Kenapa Ayam Geprek Bensu Laris, tapi Makanan Artis Lain Banyak yang Gagal?

Kenapa Ayam Geprek Bensu Laris, tapi Makanan Artis Lain Banyak yang Gagal? naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Gebrek Bensu dan kue artis kekinian sama-sama bisnis kuliner artis, tapi sejatinya keduanya sangat berbeda. Meski sama-sama artis, geprek bensu terbilang sukses dibandingkan usaha kuliner kue artis lainya.

Tapi bukan karena Ruben lebih populer yang membuat geprek bensu lebih laris. Bukan berarti artis lainya tidak setenar Ruben. Bukan pula punya istri cantik dan anak angkat hits yang membuat geprek bensu berhasil dibanding artis lainya.

Berikut beberapa analisis kenapa geprek bensu laris, dan kue artis banyak yang gagal:

Makanan pokok vs makanan tersier

Makanan pokok orang Indonesia itu nasi, geprek bensu menjual ayam geprek dan juga nasi. Saat ini restoran ayam goreng manapun, baik KFC, POPEYE, hingga Rocket Chicken, semuanya menyediakan nasi.

Orang bisa memenuhi kebutuhan makanan pokoknya di kedai-kedai ayam goreng karena manusia memang butuh makan. Meski persainganya besar tapi pasarnya terlalu besar dan pasti. Setiap orang pasti butuh makan, terlebih rakyat Indonesia terbiasa makan 3 kali sehari, dan butuh segala sesuatu serba cepat di zaman modern ini.

Sementara kue bagi mayoritas rakyat Indonesia adalah makanan tersier atau pencuci mulut. Makan nasi ayam 3 kali sehari masih lumrah. Tapi makan kue 3 kali sehari rasanya orang Indonesia belum biasa.

Khas vs harga

Harga geprek bensu biasa saja, sesuai dengan restoran ayam cepat saji lainya. Pasar yang besar akan menghasilkan omzet yang besar meski marginnya tipis. Percuma juga margin tinggi jika pembelinya jarang.

Harga kue artis cenderung mahal untuk sebagian masyarakat Indonesia. Kalaupun memang kue artis itu segmentasinya adalah kue premium, tetap saja orang kaya tidak setiap hari mengonsumsi kue sebagai kudapan. Kalau sudah kenyang makanan pokok tentu malas membeli kue, kan?

Diplot sebagai kue oleh-oleh pun, kue artis ini salah strategi. Kue oleh-oleh tentu memerlukan ciri khas sebuah daerah. Seperti roti blunder cokro Madiun. Roti oleh-oleh khas Madiun itu dibeli karena yang membeli ingin membawakan buah tangan khas dan bercirikan kota Madiun yang terwakili lewat pamor blunder cokro tersebut.

Kue artis tidak mewakili kata "oleh-oleh" asli atau ciri khas kota tempat toko itu dibuka.

Kesimpulan

Ini kesimpulan menurut pandangan pribadi dan tidak dimaksudkan ofensif. Meskipun sama-sama artis, rasa-rasanya "Ruben Onsu menjual ayam goreng dalam bentuk nama besar". Sedangkan kebanyakan kue artis terasa "menjual nama besar dalam bentuk kue".

Bagaimana dengan pendapatmu?

Related

Food 2760024230198983907

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item