Nasib Penjual Masker di Pasar Pramuka: Sempat Ramai Sesaat, Kini Merana

 Nasib Penjual Masker di Pasar Pramuka: Sempat Ramai Sesaat, Kini Merana, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Ardi menerawang menatap etalase toko alat kesehatan (alkes) yang dijaganya sejak pagi hari. Meski mengaku masih beruntung dapat memiliki pekerjaan, namun ia mulai waswas.

Pasalnya, virus corona yang mewabah belakangan ini telah membuat toko alat kesehatan yang ditungguinya di Pasar Pramuka ikut sepi. Kondisi tersebut membuatnya harus siap kalau sewaktu-waktu dirinya dirumahkan atau di-PHK.

Pria berumur 20 tahunan itu bilang, seharian hanya terjual 5 kotak (box) masker kesehatan. Padahal, saat virus corona mewabah, tokonya sempat mampu menjual masker kesehatan hingga berpuluh-puluh kotak.

Dia sebetulnya sudah memperkirakan hal tersebut. Pasalnya, sudah lebih dari 2 minggu lamanya alkes tak lagi jadi primadona.

“Sepi sekali hari ini, sehari biasanya enggak ada jual 5 kotak masker," katanya pelan.

Menurutnya, peminat masker di tempatnya turun karena masyarakat telah beralih menggunakan produk serupa yang menggunakan bahan kain. Pasalnya, masker kain lebih murah, mudah didapat, dan bisa dipakai ulang.

Hal itu berbeda jika dibandingkan saat awal penyebaran virus corona. Saat itu, pembeli tak pernah mempermasalahkan harga.

Dari pengakuan Ardi, saat virus corona baru masuk RI pada awal Maret, masker merek Sensi isi 50 pcs dihargai Rp400 ribu per kotak. Bisnis usaha tempat kerjanya pun tak lagi seperti pada pertengahan Maret yang sempat laris manis.

Kini, meski sekotak masker sensi isi 50 pcs dijual lebih murah di kisaran harga Rp360 ribu hingga Rp370 ribu per kotak, namun ia susah menjual banyak. Tak hanya itu, untung yang didapat pun tak banyak. Katanya, modalnya saja sudah Rp350 ribu per kotak.

Meski enggan menyebut harga beli sebelum Maret yang murah meriah, namun ia menyatakan pada Februari harga pasaran satu kotak masker merek Sensi dapat dijual seharga Rp450 ribu.

Untuk itu, dia tak berani menyetok banyak-banyak. Ia mengaku tak bisa apa-apa, sebab harga mahal didapatnya dari para distributor yang masih menjual harga masker kesehatan selangit.

Sementara untuk hand sanitizer malah sudah tak ada stok sejak sekitar 2 minggu yang lalu. Namun, dia tak khawatir kehilangan untung dari penjualan hand sanitizer. Pasalnya, hampir tak ada juga pembeli yang menanyakan cairan pembunuh kuman itu.

"Hand sanitizer sudah kosong dari distributor sejak kira-kira dua minggu lalu, yang cari sudah jarang juga, sih," katanya sembari terkekeh.

Meski sudah banyak toko-toko tetangga yang mulai merambah ke bisnis masker kain, namun Ardi bilang dirinya tak bisa melakukan hal yang sama, akibat regulasi dari izin bisnis yang dimiliki.

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.

Related

News 6087996447032955863

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item