Kisah Perjalanan Karier Didi Kempot, dari Ngutang di Warung sampai Tidur di Kuburan

Kisah Perjalanan Karier Didi Kempot, dari Ngutang di Warung sampai Tidur di Kuburan, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Dionisius Prasetyo, atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Didi Kempot, merupakan penyanyi campur sari asal Solo, Jawa Tengah.

Didi Kempot, yang meninggal dunia pada Selasa (5/5/2020), memiliki beberapa julukan patah hati, mulai dari Bapak Loro Ati Nasional, Bapak Patah Hati Indonesia, Lord Didi, dan yang terbaru disebut-sebut; Godfather of Brokenheart.

Di balik ketenarannya, pelantun lagu "Stasiun Balapan" yang dirilis pada 1999 itu dulunya seorang pengamen. Perjalanan kariernya sebagai musisi sejak 1984 tidak mudah.

Jatuh bangun menjadi seorang musisi selama 36 tahun telah ia rasakan. Hingga akhirnya pria 53 tahun itu telah memetik hasilnya. Berikut fakta perjalanan karir Didi Kempot.

Tak lulus SMA

Didi Kempot tidak lulus SMA bukan tanpa alasan. Didi Kempot memilih untuk berhenti dari sekolah demi mencapai cita-citanya sebagai seorang seniman seperti ayahnya, Ranto Edi Gudel (almarhum), yang lebih dikenal dengan nama Mbah Ranto.

Beruntung, keputusan Didi Kempot didukung sang ayah. Almarhum ayahnya sempat mengatakan kepadanya bahwa untuk menjadi seorang seniman tidak harus sekolah tinggi, melainkan tekun menggeluti bakat dan kemampuan yang dimiliki.

Sempat jadi pengamen

Didi Kempot mengawali karier bermusiknya sebagai pengamen pada tahun 1984. Ia mencari uang dari bus ke bus untuk mendapatkan rezeki.

Bertahun-tahun menjadi pengamen, Didi Kempot menciptakan beberapa lagu. Sampai akhirnya, ia mencoba peruntungannya ke Jakarta untuk mencari produser agar bisa masuk dapur rekaman. Akhirnya, album pertamanya rilis pada tahun 1999 berjudul "Stasiun Balapan", yang membuat namanya dikenal di pasaran.

Nama Kempot

Nama panggung Didi Kempot merupakan akronim dari kelompok musik pertamanya. 'Kempot' merupakan singkatan dari Kelompok Penyanyi Trotoar. Saat itu, ia masih menjadi pengamen jalanan di Solo dan Yogyakarta pada tahun 1984–1989.

Lagu Stasiun Balapan yang dirilis tahun 1999 tak hanya mengharumkan namanya, ia juga didapuk menjadi duta kereta api. Hingga stasiun di kota Solo jadi terkenal karenanya.

Adik kandung Mamiek Srimulat

Didi Kempot hidup dari keluarga seniman. Ayahnya, Ranto Edi Gudel (almarhum), yang lebih dikenal dengan nama mbah Ranto, adalah pelawak kenamaan di Solo. Sementara kakaknya, Mamiek Prakoso, tergabung dalam Srimulat. Mamiek meninggal dunia pada 3 Agustus 2014 di usianya yang ke-53, akibat penyakit liver.

Di luar negeri dikenal sebagai Bon Jovi from Java

Tidak hanya terkenal di negeri sendiri, Didi Kempot juga dikenal di negeri orang. Mulai dari Surinemae hingga Belanda. Di Suriname, Didi Kempot bahkan mendapatkan julukan 'Bon Jovi from Java'.

Dapat julukan God Father of Broken Heart 

Tidak hanya dijuluki sebagai 'Bon Jovi from Java', Didi Kempot juga dijuluki 'God Father of Broken Heart' oleh anak-anak muda negeri ini. Sementara anak-anak muda yang mengaku sebagai fans Didi Kempot menamai mereka sebagai 'Sobat Ambyar' yang terdiri dari 'Sadbois', hingga 'Sadgirl'.

Pamer Bojo hits di semua kalangan 

Didi Kempot telah menciptakan ratusan lagu selama 36 tahun berkarya. Lagu-lagu karya Didi Kempot kebanyakan berkisah tentang kesedihan, cinta, dan patah hati.

Pada 2019, lagu Didi yang berjudul "Pamer Bojo", yang juga menceritakan patah hati dan rilis sejak 2016, kembali melejit di dunia musik Tanah Air. Lagu tersebut tak hanya populer di kalangan dewasa, tetapi kaum muda saat ini juga menjadi penggemar lagu-lagu pria kelahiran 31 Desember 1966 tersebut.

Rangkul kaum difabel untuk bernyanyi

Didi Kempot baru-baru ini merangkul Arda, bocah Difabel yang suaranya sukses membuat Didi Kempot terkagum-kagum.

Didi Kempot pun mengajak Arda untuk berduet dan mengajaknya rekaman. Lagu Tatu yang dinyanyikan oleh Arda ini dirilis pada tahun 2020, dan sempat trending di Youtube hingga mencapai lebih dari 2,9 juta kali tayangan.

Fakta lain Didi Kempot

Setiap ke Jakarta, lord didi kempot selalu memilih tinggal di Hotel Ibis, beliau selalu pilih kamar yang menghadap ke arah perempatan Slipi.

"Dari kamar, saya bisa melihat warung tegal (warteg) di kaki lima, dekat kios penjual rotan, tempat dulu biasa mengutang makan atau menitipkan gitar," tutur adik kandung pelawak Mamiek Prakosa dan anak mendiang pelawak Solo, Mbah Ranto Eddy Gudel ini.

Selain "alumnus" pengamen di sekitar warung nasi liwet Keprabon, Solo, pada sekitar tahun 1984, Didi Kempot dulu juga pernah ikut jadi pengamen "kelompok Slipi" di Jakarta, menyanyi sambil main gitar dari bus kota ke bus kota.

Selama mengamen bersama kelompok Slipi, kurang lebih tiga tahun, Didi mengaku indekos di gubuk di kuburan Palmerah. Setiap kali lewat tol Karawaci (tol Jakarta-Merak) pun Didi Kempot mengaku selalu menengok melalui kaca jendela mobil, ke arah sebuah kuburan di pinggir tol.

"Dulu saya sering tidur di kuburan itu," kata penyanyi yang melejit lewat lagu Sewu Kutho ini. Popularitasnya tidak hanya merambah di negeri ini, tetapi lebih dulu ngetop di Suriname dan Belanda, di kalangan penggemar lagu-lagu berbahasa Jawa.

"Istri saya (Saputri) dulu buruh pabrik di Tangerang. Ketika kami pacaran (sekitar tahun 1984), praktis kami pacaran dengan gaji dia sebagai buruh. Tetapi setiap kali pulang ngamen, barang sebiji rambutan saya selalu memberinya oleh-oleh," tutur Didi.

Didi Kempot dimakamkam di Desa Penthuk Pelem, Majasem, Kecamatan Kendal, Jawa Timur. Sekitar dua jam perjalanan dari kota Solo, di lereng Gunung Lawu, jauh dari jalan raya Solo-Surabaya.

Related

News 8840684146405926689

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item