Dampak Corona, Laba Bersih PLN Anjlok 96 Persen pada Semester I 2020

Dampak Corona, Laba Bersih PLN Anjlok 96 Persen pada Semester I 2020, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN mencatat laba bersih sebesar Rp273,05 miliar pada sepanjang semester I 2020. Perolehan laba bersih turun 96,28 persen dari Rp7,35 triliun pada semester I 2019.

Berdasarkan laporan keuangan PLN, laba bersih turun karena beban usaha lebih tinggi dari pendapatan. Beban usaha mencapai Rp149,92 triliun, sementara pendapatan usaha hanya sekitar Rp139,77 triliun pada semester I 2020.

Beban dan pendapatan usaha itu belum termasuk tambahan pendapatan dari subsidi listrik pemerintah sebesar Rp25,02 triliun, penghasilan lain-lain Rp2,13 triliun, dan penghasilan keuangan Rp399,06 miliar. Begitu juga dengan beban akibat kurs mata uang asing sebesar Rp7,79 triliun dan beban keuangan lain Rp13,71 triliun.

Kendati mencatatkan penurunan laba bersih yang cukup drastis, namun Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN Agung Murdifi mengatakan pendapatan dari sejatinya meningkat. Kontribusi pendapatan utamanya dari penjualan listrik kepada masyarakat dan dunia usaha.

Tercatat, penjualan listrik naik 1,12 GWh atau 0,95 persen dari 118,52 GWh pada semester I 2019 menjadi 119,65 GWh pada semester I 2020. Hal ini membuat pendapatan dari penjualan listrik naik Rp1,96 triliun atau 1,5 persen dari Rp133,45 triliun menjadi Rp135,41 triliun.

"Meski dalam kondisi pandemi covid-19, perseroan masih dapat membukukan kenaikan penjualan listrik. Semua ini diperoleh dengan tarif tenaga listrik yang tidak mengalami perubahan sejak 2017," ungkap Agung dalam keterangan resmi.

Agung mengatakan peningkatan penjualan listrik didukung oleh pertumbuhan jumlah pelanggan. Per akhir Juni 2020, jumlah pelanggan meningkat 3,59 juta dari 73,6 juta menjadi 77,19 juta pada periode yang sama.

Di sisi lain, perseroan mencatat jumlah ekuitas sebesar Rp932,91 triliun atau naik dari Rp929,38 triliun. Sementara liabilitas atau utang yang harus dibayar perusahaan meningkat dari Rp655,67 triliun menjadi Rp684,64 triliun.

Utang terdiri dari utang jangka pendek senilai Rp156,52 triliun dan jangka panjang Rp528,11 triliun. Utang jangka pendek turun dari sebelumnya Rp159,29 triliun, sedangkan utang jangka panjang naik dari sebelumnya Rp496,37 triliun.

Atas kondisi ini, Agung mengatakan perusahaan listrik pelat merah itu sejatinya sudah mengupayakan efisiensi biaya operasional. Khususnya di pos biaya pemakaian bahan bakar.

Hasilnya, Biaya Pokok Produksi (BPP) dapat turun Rp21 dari Rp1.389 per kWh pada semester I 2019 menjadi Rp1.368 per kWh pada semester I 2020.

Di sisi lain, perusahaan tetap melangsungkan pembangunan infrastruktur kelistrikan dengan menambah kapasitas terpasang pembangkit sebesar 1.285,2 Mega Watt (MW), jaringan transmisi khususnya untuk evakuasi daya pembangkit yang telah beroperasi mengalami peningkatan sepanjang 950,9 kilometer sirkuit (kms), dan penambahan kapasitas Gardu Induk sebesar 2.890 Mega Volt Ampere (MVA).

Tak ketinggalan, perusahaan juga menjalankan penugasan dari pemerintah untuk memberi stimulus kepada masyarakat di tengah pandemi corona atau covid-19. Programnya adalah gratis tarif listrik untuk pelanggan 450 VA dan diskon tarif untuk pelanggan 900 VA bersubsidi.

"Program pembebasan tagihan dan keringanan pembayaran tersebut dimaksudkan untuk melindungi masyarakat yang paling terdampak pandemi," pungkasnya.

Related

News 9112867056798718539

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item