Hasil Studi: Bulan ternyata Mempengaruhi Suasana Hati Kita (Bagian 2)

Hasil Studi: Bulan ternyata Mempengaruhi Suasana Hati Kita, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Hasil Studi: Bulan ternyata Mempengaruhi Suasana Hati Kita - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Ketika melakukan ini, Wehr menemukan bahwa pasiennya masuk ke dalam salah satu dari dua kategori: perubahan suasana hati beberapa orang tampaknya mengikuti siklus 14,8 hari, yang lain siklus 13,7 hari.

Ada pula beberapa dari mereka yang kadang-kadang berpindah siklus.

Bulan mempengaruhi Bumi dalam beberapa cara. Yang pertama dan paling jelas adalah melalui penyediaan cahaya bulan, dengan bulan purnama setiap 29,5 hari, dan bulan baru mengikuti 14,8 hari setelah itu.

Lalu ada tarikan gravitasi bulan, yang menciptakan gelombang laut yang naik dan turun setiap 12,4 jam.

Ketinggian pasang-surut itu juga mengikuti siklus sekitar dua minggu, yang disebut siklus 14,8 hari "springneap cycle", yang didorong oleh tarikan gabungan bulan dan matahari, dan "siklus deklinasi" 13,7 hari, yang didorong posisi bulan relatif terhadap ekuator bumi.

Ini kira-kira adalah siklus dua minggu sesuai ketinggian pasang surut, yang tampaknya selaras dengan pasien Wehr.

“Bukannya mereka harus beralih ke depresi atau mania setiap 13,7 atau 14,8 hari, hanya saja jika terjadi perubahan dari depresi menjadi mania, itu tidak terjadi pada waktu-waktu biasa, tapi cenderung terjadi selama fase tertentu siklus pasang-surut bulan," kata Avery.

Setelah membaca penelitian Wehr, Avery menghubunginya, dan mereka kemudian menganalisis kembali data sang insinyur, dan menemukan bahwa ia juga menunjukkan pola 14,8 hari dalam siklus suasana hatinya.

Bukti lebih lanjut dalam pengaruh bulan pada suasana hati pasien ini berasal dari penemuan bahwa setiap 206 hari, ritme yang teratur ini tampaknya terganggu oleh siklus lunar lain.

Inilah siklus yang menciptakan "supermoon", ketika orbit bulan yang elips (atau oval) membuat bulan jadi sangat dekat dengan bumi.

Anne Wirz-Justice, seorang kronobiolog di Rumah Sakit Psikiatri Universitas Basel, Swiss, menggambarkan data Wehr tentang hubungan antara siklus lunar dan manik-depresi sebagai "dapat dipercaya" tetapi "kompleks".

"Orang tidak tahu apa mekanismenya," tambahnya.

Secara teori, cahaya bulan purnama dapat mengganggu tidur orang, yang dapat memengaruhi suasana hati mereka. Hal ini terutama berlaku untuk pasien bipolar, yang episode suasana hatinya sering dipicu oleh gangguan tidur atau ritme sirkadian kita.

Ini adalah sistem 24 jam dalam tubuh kita, secara biologis dan perilaku kita, yang dapat terganggu karena kerja shift atau mengambil penerbangan jarak jauh. Bahkan ada bukti bahwa dipaksa tidak tidur dapat mengangkat pasien bipolar dari depresi.

Mendukung gagasan bahwa bulan entah bagaimana dapat mempengaruhi tidur pasien, Wehr menemukan bahwa seiring berjalannya waktu, saat mereka bangun makin lama, sementara waktu mereka beranjak tidur tetap sama.

Artinya, jumlah waktu tidur mereka jadi makin lama, sampai tiba-tiba memendek. Masa terjadinya "fase lompatan" ini sering dikaitkan dengan timbulnya mania. Meski begitu, Wehr menganggap cahaya bulan tidak mungkin jadi penyebabnya.

"Di dunia modern, ada begitu banyak polusi cahaya, dan kita menghabiskan begitu banyak waktu di dalam ruangan yang terpapar cahaya buatan, sehingga sinyal perubahan tingkat cahaya bulan menjadi kabur," kata dia.

Sebaliknya, ia menduga bahwa beberapa aspek lain dari pengaruh bulan yang mengganggu tidur pasiennya. Konsekuensi terganggunya waktu tidur sangat menghentak suasana hati mereka. Kandidat yang paling mungkin adalah tarikan gravitasi bulan.

Satu gagasan adalah bahwa gravitasi bulan memicu fluktuasi halus dalam medan magnet bumi, yang mungkin membuat beberapa orang jadi sensitif.

"Lautan adalah penghantar listrik karena terdiri atas air asin, dan mengalir seiring pasang surut yang memiliki medan magnet yang terkait," kata Robert Wickes, pakar cuaca luar angkasa di University College London.

Namun, efeknya kecil, dan apakah efek bulan pada medan magnet bumi cukup kuat untuk memicu perubahan biologis? Tidak jelas.

Tentu saja, beberapa penelitian mengaitkan aktivitas matahari dengan peningkatan serangan jantung dan stroke, epilepsi, skizofrenia, dan bunuh diri.

Ketika kobaran api matahari atau ejeksi massa koronal menghantam medan magnet bumi, ini menginduksi arus listrik tak terlihat yang cukup kuat untuk mematikan jaringan listrik.

Beberapa orang percaya bahwa ini mungkin juga mempengaruhi sel-sel yang sensitif secara elektrik di jantung dan otak.

"Masalahnya bukannya ini tidak mungkin terjadi, tapi penelitiannya sangat terbatas sehingga sulit mengatakan sesuatu yang pasti," kata Wickes.

Sebab, tidak seperti burung, ikan, dan serangga, manusia tidak dianggap memiliki perasaan magnetis. Namun, penelitian yang diterbitkan awal tahun ini menantang asumsi itu.

Baca lanjutannya: Hasil Studi: Bulan ternyata Mempengaruhi Suasana Hati Kita (Bagian 3)

Related

Science 8493443174607775906

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item