Menyingkap Kebohongan Teori Evolusi Terkait Usia Bumi (Bagian 1)

Menyingkap Kebohongan Teori Evolusi Terkait Usia Bumi, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Banyak fosil yang membuktikan ketidakbenaran teori evolusi, disembunyikan oleh para evolusionis (pendukung teori evolusi) dan bahkan dipalsukan untuk kepentingan mereka. Hal yang paling menarik dari skenario para evolusionis adalah umur dari fosil-fosil ini.

Evolusionis menyatakan bahwa Archaeopteryx hidup 150 juta tahun yang lalu, manusia Lucy hidup 3 juta tahun lalu, dan reptil pertama hidup 250 juta tahun yang lalu. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan terhadap fosil-fosil ini menunjukkan kenyataan bahwa umur yang disebutkan memperlihatkan bias dan interpertasi yang menipu.

Kenyataannya, semua angka jutaan tahun yang diberikan para evolusionis terhadap umur fosil sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan. Metode untuk menentukan umur fosil sangat spekulatif. Lebih jauh, metode “penentuan umur” yang lain tidak diterima oleh evolusionis, karena bisa membuktikan bahwa umur fosil ternyata jauh lebih muda.

Sebenarnya, pertanyaannya adalah mengenai umur bumi, bukan hanya umur fosil. Evolusionis berpendapat bahwa umur bumi adalah 4,5 miliar tahun. Angka ini digunakan oleh berbagai media cetak dan elektronik, literatur sains, dan sumber-sumber yang lain. Banyak orang percaya pada pendapat tersebut, yang menyatakan bahwa umur bumi beberapa miliar tahun, dan menerimanya tanpa pembuktian yang nyata.

Pendapat ini tetap bertahan tanpa adanya langkah nyata untuk membuktikan kebenarannya. Termasuk angka-angka perkiraan yang diberikan oleh para evolusionis terhadap umur fosil, yang pada kenyataannya sangat meragukan. Kemudian, apakah pentingnya mengetahui umur bumi sudah tua (4,5 miliar tahun) atau masih muda (ribuan tahun)?

Orang Kristen mula-mula teguh pada kepercayaan bahwa manusia ada di bumi sejak 5.000–6.000 tahun SM, menurut Alkitab Perjanjian Lama. Akan tetapi, di bawah konsep evolusi, pemahaman umur bumi mulai berubah.

George de Buffon, salah satu pionir teori evolusi, pertama kali menyatakan bahwa umur bumi lebih tua dari 80 ribu tahun. Geologis James Hutton dan Charles Lyell menunjuk pada umur yang lebih tua lagi.

Dengan berkembangnya teori evolusi, perkiraan umur bumi jadi semakin tua. Hari ini, para pendukung evolusi menerima bahwa umur bumi adalah 4,5 miliar tahun, dan makhluk hidup pertama ada pada 3,5 miliar tahun lalu.

Teori evolusi

Apa alasan para evolusionis begitu memaksakan hal ini? Mengapa teori ini mencoba menaikkan umur bumi, dari semenjak pertama teori evolusi dicetuskan?

Alasannya adalah, proses evolusi memerlukan waktu yang sangat lama untuk bisa terjadi. Klaim bahwa semua makhluk ada karena perkembangan secara bertahap dari satu sel makhluk hidup, tentu saja akan gagal dan tidak berarti apa-apa jika umur bumi masih muda – hanya beberapa ribu tahun.

Tetapi jika bisa dibuktikan bahwa umur bumi adalah beberapa miliar tahun, maka waktu yang diperlukan untuk terjadinya proses evolusi bisa dipenuhi menurut teori ini.

Jadi, latar belakang klaim bahwa umur bumi adalah 4,5 miliar tahun, semata-mata didasarkan pada keperluan teori evolusi. Dengan alasan yang sama, umur alam semesta diakui relatif lebih tua, sesuai penetapan dari umur bumi sebelumnya.

Stephen W. Hawking, seorang fisikawan modern yang terkenal, tidak ragu-ragu untuk mengakui tujuan sebenarnya dari pemikiran para evolusionis. Hawking menjawab pertanyaan, “Mengapa Bing Bang terjadi sepuluh miliar tahun lalu?” dengan sebuah jawaban, “Waktu selama itu (miliaran tahun) diperlukan untuk proses evolusi, supaya bisa menghasilkan sebuah makhluk yang cerdas.”

Kalau begitu, apa yang benar-benar dibutuhkan oleh teori evolusi? Apakah bumi memang setua yang diklaim oleh para evolusionis?

Pada penjelasan berikut, kita akan melihat jawaban terhadap pertanyaan ini. Tetapi hal pertama yang harus dilakukan adalah mempertanyakan keabsahan metode yang digunakan oleh para evolusionis, untuk membuktikan umur bumi dan fosil dari organisme makhluk hidup.

Kemudian kita akan melihat metode yang lain dalam menentukan umur, yang tidak diterima bahkan diabaikan oleh para evolusionis, hanya karena bisa membuktikan umur yang lebih muda.

Observasi dan tes radiometrik

Saat ini, ada dua macam tes untuk menentukan umur bumi. Pertama berdasarkan observasi (pengamatan) terhadap kejadian alam yang ada di muka bumi.

Jika diamati bahwa beberapa peristiwa geologis terjadi pada masa tertentu, maka bisa diasumsikan, dengan mempergunakan data ini, kejadian yang sama telah terjadi dalam kurun waktu yang sama di masa lalu.

Mengacu pada prinsip ini, bisa diperkirakan umur bumi. Sebagai contoh, diasumsikan rasio konsentrasi garam di laut naik 100 ton dalam sebulan. Berdasarkan rasio ini, metode penentuan umur dilakukan dengan cara memperkirakan jumlah garam yang ada di semua lautan, selanjutnya dibagi dengan jumlah rasio peningkatan yang sudah ditentukan sebelumnya.

Angka yang diperoleh akan mengindikasikan jumlah bulan yang dilewati sampai sekarang, dari sejak pertama kali adanya lautan (dengan asumsi tidak ada kandungan garam di laut mula-mula).

Yang kedua adalah tes radiometrik. Tes ini ditemukan awal abad 20, dan sangat populer. Teknik tes radiometrik terletak pada prinsip bahwa “atom tidak stabil” di material radioaktif akan berubah menjadi “atom stabil” dalam satu interval waktu tertentu.

Kenyataan bahwa perubahan terjadi dengan jumlah yang sudah dipastikan, dan juga dalam periode waktu tertentu, membuat timbulnya gagasan untuk mempergunakan data ini sebagai penentu dari umur fosil dan umur bumi.

Tes uranium adalah yang pertama kali digunakan, tetapi kemudian tidak dipakai lagi. Prinsip dari tes ini adalah perubahan uranium menjadi timah. Uranium berubah menjadi atom thorium saat memancarkan radiasinya. Thorium adalah elemen radioaktif, berubah menjadi protactinium setelah beberapa waktu tertentu. Setelah tiga belas perubahan tambahan, uranium pada akhirnya berubah menjadi timah, yang merupakan elemen stabil.

Waktu yang dibutuhkan oleh elemen radioaktif untuk berubah dari setengah masanya menjadi elemen yang lain, disebut setengah-umur dari elemen ini. Setengah-umur dari uranium-238 adalah 4,5 miliar tahun.

Artinya, 100 gram uranium yang kita miliki hari ini, akan menjadi 50 gram uranium-238 dan 50 gram timah-206 setelah 4,5 miliar tahun kemudian. Dan setelah 4,5 miliar tahun berikutnya, ada tersisa seperempat dari jumlah uranium yang kita miliki mula-mula. Reaksi ini akan berlanjut sampai uranium itu habis.

Tes radiometrik untuk mengukur batuan vulkanik

Tes radiometrik digunakan untuk menghitung umur batuan sesuai dengan prinsip setengah-umur, yaitu ada sejumlah elemen radioaktif di batuan vulkanik di bumi. Kandungan radio aktif di batuan ini secara alami hilang dan berubah menjadi bentuk yang stabil.

Dengan melihat proses ini, menghitung jumlah radioaktif dan material stabil bisa ditentukan berapa banyak material radioaktif yang berubah ke dalam bentuk stabil di dalam rentang waktu tertentu. Sehingga umur batuan ini adalah dua kali dari jumlah material radioaktif berubah menjadi setengah-umur.

Umur bumi juga ditentukan dengan metode yang sama. Batuan yang dipakai untuk memperkirakan umur bumi sama dengan dengan meteor atau tanah di Bulan, yang diasumsikan diciptakan pada waktu yang sama dengan bumi. Sampel dari batuan ini diasumsikan sebagai batuan yang tertua, dan digunakan untuk menentukan umur bumi. Sesuai dengan data ini, umur bumi adalah 4,6 miliar tahun.

Baca lanjutannya: Menyingkap Kebohongan Teori Evolusi Terkait Usia Bumi (Bagian 2)

Related

Science 2541585472590153265

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item