Kisah Sedih di Balik ART di Tangsel yang Viral karena Jual Sembako Bansos

Kisah Sedih di Balik ART di Tangsel yang Viral karena Jual Sembako Bansos, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Mungkin tak semua orang kuat menjalani hidup seperti Novi, bekerja sejak belia demi bertahan hidup sekaligus membiayai ibunya yang sedang sakit.

Novi Rahmadani nama lengkapnya, sejak setahun lalu ia tinggal seorang diri di rumah kontrakan di bilangan Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel).

Gadis belia yang baru berusia 16 tahun itu putus sekolah pada kelas VIII SMP, sejak ibunya mulai sakit dan tinggal di kampung, Semarang, Jawa Tengah.

"Sekolah dari kelas 2 SMP berhenti karena orang tua, ibu, sudah sakit-sakitan," ujar Novi saat dihubungi.

Sementara sang ayah sudah meninggalkan Novi dan ibunya tanpa kejelasan, sejak usianya empat tahun.

Saat ini Novi menjadi asisten rumah tangga (ART) untuk bertahan hidup. Enam hari seminggu ia bekerja dari pagi sampai petang.

Gaji bulanannya yang hanya Rp 1,4 juta pun harus dibagi untuk dikirim ke ibunya di kampung. Itu pun belum dikurangi sewa kontrakannya sebesar Rp 600 ribu.

"Pendapatan Rp 1,4 juta satu bulan, itu pun harus dibagi-bagi ngirim ke ibu, sama bayar kontrakan Rp 600 ribu," ujarnya.

Sedangkan untuk makan sehari-hari, Novi biasa masak sandiri menggunakan sisa gajinya, ataupun disediakan bosnya.

"Kalau makan sih kadang dikasih sama bos, kadang beli sendiri, kadang masak sendiri," ujarnya.

Nama Novi viral di media sosial, lantaran menjual bantuan sosial (bansos) berupa sembako, melalui Facebook.

Akun Facbooknya lalu di-capture dan diposting akun Instagram @lambe_turah dan mendapat ribuan komentar.

Tidak sedikit komentar netizen yang merundung Novi lantaran dianggap menjual bansos dari pemerintah di saat pandemi Covid-19 ini.

Novi menjelaskan bahwa bansos yang diterimanya bukan dari pemerintah, melainkan dari bosnya dan warga sekitar komplek yang mengenal ibunya. Ia tidak bisa menerima bansos pemerintah, karena orang tuanya nikah siri dan tidak memiliki dokumen kependudukan.

"Yang pertama dapat dari ibu-ibu komplek yang saya kerjakan tempatnya, karena dia bagikan untuk asisten rumah tangga. Yang satu lagi dapat dari orang komplek yang kenal sama ibu saya.”

Karena jumlah sembakonya cukup banyak dan berlebihan untuk dirinya yang tinggal seorang diri di Serpong, Novi memutuskan untuk menjualnya. Sembako yang laku seharga Rp 130 ribu itu buat dikirimkan ke ibunya di kampung.

"Jadi karena saya sendirian, saya butuh uang buat transfer ibu saya, ya sudah saya jual. Karena memang enggak habis juga saya makan sendiri. Daripada mubadzir, dan saya butuh uang buat ibu saya," ujarnya.

Sempat merasa tertekan, Novi berharap para netizen tidak salah paham dan bisa mengerti kondisi dirinya.

"Saya cuma mau minta maaf saja, mungkin kan ada kesalahpahaman karena mereka kira saya dapat dari pemerintah dan sebanyak itu ternyata mau dijual sama saya, padahal kenyataan tidak seperti itu," ujarnya.

Related

News 2598116043952180400

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item