BMKG: Lima Tahun Ke Depan, Suhu Dunia dan Indonesia Akan Makin Panas

BMKG: Lima Tahun Ke Depan, Suhu Dunia dan Indonesia Akan Makin Panas, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan suhu akan semakin panas dalam lima tahun mendatang.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal mengatakan hal itu berdasarkan laporan prediksi baru dari Pusat Prediksi Iklim Tahunan hingga Dekadal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO).

"Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa kenaikan suhu global rata-rata tahunan dalam lima tahun mendatang akan cenderung setidaknya 1 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri di masing-masing tahun pada 2020 hingga 2024," ujar Herizal dala keterangan tertulis.

"Dan ada kemungkinan 20 persen kenaikan itu akan melebihi 1,5 derajat Celcius dalam satu tahun di antaranya," ujarnya.

Herizal mengatakan suhu pada 2019, rata-rata bumi sudah lebih dari 1,0 derajat Celcius di atas periode pra-industri. Dia juga berkata periode lima tahun terakhir (2014-2019) adalah lima tahun terhangat dalam sejarah catatan data meteorologi.

Mengutip pernyataan Sekjen WMO Petteri Taalas, Herizal berkata situasi itu akan menjadi tantangan besar ke depan dalam memenuhi target Perjanjian Perubahan Iklim Paris dalam menjaga kenaikan suhu global abad ini jauh di bawah 2 derajat Celcius, di atas tingkat pra-industri.

Selain itu, hal tersebut juga menjadi tantangan untuk mengejar ambisi upaya membatasi kenaikan suhu global tidak lebih dari 1,5 derajat Celcius pada tahun 2030.

Lebih lanjut, Herizal berkata WMO juga menekankan bahwa perlambatan industri dan ekonomi dampak Covid-19 bukanlah pengganti dari rencana aksi iklim yang berkelanjutan dan terkoordinasi secara global.

Meskipun dampak Covid-19 berkontribusi pada penurunan emisi pada tingkat tertentu pada tahun ini,  dia berkata hal itu diperkirakan tidak akan signifikan pengaruhnya pada pengurangan konsentrasi atmosfer CO2 yang mendorong peningkatan suhu global.

"Karena daur hidup CO2 yang sangat lama di atmosfer," ujarnya.

Herizal juga menyampaikan perubahan iklim dapat mengancam kesejahteraan manusia, ekosistem, dan ekonomi selama berabad-abad. Sehingga, dia berkata pemerintah di dunia harus menggunakan kesempatan untuk melakukan aksi iklim sebagai bagian dari program pemulihan dan memastikan bahwa kehidupan bumi tumbuh kembali dengan lebih baik.

Kondisi di Indonesia

Herizal menyebut catatan iklim BMKG tahun 2019 menunjukkan tahun 2019 merupakan  tahun terpanas kedua setelah 2016 di Indonesia dengan peningkatan 0.84 derajat Celcius di atas rerata iklim 1981-2000.

Emisi gas rumah kaca (GRK) terukur di Stasiun GAW BMKG Kototabang, kata dia juga terus meningkat mencapai 408,2 ppm meskipun masih relatif lebih rendah dari GRK global.  Jumlah kejadian bencana hidrometeorologi , kata dia juga terus bertambah mencapai 3362 kejadian.

"Penelusuran bukti perubahan iklim oleh peneliti BMKG dengan menggunakan data suhu di Jakarta hasil pengamatan sejak zaman Belanda (selama 150 tahun) menunjukkan peningkatan suhu rata-rata yang signifikan di Jakarta, yaitu 1,6 derajat Celcius dari 1866 hingga 2012," ujar Herizal.

Laju peningkatan itu, lanjut Herizal cukup dapat dibandingkan dengan hasil analisis WMO bahwa kenaikan suhu global sebesar 1,1 derajat Celcius terhadap zaman pra-industri (1850-1900) sebagai garis dasar periode acuan perubahan iklim global.

Di sisi lain, Herizal berkata suhu bumi yang terus memanas telah berdampak pada lingkungan, salah satunya memicu perubahan pola hujan dan peningkatan cuaca ekstrem. Di Indonesia, secara umum perubahan pola hujan itu ditandai oleh peningkatan hujan di daerah di utara katulistiwa yang menyebabkan iklimnya cenderung semakin basah.

"Sementara di selatan khatulistiwa cenderung kering. Namun di banyak tempat ditemukan bukti bahwa hujan dalam kategori ekstrem terus meningkat kejadiannya," ujarnya.

Di Jakarta, kata dia, data 130 tahun menunjukkan frekuensi hujan ekstrem justru meningkat sekalipun rata-rata curah hujan tahunan relatif sama, bahkan menuru. Sekitar 10 persen intensitas hujan tertinggi di Jakarta, di atas 100 mm per hari telah meningkat 14 persen akibat penambahan suhu per 1 derajat celcius.

"Tren cuaca ekstrem juga meningkat, ditandai dengan peningkatan frekuensi dan skala bencana hidrometeorologi," ujar Herizal.

Lebih dari itu, Herizal berkata prediksi iklim WMO itu mengumpulkan dan menyediakan data analisis, prakiraan, dan verifikasi dari sejumlah kontributor pusat-pusat prediksi iklim di seluruh dunia, di antaranya 9 Pusat di Daratan Eropa, 3 di Asia, 4 di Benua Amerika, dan 1 di Australia.

Global Annual to Decadal Climate Update WMO yang diperbarui setiap tahunnya, kata dia dengan koordinator Kantor Meteorologi Inggris merupakan sintesa analisis para ilmuwan iklim yang diakui secara internasional dan memadukan hasil prediksi model komputer terbaik dari pusat-pusat iklim terkemuka di seluruh dunia.

"Laporan tersebut memberikan pandangan dan informasi iklim untuk lima tahun ke depan yang dapat ditindaklanjuti bagi para pembuat keputusan," ujarnya.

Related

News 8485453421572657021

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item