Semua yang Perlu Kita Tahu Seputar Herd Immunity, Terkait Wabah Corona (Bagian 2)

Semua yang Perlu Kita Tahu Seputar Herd Immunity, Terkait Wabah Corona, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Semua yang Perlu Kita Tahu Seputar Herd Immunity, Terkait Wabah Corona - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Oleh karena itu, herd immunity dinilai menjadi langkah yang spekulatif dan berbahaya bagi seluruh rakyat. Apalagi, rakyat Indonesia memiliki daya kekebalan dan status nutrisi yang rendah. 

Sehingga yang ditakutkan adalah apabila herd immunity dilakukan, maka alih-alih terjadi imunitas kolektif, tetapi yang terjadi adalah banyak orang yang terinfeksi dan menjadi parah dengan cepat.

Kemudian akan banyak orang yang meninggal, terutama kelompok usia rentan dan yang memiliki komorbid, dan fasilitas kesehatan kita yang pada dasarnya memiliki ketahanan rendah, akan tumbang dengan cepat. Yang terkorbankan adalah dokter dan tenaga kesehatan.

Langkah herd immunity, tepatkah untuk dilakukan? 

Kurang tepat, karena membiarkan masyarakat terjangkit virus memang akan menimbulkan imunitas. Tetapi imunitas dalam virus SARS-CoV-2 tidak memberikan imunitas jangka lama, paling lama hanya setahun. 

Sebagai contoh, pada Februari lalu pria Jepang berusia 70 tahun terkena COVID-19 dan dinyatakan sembuh. Namun setelah beberapa hari kemudian, ia kembali terinfeksi virus corona. Padahal kekebalan tubuh terhadap suatu infeksi virus dapat terjadi bila tubuh kita pernah terpapar atau terinfeksi virus sebelumnya, itu yang disebut dengan herd immunity.

Namun tampaknya untuk kasus COVID-19 sedikit berbeda, karena belum diketahui secara efektif prediksi evolusi dan mutagenesisnya. Tak heran skenario herd immunity memunculkan keraguan untuk memberantas COVID-19. Karena dikhawatirkan hanya membuat semakin banyak orang yang akan terinfeksi akan meninggal, dan orang yang terinfeksi sebagai carrier. 

Jadi, langkah apa yang harus dilakukan? 

Saat ini, Indonesia posisinya seperti baskom raksasa yang didalamnya ada orang-orang dan virus sudah menjadi satu. Sayangnya, saat ini masih banyak orang yang pergi leluasa ke sana kemari, berkumpul di tempat umum. Ibarat sedang berada dalam baskom raksasa, sekarang kita semua sudah menjadi suspect ODP.

Persoalan besarnya adalah, karena fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan terbatas, sehingga dapat terjadi lonjakan kematian dalam jumlah besar. Oleh karena itu, perlu dilakukan lockdown pembatasan human traffic antara satu negara dengan negara yang lain (lockdown teritorial), dan antar orang dari satu daerah ke daerah lain (lockdown wilayah).

Itu cara paling efektif agar tidak terjadi penyebaran antara satu manusia ke manusia lain. Lalu daerah-daerah yang sudah terinfeksi itu di-lockdown wilayahnya, untuk mencegah persebaran virus dari satu daerah ke daerah lain. Lockdown wilayah juga harus dilakukan serentak untuk memutus persebaran virus.

Lantas, langkah konkret apa yang harus dilakukan untuk menekan penyebaran COVID-19 ini, khususnya untuk orang-orang yang belum menjadi suspect?

Virus Corona sangat mudah menular. Cara penularan utama penyakit ini melalui tetesan kecil (droplet) yang dikeluarkan pada saat seseorang batuk atau bersin. Bahkan COVID-19 dapat bertahan beberapa jam di udara. 

Oleh karena itu, untuk mencegah meluasnya penyebaran penyakit, perlu dilakukan social distancing. Sederhananya, cara ini mengharuskan kita untuk menjaga jarak satu sama lain, sehingga virus atau patogen apa pun tidak dapat menyebar dari satu orang ke orang lain.

Hal ini dapat kita lakukan dengan menghindari pertemuan massal dan menjaga jarak 2 meter. Selain itu, pembatasan sosial juga dilakukan dengan mengurangi interaksi sosial dengan tetap tinggal di dalam rumah.

Selanjutnya, untuk memutus rantai penularan virus, juga penting melakukan contact tracing. Jadi saat mendeteksi orang yang sakit, dan orang yang sakit itu harus diisolasi sebanyak mungkin. Kemudian ditelusuri suspect tersebut kontak dengan siapa saja dan di mana saja.

Kalau tak dilakukan, kita sama saja membiarkan kemungkinan suspect bebas kemana pun. Jadi meskipun melakukan social distancing tanpa contact tracing, ya sama saja bohong.

Ketahanan pangan dan kesehatan menjadi hal yang tak kalah penting untuk meningkatkan imun tubuh dalam masa pandemi seperti ini. Oleh karena itu, pemerintah harus memastikan ketersediaan logistik yang aman.

Kemudian, dari sisi masyarakat, kemandirian akan ketahanan pangan juga perlu ditingkatkan. Dimulai dari menanam secara mandiri tumbuh-tumbuhan yang dapat meningkatkan imun tubuh. 

Kapan semua ini akan berakhir? 

Berdasarkan rilis WHO terakhir, diperkirakan bencana virus ini akan bergulir selama 2 tahun. Karena range berlangsungnya pandemi ini terjadi antara 1 tahun sampai 36 bulan, cut off-nya di 2 tahun.

Wah, lama juga, ya…

Iya, lama sekali. Sebetulnya, secara global virus ini secara virulensi tidak terlalu mematikan, meski di Indonesia angkanya sudah mencapai hampir 10 persen. Namun, dengan penyebarannya yang sangat mudah dan langkah-langkah yang harus diambil untuk menghadapinya, virus ini sukes melumpuhkan negara. Itu yang mengerikan.


Related

Science 5002810249148903319

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item