Menguji Kebenaran Klaim Judy Mikovits Soal Virus Corona Dalam Film Plandemic (Bagian 2)

Menguji Kebenaran Klaim Judy Mikovits Soal Virus Corona Dalam Film Plandemic, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Menguji Kebenaran Klaim Judy Mikovits Soal Virus Corona Dalam Film Plandemic - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Klaim 3: 

Mikovits mengatakan bahwa vaksin akan membunuh jutaan orang. Dia juga menyebut tidak ada vaksin saat ini yang sesuai untuk virus RNA.

Fakta: 

Vaksin tidak membunuh jutaan orang. Sebaliknya, vaksin telah menyelamatkan jutaan nyawa. Banyak vaksin yang bekerja untuk melawan virus RNA yang dijual di pasaran, termasuk untuk influenza, campak, gondong, rubela, rabies, demam kuning, dan Ebola.

Klaim 4: 

SARS-CoV-2 dimanipulasi di laboratorium.

Fakta: 

Menurut perkiraan ilmiah, virus terdekat dengan SARS-CoV-2 adalah virus Corona kelelawar yang diidentifikasi oleh Institut Virologi Wuhan (WIV). "Jarak" waktu evolusi ke SARS-CoV-2 adalah sekitar 20-80 tahun. Tidak ada bukti virus kelelawar ini dimanipulasi.

Menurut artikel di Nature pada 17 Maret 2020, penelitian terhadap struktur genetik SARS-CoV-2 juga menunjukkan bahwa tidak ada manipulasi laboratorium.

Para ilmuwan memiliki dua penjelasan tentang asal usul virus tersebut, yakni seleksi alam pada inang hewan, atau seleksi alam pada manusia setelah virus melompat dari hewan. "Analisis kami dengan jelas menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 bukan hasil konstruksi laboratorium atau virus yang dimanipulasi secara sengaja."

Klaim 5: 

SARS-CoV-2 muncul dalam satu dekade setelah SARS-CoV. Ini bukan sesuatu yang alami terjadi.

Fakta: 

Klaim itu keliru. Sebab, Covid-19 adalah penyakit baru dan tidak berasal dari SARS (Severe Acute Respiratory Syndrom). Dalam beberapa hal, SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 memang mirip dengan SARS-CoV penyebab SARS. Keduanya adalah jenis virus Corona pada manusia yang berasal dari kelelawar, yang menyebabkan penyakit pernapasan dan menyebar melalui batuk dan bersin.

Namun, menurut para peneliti, SARS-CoV-2 hanya memiliki 79 persen kesamaan genetik dengan SARS-CoV. Secara genetik, SARS-CoV-2 lebih mirip dengan virus Corona lain yang diturunkan oleh kelelawar daripada SARS-CoV.

Klaim 6: 

SARS-CoV-2 berasal dari laboratorium di Wuhan.

Fakta: 

Tidak ada bukti bahwa SARS-CoV-2 berasal dari laboratorium di Wuhan. Pendanaan NIAID bagi kelompok peneliti AS yang bekerja dengan laboratorium di Wuhan pun telah dihentikan, yang mana hal ini membuat marah banyak ilmuwan.

Klaim 7: 

Italia memiliki populasi yang sangat tua. Mereka sangat menderita dengan gangguan peradangan. Pada awal 2019, mereka mendapat vaksin influenza baru yang belum diuji, yang terdiri atas empat jenis influenza, termasuk H1N1 yang sangat patogen. Vaksin itu ditanam dalam garis sel, garis sel anjing. Anjing memiliki banyak virus Corona.

Fakta: 

Tidak ada bukti yang menghubungkan vaksin influenza, atau virus Corona pada anjing, dengan pandemi Covid-19 Italia.

Klaim 8: 

Menurut Mikovits, vaksin flu meningkatkan peluang seseorang terinfeksi Covid-19 hingga 36 persen. Dia menunjukkan studi yang menemukan bahwa personel Departemen Pertahanan AS yang mendapatkan vaksin flu pada 2017 dan 2018 lebih besar kemungkinannya terkena Covid-19 daripada personel yang tidak divaksin.

Fakta: 

Mikovits merujuk ke penelitian yang diterbitkan pada Januari di jurnal peer-review Vaccine. Tapi klaim Mikovits ini keliru. Penelitian tersebut digelar sebelum munculnya pandemi Covid-19. Dalam penelitian itu, juga tidak terdapat penjelasan bahwa vaksin flu meningkatkan peluang seseorang terinfeksi virus Corona hingga 36 persen.

Selain itu, menurut CDC, sebagian besar vaksin flu di AS melindungi warga dari empat jenis virus, yakni influenza A H1N1, influenza A H3N2, dan dua virus influenza B. Tidak ada virus Corona dalam suntikan vaksin flu. Selain itu, belum ada vaksin virus Corona untuk manusia.

Klaim 9: 

Mengenakan masker benar-benar mengaktifkan virus Anda sendiri. Anda menjadi sakit karena ekspresi virus Corona yang Anda aktifkan kembali. Dan jika itu SARS-CoV-2, maka Anda mendapat masalah besar.

Fakta: 

Tidak jelas apa yang dimaksud Mikovits dengan "ekspresi virus Corona". Tidak ada bukti bahwa memakai masker dapat mengaktifkan virus dan membuat orang sakit.

CDC menyarankan semua orang yang pergi ke tempat umum untuk memakai masker. Tujuannya, untuk mencegah penyebaran virus Corona yang tidak disadari lewat batuk dan bersin, mengingat butuh waktu hingga 14 hari bagi seseorang yang terinfeksi untuk menunjukkan gejala.

Memakai masker mencegah penyebaran virus Corona. Hal ini tidak membuat seseorang lebih rentan terhadapnya.

"Tidak ada hal apa pun terkait pemakaian masker yang memiliki dampak biologis yang relevan terhadap aktivitas virus. Mengenakan masker hanya akan menangkap droplet sebelum mencapai mulut atau hidung kita. Ini bukan ilmu yang tinggi, dan Dr. Mikovits seharusnya tahu itu," kata Richard Peltier, asisten profesor ilmu kesehatan lingkungan di University of Massachusetts, Amherst, AS.

Klaim 10: 

Anda memiliki mikroba penyembuh di lautan, di air asin.

Fakta: 

Tidak ada bukti bahwa mikroba di lautan dapat menyembuhkan pasien Covid-19.

Kesimpulan

Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, tujuh klaim terkait Judy Mikovits maupun klaim yang dilontarkannya dalam film dokumenter Plandemic adalah klaim yang keliru. Sementara itu, tiga klaim lainnya tidak terbukti.


Related

Science 8702191799854332883

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item