Terungkap, Ternyata Ini Penyebab Orang Miskin di Indonesia Sulit Kaya

 Orang Miskin, Indonesia, Sulit Kaya,  naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia memang membaik, tetapi paling rendah dibandingkan negara-negara ASEAN 5. Artinya, kualitas sumber daya manusia Indonesia memang perlu terus dibenahi.

Pada 2018, United Nations Development Programme (UNDP) mencatat IPM (atau Human Development Index/HDI di level internasional) Indonesia sebesar 0,707. Membaik dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 0,704.

Sejak 1990, IPM Indonesia memang terus meningkat. Indonesia bahkan sudah masuk ke negara dengan IPM tinggi.

UNDP membagi klasifikasi negara berdasarkan IPM menjadi empat kelas, yaitu:
1 Sangat tinggi: 0,800-1,000.
2 Tinggi: 0,700-0,799.
3 Sedang: 0,55-0,699.
4 Rendah: 0,350-0,549.

IPM Indonesia memang terus naik dan sudah berada di kategori tinggi. Namun, ternyata IPM Indonesia menjadi yang terendah dibandingkan negara-negara tetangga.

Penduduk yang pernah sekolah menengah tak sampai 50%

UNDP menilai, saat ini angka harapan hidup masyarakat Indonesia adalah 71,5 tahun. Angka stunting tercatat sebesar 36,4% dari anak-anak usia kurang dari 5 tahun. Angka kematian anak saat kelahiran adalah 21,4 per 1.000 kelahiran.

Kemudian, angka anak di bawah usia 1% yang kekurangan imunisasi DPT adalah 25%. Secara umum, pengeluaran masyarakat untuk kesehatan adalah 3,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Sedangkan di bidang pendidikan, ekspektasi lama sekolah di Indonesia adalah 12,9 tahun dengan indeks pendidikan 0,625. Populasi penduduk usia 25 tahun ke atas yang mengeyam pendidikan menengah tidak sampai separuh, tepatnya 48,8%.

Bandingkan dengan Filipina saja, tidak perlu ke Malaysia atau Singapura. Angka harapan hidup di Filipina adalah 71,1 tahun, sedikit lebih rendah ketimbang Indonesia. Namun angka stunting adalah 33,4% dari anak-anak usia kurang dari 5 tahun, Indonesia sedikit lebih tinggi.

Angka mortalitas bayi saat melahirkan di Filipina adalah 22,2 per 1.000 kelahiran, lebih tinggi dari Indonesia. Akan tetapi persentase anak usia di bawah 1 tahun yang menerima vaksin DPT di Malaysia adalah 34%, lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Secara umum, pengeluaran masyarakat untuk kesehatan adalah 4,4% PDB, lebih tinggi dari Indonesia.

Ke sektor pendidikan, ekspektasi lama sekolah di Filipina adalah 12,7 tahun, lebih rendah dibandingkan Indonesia. Namun populasi penduduk usia 25 tahun ke atas yang mengeyam pendidikan menengah di Filipina jauh lebih baik ketimbang Indonesia, yaitu 73,2%.
Kualitas SDM kurang, lingkaran setan kemiskinan sulit dipatahkan

IPM yang tergolong rendah dibandingkan negara-negara tetangga membuat sumber daya manusia Indonesia kurang kompetitif. Mengutip laporan Global Talent Competitiveness Index (GTCI) 2020, Indonesia menempati peringkat 65 dunia. Di regional Asia Timur, Tenggara, dan Oseania, Indonesia berada di posisi 10.

"Indonesia kuat di sisi akses untuk berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi (peringkat 26) dan akses ke lapangan kerja (30). Namun Indonesia masih lemah di sub-sektor tenaga kerja berkemampuan tinggi (82) dan dampak tenaga kerja (92)," tulis laporan tersebut.

Tenaga kerja Indonesia yang kurang kompetitif dan berkualitas juga terlihat di laporan Badan Pusat Statistik. Penduduk bekerja per Agustus 2019 didominasi oleh berpendidikan SD ke bawah, dengan persentase hampir 40%. Hanya 12,4% yang berpendidikan tinggi (diploma ke atas).

Bagi para pekerja dengan pendidikan SD ke bawah, akan sulit mendapatkan pekerjaan yang berkualitas dan bergaji tinggi. Artinya, ada hambatan untuk mencapai hidup yang lebih baik. Orang miskin akan sulit 'naik kelas', lingkaran setan kemiskinan hampir mustahil dipatahkan.

Related

News 6486604432278001129

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item