditemukan. Teori yang mengatakan kalau guci ini adalah sebuah baterai memang cukup memiliki dasar. Namun, bagi sebagian peneliti yang lebih skeptis, ada beberapa lubang besar di dalam teori ini.

Ya, banyak replika yang telah dibuat untuk keperluan eksperimen, dan memang berhasil menciptakan arus listrik, namun tidak membuat guci ini otomatis menjadi sebuah baterai.

Dr. Marjorie Senechal, Profesor Sejarah Sains dan Teknologi di Smith College, yang pernah membuat replika Baghdad Battery untuk keperluan eksperimen, berkata, “Saya rasa tidak ada yang bisa memastikan manfaat guci itu. Namun bisa saja benda itu memang sebuah baterai, karena bisa digunakan untuk itu.”

Sebuah replika yang dibuat oleh para mahasiswa Prof. Senechal bisa menghasilkan listrik berkekuatan 0,8 hingga 2 volt.

Untuk mengerti apa yang dimaksud dengan lubang besar pada teori Baghdad Battery, pertama-tama kita harus mengerti cara kerja sebuah baterai. Untuk itu, mari kita kembali sejenak ke pelajaran kimia sekolah.

Seperti yang disebut di atas, Dr. Konig mengatakan kalau Guci itu kemungkinan adalah sebuah sel galvanic.

Pada tahun 1780, Luigi Galvani, dalam sebuah eksperimen, menemukan bahwa menghubungkan dua logam berbeda jenis, yang masing-masing dicelupkan dalam larutan elektrolit yang juga dihubungkan dengan salt bridge (peralatan penghubung seperti tabung kimia), akan menghasilkan aliran listrik.

Kita mungkin juga ingat kalau Galvani berhasil membuat kaki katak yang sudah mati berkontraksi oleh listrik yang dihasilkan oleh sel ini.

Sel galvanic tidak sama dengan baterai. Yang dinamakan baterai adalah gabungan dari beberapa sel galvanic, yang dihubungkan secara seri atau paralel dengan kabel (atau penghantar lainnya). Dengan penggabungan ini, barulah aliran listrik yang cukup kuat dapat tercipta.

Di sinilah masalahnya. Jika guci itu memang sebuah sel galvanic yang digunakan sebagai bagian dari baterai, maka seharusnya ada lebih dari satu guci sejenis yang ditemukan lagi. Namun, hingga sekarang hanya ada satu Baghdad Battery yang ditemukan. Dengan kata lain, sebenarnya kita tidak bisa menyebut guci itu sebuah baterai, melainkan sel galvanic.

Jika kita menemukan beberapa guci serupa, maka argumentasi baterai jadi lebih kuat.

Namun, itu pun belum cukup. Jika ada beberapa guci serupa yang ditemukan, kita masih harus menemukan 'kabel' yang digunakan untuk menghubungkan beberapa guci tersebut. Sampai sekarang, kabel atau bahan yang mungkin bisa dijadikan kabel belum pernah ditemukan.

Para peneliti pun mengakui kelemahan argumen baterai, karena ketiadaan kabel tersebut. “Sayangnya kita tidak pernah menemukan kabelnya.” Kata Dr. Craddock. “Ini berarti interpretasi kita mengenai kegunaan artefak ini bisa jadi salah total.”

Lalu, selain masalah kabel, keberatan lain yang diajukan oleh para peneliti yang menolak teori ini adalah desain guci tersebut.

Aspal yang digunakan untuk merekatkan batang besi tersebut ternyata menutupi silinder tembaga sepenuhnya. Ini membuat aliran listrik jadi terhambat. Untuk menghasilkan listrik, mau tidak mau, desain guci harus diubah.

Lagi pula, desain ini cukup aneh karena aspal menutupi seluruh mulut guci. Di lain pihak, sel galvanic membutuhkan pengisian cairan elektrolit terus menerus. Bagaimana cara mereka mengisinya, jika cairan elektrolit di dalamnya kering?

Lalu, argumen lain dari para penentang teori baterai adalah kenyataan kalau kita tidak pernah menemukan adanya catatan atau ukiran, yang menunjukkan mengenai peralatan yang dinyalakan oleh baterei ini. Jika kita menemukan ukiran bergambar alat elektronik yang menggunakan baterai seperti kamera atau jam dinding, mungkin kita bisa menarik kesimpulan kalau memang ada baterai di masa lampau.

Cukup masuk akal, mengingat kita hanya bisa menerima suatu teori sains sebagai kebenaran, jika didukung oleh bukti-bukti yang memadai.

Lalu, jika bukan baterai, apa manfaat guci tersebut?

Bagi mereka yang keberatan dengan teori baterai, guci itu hanyalah sebuah tempat penyimpanan biasa. Yang disimpan di dalamnya adalah perkamen atau gulungan-gulungan kitab. Mereka berargumen kalau kitab yang disimpan di dalam guci tersebut mungkin telah hancur, dan menyisakan residu asam yang dikira sebagai residu cairan elektrolit.

Argumen ini cukup bisa diterima. Tetapi dengan menggunakan logika yang sama untuk membantah teori baterai, mengapa hanya ada satu guci serupa yang ditemukan?

Jika memang digunakan untuk menyimpan gulungan kitab, bukankah harusnya kita menemukan lebih banyak guci lain yang serupa?

Jadi, Baghdad Battery masih menyisakan banyak ruang bagi kita untuk berspekulasi. Mengenai kebenaran yang sesungguhnya, mungkin hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Related

Science 4919414362394992932

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item