Laki-laki dan Perempuan di Arab Saudi Sekarang Bebas Berkencan

Laki-laki dan Perempuan di Arab Saudi Sekarang Bebas Berkencan, naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Laki-laki dan perempuan duduk bertatap muka di sebuah kafe, seraya menikmati kebersamaan. Gambaran itu jadi skenario standar dua sejoli yang tengah dimabuk cinta. Namun, bagi kalangan muda Arab Saudi, skenario seperti ini baru perlahan mereka lakoni.

Seorang laki-laki terlihat duduk bersebelahan dengan sang kekasih di sebuah kafe di Riyadh. Musik memenuhi ruangan. Tak hanya mereka, ada pula pasangan-pasangan lain yang memenuhi meja berbeda. Cinta rasanya tak perlu lagi dirahasiakan.

Si laki-laki mengungkapkan bahwa Arab Saudi versi dulu jauh dari gambaran yang ada saat ini. "Menjual mawar seperti menjual narkoba," kata dia.

Tak hanya itu, duduk bersebelahan dengan seorang lawan jenis tanpa hubungan resmi juga tak pernah terpikirkan sebelumnya di benak masyarakat Arab Saudi. "Sekarang, malah perempuan yang mengajak laki-laki berkencan," timpal sang kekasih.

Arab Saudi versi 'kekinian' jadi lebih longgar. Putra Mahkota Mohammed bin Salman, milenial pewaris takhta Saudi, menciptakan perubahan yang lebih membebaskan. Valentine boleh dirayakan, nonton di bioskop, juga pesta.

Pasangan kekasih pun tak perlu takut razia atau penggerebekan oleh polisi agama. Media sosial pun dimanfaatkan untuk menemukan teman kencan, termasuk aplikasi Swarm, yang didesain bisa memasukkan lokasi yang dikunjungi.

Pandangan negatif masyarakat

Perubahan jelas dinikmati masyarakat, terutama kaum perempuan. Mereka boleh menyetir, memiliki paspor tanpa harus ada persetujuan wali laki-laki, menonton konser, merokok di tempat umum, hingga berkencan dengan laki-laki tanpa harus bersembunyi. Hanya saja, perempuan Saudi tak bisa mengharapkan perubahan yang sama di masyarakat secara instan.

Samirah—bukan nama sebenarnya—gugup bukan main saat ibu sang kekasih menemukan kartu ulang tahun dan hadiah yang dia berikan. Dia takut keluarganya mengetahui hal ini.

Ketakutan muncul karena dalam tradisi masyarakat setempat, kehormatan keluarga dikaitkan dengan kesucian perempuan.

Untungnya, sang kekasih bisa membohongi ibunya. Temuan kartu dan hadiah urung jadi ancaman hubungan mereka.

"Saudi saat ini mungkin lebih terbuka. Tapi masih banyak orang yang berbohong tentang hubungan asmara, karena masih banyak orang yang senang menghakimi," kata Samirah.

Lepas dari teror polisi agama, perempuan tetap dihadapkan pada teror polisi internal alias keluarga mereka sendiri.

Related

World's Fact 6229832000579940301

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item