Media-media Asing Soroti Keramaian di Indonesia Saat Kasus Corona Masih Tinggi

Media-media Asing Soroti Keramaian di Indonesia Saat Kasus Corona Masih Tinggi, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Sejumlah media asing kembali menyoroti kondisi fenomena wabah Covid-19 di Indonesia. Setelah sebelumnya memberitakan tagar "Indonesia Terserah" yang viral, kali ini tentang masih adanya keramaian di tengah-tengah meningkatnya asus infeksi virus corona di Indonesia.

Media asal Hong Kong, South China Morning Post, memberi judul beritanya pada Senin lalu tentang warga di Jawa Timur yang membuka peti jenazah pasien Covid dan akhirnya terinfeksi.

Selain itu, di badan beritanya, SCMP menuliskan tentang banyaknya orang bepergian di bandara Soekarno-Hatta setelah adanya izin penerbangan terbatas beberapa waktu lalu.

Berita tentang pasien Covid-19 yang marah dan menolak perawatan di rumah sakit lalu memeluk tetangganya, juga turut dilaporkan.

"Contoh-contoh seperti itu menyoroti perjuangan berat Indonesia, negara berpenduduk 270 juta orang, yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau, saat mencoba meratakan kurva Covid-19," tulis SCMP.

Bahkan, saat kasus mencapai 18.010 dan korban meninggal 1.191, masih banyak orang yang mengabaikan pembatasan pemerintah dan panduan tentang langkah-langkah jarak sosial.

Eksodus massal bisa picu kasus

SCMP mengutip statemen ahli yang mengatakan eksodus massal (mudik) penduduk dari Jakarta mulai terjadi sebelum pemerintah melarang perjalanan pada bulan April. Meskipun saat itu sudah diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“Saya percaya bahwa PSBB bagus di atas kertas. Dalam praktiknya, saya tidak memiliki kepercayaan yang sama. Saya pribadi menyaksikan bagaimana orang-orang masih berkeliling tanpa mengenakan masker," kata Muhammad Habib Abiyan Dzakwan, seorang peneliti dari CSIS, yang diwawancari SCMP.

Selain itu, ikut disoroti pula fenomena mudik yang dinilai bisa menjadi media penyebaran virus corona dari Ibu Kota Jakarta ke daerah. Disebutkan pula ada 19,5 juta orang yang melakukan mudik pada periode Lebaran tahun lalu.

Epidemiolog Universitas Indonesia, Pandu Riono, memprediksi infeksi baru bisa melonjak setelah Idul Fitri. Yaitu antara bulan Mei dan awal Juni.

Bersama timnya, Pandu sebelumnya memperkirakan bisa ada 140.000 kematian dan 1,5 juta kasus infeksi Covid-19 di seluruh Indonesia, apabila pemerintah tidak mengambil tindakan tegas.

"Saya sangat berharap itu tidak terjadi," kata dia.

Karena itu, Pandu telah menemui para ulama untuk mengimbau orang-orang agar tidak mudik, dan bisa bersilaturahmi dengan media telepon atau media sosial.

Keramaian di pasar

Sementara itu, portal Coconuts yang memiliki sejumlah perwakilan di Asia juga menyoroti PSBB yang tidak berdaya menghentikan orang untuk berbelanja jelang Lebaran.

Mereka menyoroti sejumlah foto dan video yang telah beredar di media sosial minggu ini, yang menunjukkan bahwa protokol penguncian sebagian dan PSBB sebagian besar dinilai tidak efektif.

Dalam unggahan beritanya, Coconuts mengangkat tentang banyaknya kerumunan besar di pusat perbelanjaan dan pasar jelang Idul Fitri.

Sejumlah gambar dan video dari media sosial juga ditampilkan. Seperti gambar kerumunan di Pasar Anyar di Bogor, Pasar Tanah Abang Jakarta, dan di CBD Mall Ciledug Tangerang yang penuh antrean.

Termasuk juga keramaian pusat-pusat perbelanjaan di kota Surabaya, Jawa Timur, dan Pekalongan, Jawa Tengah, juga turut dilaporkan setelah melihat unggahan dari media sosial.

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.

Related

News 2448985964046774150

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item