Viral! Warga Ngamuk di RS Akibat Tak Dilayani, karena Pakai BPJS
https://www.naviri.org/2020/03/warga-ngamuk-di-rs.html
Naviri Magazine - Beredar sebuah video di media sosial, memperlihatkan seorang warga marah-marah di Rumah Sakit Soewandi Surabaya, Jawa Timur. Dia marah-marah karena diduga anaknya tidak dilayani dengan baik, lantaran menggunakan BPJS.
Video itu diunggah akun Facebook bernama Ikas Choirul Iklani, pada Rabu (4/3). Namun pada Kamis (5/3), video itu sudah dihapus.
Berikut keluhan yang disampaikan Ikas terkait pelayanan RS Soewandi yang diunggah di Facebook:
Kejadian kemarin menimpa saya sendiri kronologi di RS Soewandi Surabaya, Tambak Rejo
Niat mau periksa anak saya malah mendapatkan kejadian yang seperti ini
Lgsg singkat cerita setelah daftarkan anak saya dan saya sudah antri mulai jam 3 sampai 6 malem belom di layani terus saya tanya ke dokter galih di jawab antrian nama anak saya kurang 3 pas di panggil saya sabar menunggu tapi pas sudah 3 nama masuk tapi anak saya belum dipanggil jua saya sabar sampai jam 7 malem mungkin habis ini ternyata nggak dipanggil jua terus saya tanya lagi eh malah bentak2
Apa karena saya pakai BPJS terus saya diperlakukan seperti ini, ap saya dari kalangan org nggak punya sampai dibentak2
Dan mau ngerampas hp saya buat hapus video. mana yang katanya dokter bersumpah melayani pasien dng baik tapi nyatanya anak gak diperiksain malah disuruh pulang
Ya Allah sungguh miris pelayanan di RS Soewandi
Wadir Pelayanan Medik dan Keperawatan RS Soewandi, Rince Pangalila, membenarkan peristiwa tersebut. Rince mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Selasa (3/3) lalu.
“Memang betul pasien ini Selasa (3/3) siang menjelang sore pukul 14.40 WIB datang ke IGD Soewandi, bawa anak yang sakit,” kata Rince.
Namun, Rince menampik narasi yang diunggah di akun Facebook itu. Rince menjelaskan, saat itu Ikas membawa anaknya yang tengah sakit ke ruang IGD RS Soewandi. Ikas datang sekitar pukul 14.40 WIB dan dilayani dokter di IGD pukul 14.41 WIB.
“Apa yang diberitakan itu tidak benar. Semua orang datang ke rumah sakit. Pasti ingin segera dilayani. Tapi kalau semua begitu, terus siapa dokternya kalau mau dilayani semua?” ucap Rince.
“Karena sudah diperiksa, hasil pemeriksaan itu pasien ini tidak berada dalam kondisi gawat darurat dengan sakit panas, batuk pilek, sehingga dia disuruh menunggu di luar karena dokter sedang menangani pasien yang pada saat itu ada 7 orang dalam keadaan kritis. Nah, disuruh nunggu di luar sekalian mendaftar,” tambahnya.
Rince menilai, Ikas tak sabar menunggu dokter selesai memeriksa pasien lain yang gawat darurat. Kemudian Ikas marah sembari merekam video.
Selain itu, Rince menampik bila satpam RS Soewandi merampas ponsel Ikas. Menurutnya, satpam hanya meminta video yang direkamnya di rumah sakit untuk dihapus.
“Nah, sama satpam itu dilarang, ‘Pak mohon maaf tidak boleh mengambil gambar ataupun video di rumah sakit tanpa seizin petugas'. Jadi satpam tidak merampas ponsel atau apa, satpam hanya memerintahkan supaya menghapus video yang telah direkam itu,” imbuhnya.
Rince juga menegaskan, pemeriksaan di IGD diprioritaskan untuk pasien kritis. Hal itu sesuai dengan prosedur penanganan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
“IGD hanya untuk menangani pasien mestinya gawat darurat. Tapi masyarakat tidak tahu itu gawat atau tidak. Diviralkanlah Rumah Sakit Soewandi,” ucapnya.
“Kita memberikan yang terbaik, semua pasien kita memberikan pelayanan yang sama. Tidak membedakan pasien umum, pasien kaya, pasien miskin, pasien BPJS, yang melayani dokternya yang sama. Sesuai dengan nomor antrian, sesuai dengan prosedur,” pungkasnya.