Membedah Film-film Christopher Nolan, dari Dunkirk Sampai Tenet (Bagian 2)

Membedah Film-film Christopher Nolan, dari Dunkirk Sampai Tenet naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Membedah Film-film Christopher Nolan, dari Dunkirk Sampai Tenet - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Waktu memberi dimensi terhadap sebuah cerita. Ketika dimensi sebuah cerita begitu jelas, akan lebih mudah bagi seorang storyteller untuk menentukan bagaimana ia akan menyampaikan cerita tersebut.

Nolan mungkin mengikuti apa yang disebut John Truby sebagai "Designing Principle". Sederhananya, Designing Principle adalah bagaimana sebuah cerita akan disampaikan.

Nolan memiliki visi yang jelas soal cerita yang ia buat, dan ia (sepertinya) menginginkan penonton ikut aktif di dalamnya. Itulah kenapa, menurut penulis, Nolan pada akhirnya memanipulasi waktu karena ia ingin penonton tidak "malas", tetapi berempati terhadap tokoh yang ada di ceritanya.

Jika kita kembali kepada dua film yang telah disampaikan di atas, Dunkirk dan Memento, sangat jelas bahwa ia menginginkan penonton ikut merasakan apa yang dialami karakter-karakternya.

Di Memento, Nolan membagi timeline menjadi dua, masing-masing berjalan maju dan mundur, karena ia ingin penonton ikut menjadi tokoh Leonard.

Leonard tidak mampu menciptakan memori baru kecuali mencatatnya. Dengan kata lain, terjadi disrupsi di dalam kepalanya. Jika ia lupa mencatat, ia tidak akan ingat soal apa yang baru saja ia lakukan.

Untuk 'memaksa' penonton mengalami apa yang dirasakan Leonard, maka 'dikacaukanlah' timeline Memento. Kita dipaksa berpikir maju sekaligus mundur, menginterpretasi dua peristiwa, yang keakurasiannya dipertanyakan, secara bergantian.

Hal senada berlaku untuk Dunkirk. Tiga timeline yang berbeda sebenarnya untuk menegaskan bahwa persepsi seseorang terhadap waktu bisa begitu kacau dalam situasi perang. Apalagi, perang tidak mengenal waktu, dan siapa yang peduli pada waktu ketika nyawa menjadi ancamannya?

Hal tersebut belum menghitung pengalaman tiap prajurit yang berbeda-beda. Prajurit yang bertarung di udara mungkin merasa waktu berjalan lebih cepat karena posisi mereka relatif lebih aman.

Sementara itu, mereka yang di darat, yang menanti-nanti kapal datang untuk mengevakuasi, mungkin merasa waktu berjalan begitu lamban. Itulah kenapa, di situasi nyata, cerita veteran terhadap sebuah peristiwa perang kerap berbeda-beda.

Permainan Nolan terhadap konsep waktu tidak berhenti di Dunkirk dan Memento. Hampir semua filmnya bermain dengan konsep tersebut. Di Insomnia, konsep waktu ditunjukkan lewat jam tidur Detektif Will Dormer (Al Pacino) yang semakin lama semakin pendek (Insomnia).

Hal itu membuat penonton mempertanyakan kewarasan Dormer yang diduga membunuh rekannya sendiri. Kita semua tahu betapa kacaunya pikiran ketika jam tidur sangat-sangat minim.

Di Inception, semakin dalam Dom Cobb (Leonardo DiCaprio) masuk ke dalam dunia mimpi, semakin lamban waktu bergerak. Di Interstellar, dilatasi waktu terjadi seiring dengan semakin kuatnya gravitasi yang dihadapi Cooper (Matthew McConaughey). Semua memiliki unsur waktu.

Apakah Nolan akan meninggalkan konsep tersebut? Sepertinya belum. Film Nolan terbaru, Tenet, akan kembali bermain dengan konsep waktu tersebut.

Kali ini temanya adalah Inversion, di mana seseorang bisa memutarbalikkan satu bagian kecil peristiwa, untuk mendapatkan keuntungan tersendiri. Namun, sejauh apa Inversion akan bermain di Tenet, Nolan masih tutup mulut rapat-rapat.

Related

Film 3232537657237592995

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item