Harga BBM Malaysia Lebih Murah dari Indonesia, Selisihnya Lumayan Besar
https://www.naviri.org/2020/06/harga-bbm-malaysia-lebih-murah.html
Naviri Magazine - Harga jual minyak dunia merosot tajam akibat turunnya permintaan pasar yang dipicu mewabahnya virus corona. Itulah mengapa, beberapa negara ramai-ramai melakukan penyesuaian harga BBM untuk memulihkan daya beli konsumen yang mulai melemah.
Bahkan, negara tetangga Indonesia, yakni Malaysia, sudah melakukan hal serupa. Dilansir dari The Star, saat ini harga BBM di Negeri Malaya jauh lebih murah dari yang ditawarkan di Tanah Air. Tak tanggung-tanggung, selisihnya tergolong cukup jauh.
Di Malaysia, harga bahan bakar dengan Research Orctane Number atau RON 95 hanya dijual senilai Rp4 ribuan. Padahal di dalam negeri, BBM jenis Pertamax dengan nilai oktan lebih rendah ditawarkan ke pembeli seharga Rp9 ribu. Tentu saja hal itu membuat iri banyak pengguna kendaraan di Indonesia.
Berikut harga BBM per liter di Malaysia:
RON 97: RM 1,55 atau Rp5.507
RON 95: RM 1,25 atau Rp4.441
Diesel: RM 1,43 atau Rp5.080
Sementara itu, penetapan harga BBM di Indonesia sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM 62K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan.
Berikut harga BBM yang dijual di SPBU Pertamina:
Pertalite (RON 90) Rp7.650
Pertamax (RON 92) Rp9.000
Pertamax Turbo (RON 98) Rp9.850
Dexlite Rp9.500
Pertamina Dex Rp10.200
Harga BBM di Indonesia tidak turun
Vice President Corporate Communication PT Pertamina, Fajiyah Usman, menyebut, pada prinsipnya pihak mereka hanya berlaku sebagai operator. Sehingga, dalam pengambilan kebijakan, Pertamina senantiasa menunggu arahan dari pemerintah pusat.
"Pertamina akan mengacu pada kebijakan dan ketentuan Kementerian ESDM dalam hal penyesuaian harga BBM nonsubsidi. Sedangkan harga BBM subsidi atau penugasan adalah kewenangan Pemerintah untuk penetapan harga jualnya," ujar Fajriyah melalui keterangan resmi.
Terkait hal tersebut, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi dan Kerjasama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, mengaku, saat ini pihaknya sedang melakukan pengamatan terhadap kondisi minyak global. Sebab, dalam menentukan harga, segalanya harus dipertimbangkan matang.
“Terkait harga BBM, saat ini pemerintah masih mencermati dan mengevaluasi terkait perkembangan harga minyak, termasuk rencana pemotongan produksi minyak OPEC+ mulai bulan depan,” ujar Agung.
Ia menambahkan, pertimbang lain yang sedang dicermati pemerintah ialah terkait kurs rupiah yang melemah serta daya beli BBM masyarakat Indonesia yang menurun. Bahkan, di beberapa kota besar seperti Jakarta, penurunan konsumsinya bisa mencapai 50 persen.