Fakta-fakta di Balik Piyama Mahal yang Kini Jadi Tren di Dunia (Bagian 2)

Fakta-fakta di Balik Piyama Mahal yang Kini Jadi Tren di Dunia, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Fakta-fakta di Balik Piyama Mahal yang Kini Jadi Tren di Dunia - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Ini kemudian yang jadi penyebab munculnya kampanye untuk memperlambat ritme hidup (slow living) dan istilah joy of missing out. Kampanye-kampanye ini berharap orang tidak terlalu larut dalam ritme hidup yang begitu cepat dan bisa mengurangi rasa tertekan akibat ritme yang cepat itu.

Wujudnya mulai dari detoks media sosial, makan makanan yang dimasak sendiri atau yang bahannya diambil dari tanaman hasil berkebun sendiri, melakukan yoga dan meditasi, menciptakan ruang untuk bersantai di rumah, hingga mengubah pola konsumsi.

Keberadaan busana tidur yang nyaman—yang diharapkan bisa membantu meningkatkan kualitas tidur—juga hadir dalam konteks tersebut. Pada abad ke-17 busana tidur dibuat dengan material katun, namun pada masa sekarang material tersebut berkembang dan berganti jadi bambu rayon atau rayon yang lebih lembut dan adem di kulit.

Kedua, masa pandemi memaksa hampir setiap orang untuk mempraktikkan gaya hidup slow living yang diharapkan bisa menghindarkan dari stres. Di sini keberadaan piyama yang tadinya sebetulnya hanya ditujukan untuk busana tidur, berubah jadi busana sehari-hari. Kasarnya, piyama pun mesti mampu membuat seseorang tampil gaya kala melakukan Zoom meeting di rumah.

Faktor kedua ini adalah alasan berkembangnya UKM yang fokus menjual busana tidur gaya di dalam negeri. Para pebisnis busana independen yang tadinya tidak membuat piyama pun jadi turut memproduksi sleepwear atau loungewear.

Hal itu juga disadari Cempaka Asriani dan Putri Andamdewi, pendiri Sare Studio yang dirintis pada 2015. Pada tahun itu, milenial di Indonesia belum menyadari konsep piyama sebagai busana sehari-hari. Inspirasi Cempaka muncul setelah ia pulang dari studi di London.

Di Inggris ia melihat orang-orang bisa melakukan aktivitas dengan piyama yang nyaman dikenakan sementara di Jakarta tidak demikian. “Waktu itu yang ada hanya piyama satin atau piyama bermotif kartun yang tidak nyaman dikenakan. Harganya sangat terjangkau. Atau ya piyama dari brand besar seperti Marks & Spencer,” ujarnya.

Ia berangkat dari kebutuhan itu dan merasa yakin milenial seusianya (30-an awal) bisa menerima konsep ini lantaran sebagian dari mereka juga orang-orang yang pernah studi di luar Indonesia dan mampu menangkap gaya hidup terkait piyama di negara barat.

“Yang jadi fokus utama adalah bahan. Dan memang pada perjalanannya, ada begitu banyak waktu yang kita habiskan untuk memastikan kualitas bahan. Ketebalan kain, kualitasnya ketika dicuci berkali-kali, durabilitasnya. Pastikan kalau benar-benar sleep proof,” ungkap Cempaka.

Jakarta adalah tempat di mana orang biasa tidur dan bermobilitas dengan kaus oblong dan daster. Butuh waktu agar publik bisa menerima produk piyama yang dijual dengan harga Rp300-400 ribu. Salah satu cara ‘edukasi’ yang cukup efektif adalah keikutsertaan dalam Brightspot Market—bazaar UKM lokal independen yang terkurasi.

“Karena pada dasarnya kami bukan menjual benda fesyen tapi lifestyle untuk supporting good life. Jadi yang kami lakukan adalah bikin acara misal kelas melukis atau kelas tentang pengetahuan tidur. Seperti itu.”

Selama masa pandemi Cempaka dan Andam bercerita bahwa pendapatan bisnis mereka naik 300% per bulan. Para pendiri Sare menganggap hal itu bisa juga terjadi karena semakin banyak orang yang ingin mencoba atau sudah merasakan pentingnya gaya hidup slow living.

Kini mereka sedang mematangkan konsep Sare di rumah shop di mana nantinya situs Sare juga akan memuat berbagai perangkat penunjang keseharian di rumah seperti peralatan memasak, perangkat minum teh, hingga permainan anak.

“Kita emang pasti tetap mengalami pace yang cepat seperti deadline, pressure kerjaan itu udah konsekuensi lah tapi kita cuma berusaha biar nggak tergulung dan terlalu menyatu dengan itu. Ya berusaha seimbangin,” tutur cempaka.

Related

News 798194126188842589

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item