Menikmati Drive-in Cinema, Nonton Film dari Mobil Kala Pandemi Corona

 Menikmati Drive-in Cinema, Nonton Film dari Mobil Kala Pandemi Corona, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Akhir pekan, pukul 15.45, Dhevy sudah berada di antara antrean panjang mobil-mobil di depan Distrik 1 Meikarta. Ia, mungkin seperti ribuan orang lain di Indonesia, kangen nonton film di layar lebar usai bioskop ditutup selama tiga bulan karena corona. Maka, saat Meikarta mengubah area parkir Distrik 1 menjadi tempat makan sekaligus drive-in cinema, Dhevy tancap gas. 

Tiap hari, ada dua kali penayangan film di tempat tersebut. Pertama pukul 16.00 dan yang kedua pukul 19.00. Dhevy sempat khawatir ketinggalan film yang mulai duluan atau malah tak kebagian tempat sama sekali. Maklum, sebentar lagi pukul 16.00 sementara antrean mobil terasa seperti Cikampek saat arus mudik Lebaran.

Untungnya, Dhevy bisa melihat layar film dari tempat mobilnya mengantre. Jadwal mulai film sudah terlewati, tapi tayangan macam iklan dan video pendek masih terus diputar. Ia tahu masih punya waktu. 

Tunggu punya tunggu, ia perlu satu jam antre untuk bisa masuk ke lahan parkir terbuka itu. Ia dicek suhu, diberi menu makanan, pesan, bayar, baru parkir di depan layar. Makanan yang dipesan diantarkan langsung ke mobil oleh petugas sehingga penumpang sama sekali tak perlu turun, kecuali ke toilet.

Kebetulan, Dhevy mendapat area menonton yang optimal. Menumpang mobil CR-V, ia mendapat spot parkir tengah-tengah—tak terlalu depan, juga tak terlalu ke belakang. Ia mencermati mobil kecil macam Jazz ditempatkan di barisan depan layar, sedang SUV besar macam Fortuner sampai Innova berada di baris belakang. 

Kekecewaan tiba belakangan. Saat sudah mendapat parkir, ternyata film telah dimulai dan Dhevy sama sekali tak sempat melihat judul film di awal tayangan. Sampai pulang, ia tak pernah tahu apa judul film yang barusan ia tonton. 

“Pas saya perhatiin, ini film apa, ya? Artisnya juga saya nggak ada yang tahu, sih. Itu kayak film lama,” kata Dhevy, menceritakan pengalamannya, tak yakin film yang ia tonton pernah masuk bioskop.

Yang jadi perkara adalah tak ada jadwal film yang akan diputar di lahan parkir Distrik 1 Meikarta itu. Sempat dituduh memutar beberapa film kenamaan tanpa izin, Meikarta ganti memutar film-film relatif tak terkenal. Yang terjadi, penonton macam Dhevy seperti beli kucing dalam karung. Mereka tak tahu apa film yang akan ditonton sembari makan camilan di dalam mobil. 

Meski begitu, secara umum Dhevy senang dengan munculnya alternatif nonton film secara komunal seperti yang ditawarkan Meikarta. “Apalagi di masa begini yang serba terbatas, nonton film model ini ya memang bisa menggantikan bioskop. Kalau misal kayak gini, tapi film-filmnya kayak di bioskop lainnya pasti enak banget sih,” kata Dhevy.

Menurut humas Meikarta, ide makan sambil nonton film di layar lebar ini sudah ada sejak awal tahun. Namun, pandemi COVID-19 membuat rencana tersebut tertangguhkan. Baru ketika drive-in cinema sukses dijalankan di negara-negara lain macam Swedia dan Uni Emirat Arab, Meikarta mengikuti. 

Rencana awal, program tersebut akan dilaksanakan selama satu bulan sampai 30 Juni 2020. “Kalau memang antusiasme pengunjung terus meningkat, ya kita akan evaluasi, mungkin akan dilanjutkan dengan persiapan yang lebih matang lagi,” kata Jeffrey Rawis, Kepala Humas Lippo Cikarang.

“Mungkin film-filmnya akan lebih beragam, akan bekerja sama dengan berbagai produser secara legal. Tapi mereka juga harus tahu bahwa ini bukan bayaran, jadi jangan pakai tarif sama dengan mereka jual (hak siar film) ke bioskop-bioskop,” tambah Jeffrey. 

Meikarta berkukuh bahwa programnya di Distrik 1 Meikarta itu bukan drive-in cinema. Menurut Jeffrey, ini adalah tempat makan yang memberi servis lebih ke pengunjung berupa tontonan.

“Makanya kita namakan drive through dine in. Orang bisa masuk ke sini memesan kuliner, sembari nonton film atau siaran olahraga,” ujar Jeffrey.

Dengan logika itu, Jeffrey menyebut bahwa film yang ditampilkan di lahan parkir tersebut sama seperti ketika ada film yang diputar di televisi dalam sebuah restoran. 

“(Menonton filmnya) tanpa bayaran, makanya tidak boleh disebut drive-in (cinema), ini kan bukan bioskop. Sama saja dengan restoran di ruangan, tapi yang sekarang lebih bagus karena kita ada film-film yang bekerja sama dengan EO yang melaksanakannya, mendatangkan film-film yang sesuai standar boleh ditonton semua umur,” tambah Jeffrey.

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.

Related

News 4823036267629606445

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item