Kisah Nelangsa ABK di Kapal Asing, Tak Tidur Sampai 48 Jam (Bagian 1)

Kisah Nelangsa ABK di Kapal Asing, Tak Tidur Sampai 48 Jam naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Siang itu, Saefudin tengah duduk di ruang tengah kediamannya yang berada di salah satu sudut kota Bandung, Jawa Barat.

Pria yang pernah bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) di kapal pencari ikan berbendera negara lain itu tengah asyik mengganti-ganti saluran televisi dengan pengendali jarak jauh di tangannya. Sampai ketika di salah satu saluran menayangkan berita soal pelarungan jenazah, yang dilakukan awak Kapal China terhadap ABK asal Indonesia.

Kasus ABK itu tengah mencuat setelah mereka melaporkan dugaan eksploitasi dan pelanggaran HAM ke petugas, kala kapal merapat di Busan, Korea Selatan.

Pandangan dan pikirannya langsung tertuju pada pemberitaan yang sangat erat kaitannya dengan kehidupannya sekitar 11 tahun silam.

"Saya langsung ingat masa lalu," kata Saefudin, memulai kisah nelangsanya sebagai ABK.

Sekitar satu dekade lalu, tepatnya 11 Februari 2010, ketika kapal Win Far 161 tempat dia bekerja sebagai ABK dilepaskan perompak Somalia setelah 10 bulan disandera, Saefudin bertekad melepaskan pekerjaan sebagai ABK kapal ikan, profesi yang telah dia geluti sejak 2005.

Pada aksi tersebut, perompak Somalia diketahui menyandera kapal berbendera Taiwan itu mulai 6 April 2009.

Bukan tanpa alasan kalau Aep, sapaan karib Saefudin, berhenti sebagai ABK meski telah sepuluh tahun kurang lebih berlayar mengelilingi samudera, pekerjaan ini bagi dia benar-benar menantang maut.

Di samping itu, Saefudin mengaku pekerjaannya sebagai ABK penuh perlakuan tak manusiawi, bila dilihat dari beban kerja, jam kerja yang berlebihan, hingga pendapatan yang benar-benar masuk ke kantong—bukan yang dijanjikan.

"Setelah lepas dari perompak itu, saya memutuskan tidak lagi bekerja sebagai ABK," kata Aep.

Kembali ke tahun 2005, tahun yang menjadi titik awal perjalanannya sebagai pelaut berdarah Bandung, Aep mengaku 'dibodohi' tetangganya sendiri, hingga akhirnya dia terjun sebagai ABK kapal milik negara lain. Kala itu, dia diiming-imingi gaji ratusan ribu dolar. Tanpa pikir panjang, Aep pun mengikuti saran tetangganya untuk menjadi pelaut.

Dalam pikiran Aep kala itu bukan ABK yang bekerja kasar melempar jaring besar, tetapi bekerja di kapal pesiar mewah dengan pendapatan ratusan dolar.

Tak butuh waktu lama, semua berkas sudah lolos. Aep pun mendapat pekerjaan sebagai ABK di salah satu perusahaan perkapalan besar milik Taiwan.

Singkat cerita, Aep kemudian diajak menandatangani kontrak kerja untuk pelayaran pertama. Dia mengaku bertemu dengan agen, dan langsung disodori beberapa lembar kertas. Agen tersebut hanya minta Aep menandatangani berkas tanpa membaca satu baris kalimat pun yang ada di dalamnya.

"Semua tulisannya mandarin semua. Saya mau baca gimana, ya langsung ditandatangan saja," kata dia.

Belakangan dia tahu, surat-surat itu adalah perjanjian kontrak kerja dengan isi yang tak masuk akal dan memberatkan dirinya. Dan, akhirnya di tengah penderitaan beban kerja yang tak manusiawi, Saefudin bertahan bekerja sebagai ABK di beberapa kapal hingga yang terakhir Win Far 161.

Pasalnya, Aep terikat utang yang harus ia lakukan saat hendak melamar jadi ABK. Jadi sebelum utang yang tak kecil itu lunas, kala itu Aep mengaku bertekad untuk mencoba tetap bertahan.

Suntik morfin demi kerja puluhan jam

Hari-hari Aep sebagai ABK ternyata tak seperti yang dibayangkannya. Bahkan untuk sekadar duduk santai menyeruput kopi pagi di tengah samudera pun, kata dia, tak bisa.

"Karena kalau sekali lempar jaring itu kita harus pegang, kadang kalau ikan lagi banyak harus tahan berdiri sampai 48 jam," kenangnya.

Melepas jaring adalah pekerjaan paling berat, sebab jaring yang ada di kapal-kapal ikan bukan jaring ikan biasa, tetapi lebar dan besar.

Lalu bagaimana dengan istirahat tidur dan makan?

Aep mengaku bisa tertidur hanya dalam waktu dua jam, untuk kemudian dia akan terjaga hingga 40 jam ke depan. Tentu kegiatan seperti ini sangat melelahkan dan menguras tenaga.

Baca lanjutannya: Kisah Nelangsa ABK di Kapal Asing, Tak Tidur Sampai 48 Jam (Bagian 2)

Related

News 8154313634336294211

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item