Persaingan Marketplace di Indonesia, Antara yang Menang dan yang Tumbang

Persaingan Marketplace di Indonesia, Antara yang Menang dan yang Tumbang, naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Perkembangan e-commerce saat ini dibarengi dengan persaingan yang semakin ketat. Bahkan hampir semua e-commerce saat ini masih dalam siklus ‘bakar uang’. Artinya, sebagian besar e-commerce yang ada sekarang belum bisa mendapatkan laba. Sebagian besar dari mereka masih merangkak dan tertatih dalam mendaki persaingan pasar yang semakin terjal dan sulit dimenangkan.

Beberapa di antaranya bahkan harus tumbang dan berhenti beroperasi. Situs iPrice mencatat, ada setidaknya 16 e-commerce yang tumbang sejak medio 2000-an hingga sekarang.

Lima e-commerce gugur karena diakusisi pihak lain dan berganti nama, di antaranya Tokobagus, Kleora, Berniaga, Plasa, dan MatahariMall. Sementara 11 perusahaan lainnya tumbang karena sepenuhnya berhenti beroperasi.

Masih dari data yang sama, perusahaan e-commerce Indonesia yang telah tumbang punya rataan hidup selama empat tahun. Hanya ada beberapa saja yang mampu bertahan lebih dari itu, salah satunya Multiply yang mampu eksis sampai 10 tahun.

Begitu juga dengan Tokobagus yang dapat mempertahankan operasinya hingga sembilan tahun, sebelum akhirnya dibeli OLX, sebuah perusahaan global yang berambisi memonopoli bisnis e-commerce jenis C2C (consumer to consumer).

Sebanyak lima e-commerce tumbang pada 2015. Perusahaan-perusahaan itu antara lain Valadoo, Paraplou, BeutyTreats, Lamido, dan Kleora. Gugurnya lima e-commerce ini ditengarai lantaran tipe produknya yang terlalu spesifik, sehingga tidak mampu menemukan konsumen yang sesuai.

Lantas, jika merujuk pada periode finansial perusahaan, sebagian besar e-commerce harus runtuh pada kuartal pertama buku keuangan (Januari-Maret). Tujuh perusahaan memutuskan berhenti beroperasi pada periode ini.

Perusahaan yang dimaksud yakni Berniaga, Lolalola, Tokobagus, BeautyTreats, Lamido, Rakuten, dan Qlapa. Mereka menutup operasinya, lantaran tidak melihat potensi cerah dari bisnis yang digeluti.

Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia (iDEA), Ignatius Untung, menyebut istilah tren tumbangnya e-commerce sebagai ajang ‘adu napas’. Mereka yang kuat dalam permodalan akan bertahan, sementara mereka yang tidak kuat akan mati dengan sendirinya.

“Kita tahulah, bisnis ini kan sebagian besar, hampir semua malah, masih merah rapornya. Jadi, mau terus-terusan rapor merah, nombokin terus, atau udah deh kita lepas aja, atau kita ganti kategori apa pun itu, akan masuk masanya itu,” ungkap dia.

Saat ini, sambung dia, persaingan e-commerce di Tanah Air mulai semakin mengerucut. Pemenangnya sudah bisa ditebak. Mereka yang masuk tiga besar seperti Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak, akan menjadi e-commerce dengan daya tahan hidup paling panjang.

Sementara bagi mereka yang berada di bawah tiga besar hanya punya satu kesempatan untuk bisa mengambil alih pasar, yaitu saat ketiga e-commerce dengan jumlah pengunjung terbanyak itu mulai mengerem bujet promosinya.

“Nah, ketika dikurangi, itu kesempatan bagi yang kecil-kecil untuk ngegas, kalau masih punya napas. Tapi sementara ini, masanya semua masih berhitung ulang,” lanjut pria yang khas dengan kepala pelontosnya itu.

Related

Indonesia 6351738710931109292

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item