Persaingan Startup dan Perusahaan Digital di Era Bisnis Global (Bagian 2)

Persaingan Startup dan Perusahaan Digital di Era Bisnis Global, naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Persaingan Startup dan Perusahaan Digital di Era Bisnis Global - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Di Indonesia, tren akuisisi sedang terjadi. GDP Venture pimpinan Martin Hartono, misalnya. Generasi ketiga keluarga Hartono pemilik Djarum ini, bersama JG Summit Holdings asal Filipina dan Tencent Holdings Ltd, menyuntikkan dana sebesar 550 juta dolar AS pada Garena, yang berganti nama jadi Sea Ltd.

Sea Ltd adalah perusahaan asal Singapura yang hadir sejak 2009 lalu. Ia menaungi perusahaan online games Garena, perusahaan e-commerce Shopee, dan perusahaan teknologi finansial AirPay. Valuasi perusahaan ini sampai angka 3,75 miliar dolar AS pada tahun lalu.

Kucuran dana itu bisa menarik garis lurus keterikatan Kaskus, Djarum, dan Shopee yang bermain di pasar Indonesia, dengan Garena, Sea Ltd, JG Summit Holdings, hingga Tencent Holdings. Namun, nyatanya Tencent Holdings tak cuma punya keterkaitan dengan sejumlah perusahaan itu saja.

Dikutip dari Nikkei Asian Review, Tencent Holdings adalah pemegang saham teratas JD.Com, peritel terbesar kedua di Cina, dengan saham 21,25 persen. JD.Com sendiri punya nama JD.ID di pasar Indonesia, dan ikut bersaing jadi salah satu e-commerce terbesar di sini.

Dilansir Reuters, Tencent Holdings juga menyuntikan dana pada satu-satunya Unicorn asal Indonesia, Go-Jek. Menurut sumber mereka, angka itu berkisar 100 sampai 150 juta dolar AS.

Go-Jek juga mendapat suntikan dana sebesar 200 juta dolar AS dari NSI Ventures yang merupakan bagian dari Northstar Group. Kabarnya, suntikan dana itu dilakukan secara bertahap dan beberapa tahun belakangan.

Northstar juga menyuntikkan dana pada saingan Go-Jek, Grab Taxi Holdings terbesar, 350 juta dolar AS. Perusahaan ini di Indonesia getol membeli saham pada sejumlah perusahaan, misalnya BTPN atau PT Prima Garda Andalan, pemilik outlet roti Breadlife.

Sementara Grab juga berkelindan dengan Didi Chuxing, perusahaan transportasi online serupa Gojek dan Grab asal Cina. Di situsnya, Grab mengumumkan kalau perusahaan tersebut jadi salah satu investor unggulan.

Didi punya keterlibatan dengan Alibaba Group dan Tencent Holdings, sebagai investornya. Sementara Alibaba punya investasi 1 juta dolar AS pada Lazada, yang juga dapat investasi dari Salim Group lewat Rocket Net.

Garis-garis itu bisa makin luas, jika ditarik menuju sektor lain di luar bisnis digital, misalnya perbankan, kuliner, infrastruktur, dan lainnya. KPPU, sebagai wasit persaingan usaha, persoalan persaingan usaha yang makin lintas-batas, terutama batas geografis, jadi sorotan utama. Upaya revisi UU No 5 tahun 1999 yang sedang berlangsung di DPR menjadi momentum penting.

“Sekarang kita mengajukan ke DPR dan pemerintah untuk revisi UU Persaingan Usaha, supaya KPPU punya wewenang mengurusi hal itu,” kata Syarkawi.

“Kita usulkan agar KPPU, misalnya, bisa memanggil perusahaan Singapura yang punya bisnis di Indonesia, yang punya kartel dan menentukan harga produk mereka secara monopoli. Hal itu kan enggak baik untuk usaha di Indonesia,” katanya.

Syarkawi mencontohkan Cina, sebagai negara yang sudah tanggap dalam antisipasi masalah ini. “Di Cina, notifikasi merger diwajibkan bagi perusahaan-perusahaan yang mau masuk ke sana. Untuk apa? Hal ini sebagai antisipasi dampak buruk merger dan akuisisi itu,” katanya.

Model dan aksi korporasi bisnis di era digital makin berkembang dan beragam dan semakin luas, maka aturan yang mengaturnya pun harus bisa mengimbangi dinamika bisnis yang bergerak cepat.

Related

Technology 2771640464763889258

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item